JAKARTA, SUARAFLORES.NET,–Event sepak bola Wuamesu Indonesia Cup akan kembali digelar 30 Juni 2018 mendatang di Jakarta. Dalam event Wuamesu Indonesia Cup II ini sebanyak 16 tim sepak bola akan memperebutkan piala bergilir Wuamesu Indonesia Cup yang saat ini dipegang oleh PSN Ngada-Jakarta. PSN Ngada-Jakarta tampil sebagai juara umum dalam Wuamesu Indonesi Cup I yang diselenggarakan dua tahun silam.
Ketua Panitia Wuamesu Indonesia Cup II, Albinus Lorensius, di sela-sela kegiatan Workshop, Drawing dan Manager Meeting di Hotel Balairung, Jatinegara, Jakarta Utara mengatakan, ke 16 tim yang akan mengikuti turnamen sepak bola Wuamesu Indonesia Cup II, yaitu Kesebelasan PSN Ndaga Jakarta (juara bertahan), Manggarai Timur, Ende I, Kabupaten Kupang A, Malaka, Nagekeo, Lembata, Kota Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Maumere, Flores Timor,Kabupaten Kupang A, Ende 2, Manggarai Tengah, Alor,Kabupaten Kupang B, dan Belu.
“Sebenarnya kami menargetkan 20 tim yang akan mengikuti turnamen ini. namun hingga hari ini, sebanyak 4 tim lainnya belum ada infomasi pasti. Padahal, informasi dan pemberitahuan mengenai turnaman ini kami sudah sampaikan dari 6 bulan lalu, tetapi belum direspond secara baik,” kata Albinus yang juga Sekretaris Badan Yudisial PSSI ini di Hotel Balairung.
Dijelaskannya, pertandingan Wuamesu Cup II ini dibagi dalam 4 PooL. Di Pool A terdiri dari Kesebelasan Ende 1, Kabupaten Kupang, Malaka dan Nagekeo, di pool B Kesebelasan Maumere, Flores Timur, Kabupaten Kupang A dan Manggarai Timur,di pool C Kesebelasan Ngada, Lembata, Kota Kupang, dan TTU, sedangkan di pool D kesebelasan Ende 2, Manggarai Tengah, Alor dan Belu. Pertandingan ini akan dimulai pada 30 Juni 2018 di Lapangan Sunter Jakarta Utara hingga bulan Agustus mendatang.
Baca juga: Di Sikka, Remaja Masjid AL Hidayah Tahtakan Patung Bunda Maria
Turnamen ini selain memperebutkan Wuamesu Cup, juga memperebutkan uang ratusan juta. Juara umum mendapatkan piala bergilir dan uang Rp100 juta, juara kedua mendapatkan piala dan uang Rp75 juta, juara ketiga mendapatkan piala dan uang sebesar Rp50juta, dan juara keempat mendapatkan piala dan uang Rp25 juta.-
Diterangkan Albinus, event kali ini adalah tahun kedua. Dengan event ini dia berharap dapat mendorong anak-anak muda NTT tidak hanya menjadikan bola kaki sebagai hobi tetapi harus menjadikan bola kaki sebagai profesi.
“Event ini digelar untuk mendorong anak-anak muda menjadikan bola kaki bukan sekedar hobi saja, tapi menjadikan bola kaki sebagai profesi. PSSI yang baru sekarang ini lebih menghargai anak-anak muda. Untuk itu, saya ingin event ini bisa berjalan lurus dengan semangat PSSI,” katanya semangat.
Diakuinya, sebenarnya panitia lebih menginginkan seluruh pemain yang bertanding berasal dari kalangan muda yang usianya dibawa 25 tahun. Namun karena tidak mudah merekrut anak-anak muda di daerah perantauan yang sibuk dengan berbagai kegiatannya, maka masih banyak pula dari kalangan tua (orang tua) yang ikut menjadi pemain.
“Dari sisi persyaratan, saya sebenarnya membuat lebih mudah, karena dari beberapa kabupaten masih banyak juga orang-orang tua yang masih berkeinginan bermain. Padahal, sebenarnya saya ingin semuanya dari anak muda. Akhirnya kami haus cari posisi imbangnya sehingga bisa berjalan dengan baik. Sudalah, yang penting kita bisa bermain bila dululah,” ujarnya.
Inti dari pelaksanaan event ini, lanjut Albinus, selain bisa bermain bola bersama-sama, pengenalan materi dan pelatihannya bisa berjalan untuk menambah pengetahuan. Laga ini merupakan jembatan untuk melahirkan bibit-bibit pesepak bola asal NTT untuk tampil di laga nasional. Oleh karena itu, Albinus meminta semua tim mempraktekan teknik-teknik sepak bola yang baik dan berkualitas.
“Dari pihak PSSI sendiri memberikan perhatian yang besar untuk NTT. Mereka bilang, NTT inilah bisa menjadi brasilnya Indonesia. Namun, peluang ini kita belum bisa tangkap dan mengaplikasikannya secara baik, tetapi saya kira kita belum terlambat. Kita masih punya banyak waktu dan kita mulai dari sekarang inilah,”tandasnya.
Selain itu, lanjutnya, tujuan khususnya adalah menghapus ‘stigma orang NTT yang keras ternyata bisa berubah.’Untuk itu, dia berharap turnamen ini dari babak pembukaan sampai babak final dapat berjalan dengan baik.
“Jika pelaksanaanya sukses maka ini bagian dari suksesnya orang NTT, tetapi jika gagal, maka biarlah itu menjadi kegagalan saya sebagai panitia. Minimal stigma buruk tentang orang NTT yang keras bisa berubah. (bungkornell/sfn)