Apresiasi Menteri Basuki, Gesti Sino: Bendungan di NTT harus Jadi Model Pertanian Terintegrasi

by -808 Views
Air bendungan Napun Gete di DesaIlin Meo,Kabupaten Sikka (Foto istimewa)

KUPANG, SUARAFLORES.COM,-Koordinator Wilayah Duta Petani Milenial Indonesia Provinsi NTT, Gesti Sino memberikan apresiasi yang tinggi kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono yang telah membangun 6 bendungan besar di NTT.  

Menurut Gesti, pembangunan 6 bendungan dari program Presiden Jokowi yang dikerjakan oleh Menteri Basuki sejatinya untuk mengatasi kekurangan air di NTT yang telah terjadi puluhan tahun. Oleh karena itu, sebagai warga tani NTT, ia merasa ada perhatian yang luar biasa dari Basuki, yang telah lama memahami permasalahan utama di NTT.

Bagi saya, Pak Menteri Basuki sudah sangat maksmal membangun 6 bendungan itu. Karena dia melihat NTT kekurangan air maka dibangunlah bendungan itu untuk mengatasi itu. Dia sangat paham dengan NTT karena dua sudah hidup lama  di NTT. Kan dulu dia kerja lama di P2AT (sumur bor) di NTT.  Jadi patut diberi apresiasi tinggi atas perjuangan beliau bekera keras bangun bendungan-bendungan itu,” kata Gesti Sino di kebun organiknya, kawasan Matani, Desa Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, belum lama ini

Selanjutnya, kata Gesti, fasilitas bendungan dengan harga triliunan itu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membangun basis-basis pertanian, peternakan dan perkebunan. Jika fasilitas mewah itu hanya menjadi pajangan maka akan mubasir dan sia-sia.

Ditegaskannya, pemerintah daerah dalam hal ini dinas pertanian dan peternakan, dan perkebunan harus mulai bergerak mengatur air dari bendungan-bendungan tersebut untuk petani-petani minimal lahan-lahan pertanian di sekitar bendungan harus mulai dikelolah dengan aliran air yang diatur oleh para penyuluh pertanian.

“Dulu kita semua teriak minta air. Sekarang sumber air su dekat ko kita malah diam saja. Bagaimana kita mau bangun pertanian berkelanjutan, kalau air-air dari bendungan tidak dimanfaatkan. Ini tugas utama dari pemerintah, dinas terkait bagaimana bendungan itu harus dimanfaatkan. Harus ada teknologi, misalnya sarana-sarana yang kecil kita pake dinamo celup saja. Kita bisa salurkan dengan jangkauan ke beberapa hektar dulu. Kemudian juga harus ditempatkan penyuluh di situ untuk mengatur atau mengawasi pemanfaatan airnya seperti apa. Jadi butuh pendampingan,” pintanya.

Bangun Demplot Model Pertanian Terintegrasi

Menurut Gesti yang sudah berpengalaman 14 tahun mengembangkan pertanian organik terintegrasi ini, mengusulkan konsep pertanian terintegrasi  diterapkan pada 6 lokasi bendungan yang dibangun Menteri Basuki tersebut.   Pada 6 titik bendungan tersebut harus dibuat menjadi demplot-demplot model pertanian terintegrasi yang bisa dikembangkan oleh petani yang didampingi penyuluh pertanian yang berkompeten. Sehingga, pada 6 demplot itu dapat menjadi contoh bagi pertanian, dan bisa menjadi tempat pembelajaran bagi setiap petani dalam mengembangkan pertanian terintegrasi.

Di Flores ada bendungan Napun Gete di Maumere dan Lambo di Mbay, di Kabupaten Kupang ada bendungan Raknamo dan Manikin, di Soe dan Atambua ada Temef dan Rotiklot harus mulai dikembangkan jadi pusat pertanian holtikultura, peternakan sapi, kambing, babi, dan domba.

“Harusnya di sekitar bendungan itu mulai dibuat demplot-demplot. Bagi petani yang mau kembangkan ikan air tawar kembangkan itu. Bagi petani yang mau berternak sapi bisa fokus ke situ. Bagi yang mau ternak sapi, babi,kambin dan domba bisa dikembangkan di sekitar bendungan itu karena air sudah tersedia toh. Itu daerah-daerah yang pas. Ini sudah bisa menjadi model pertanian terintegrasi,” terangnya.

Menurutnya, salah satu lagi usaha yang bisa dikembangkan di 6 lokasi tersebut adalah budidaya ikan air tawar. Ikan air tawar selain untuk gisi keluarga tani, permintaannya juga cukup tinggi. Di sekitar lokasi bendungan Temev dan Rotiklot bisa dikembangkan oleh para petani yang menyukai budidaya ikan air tawar. Selain budidaya ikan juga bisa menjadi demplot benih-benih ikan air tawar karena selama ini benih ikan dipasok dari Surabaya.

“Buat  pembibitan ikan lele, patin nila, bawel dan lain-lain. Bibit ikan sekarang semua kita ambil dari Surabaya. Di Kupang tidak ada bibit yang ready. Padahal air melimpah ini ruah. Kan ironis sekali toh. Kita tidak boleh hanya senang nonton air mengalir dan bertamasya di bendungan, tapi tidak manfaatkan air untuk mengembangkan usaha pertanian,” imbuhnya perihatin.

Jangan Salahkan Petani Pergi Merantau

Fakta kekinian, banyak warga tani (kaum muda) di NTT secara khusus di Pulau Timor merantau ke mana-mana. Ada yang ke Kalimantan, Batam, Malaysia, dan lain sebagaimanya. Bisa saja, salah satu masalahnya adalah lahan-lahan pertanian mereka tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk pertanian. Padahal, sumber airnya sudah dekat.

Hal tersebut, kata dia, bukan hanya kesalahan para petani, tetapi juga tidak ada intervensi dari para stakeholder pertanian untuk mendorong dan memfasilitasi para petani dengan teknologi pertanian untuk mengolah lahan, termasuk juga fasilitas-fasilitas untuk menyalurkan air ke lahan-lahan petani.

“Ada informasi terbaru bahwa daerah-daerah di sekitar bendungan itu,  para pemilik tanah kemudian jual lahan ke orang lain karena merasa bahwa air tidak terlalu bermanfaat untuk mereka. Mereka kemudian pergi merantau keluar daerah. Di pertanian ada faktor-faktor yang berpengaruh, yaitu SDM, teknologi dan mekanisasi. Kalau bicara soal pertanian saat ini kan omong soal teknologi dan mekanisasi yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi, seperti cangkul, mutasi ke traktor supaya lebih efektif, kemudian dari sumur bor berlaih menjadi isrigasi tetes,” tohoknya.

Ditambahkannya, air  berkaitan dengan stakholder yang berhubungan erat dengan pertanian. Oleh karena itu,  peran penyuluh sangat dibutuhkan. Jadi, penyuluh harus memanfaatkan barang yang ada.

“Jangan kita menghayal akan bikin perkebunan yang besar, tetapi air bendungan yang sudah terbangun saja tidak dimanfatkan,” tandasnya memotivasi. (bkr/sfc)