Bukan Hanya di NTT, Kandung Kemih pun Jadi Bola Kaki di Luar Negeri

by -152 Views
Suara Flores

SUARAFLORES.NET—Bila anda orang NTT tentu masih sangat ingat cerita permainan bola kaki dulu di kampung-kampung bahkan sampai di kota. Cerita unik permainan bola kaki oleh anak-anak menggunakan kandung kemi hewan, khususnya kandung kemi babi dan kambing sangat  popular waktu itu. Bahkan sampai saat ini masih terlihat anak-anak usia sekolah dasar menjadikan media ini sebagai bola kaki.

Seperti biasa, pertandingan bola kaki ini pun berlangsung di lapangan. Gawang dibatasi dengan batu dan ada penjaga gawang. Mereka bermain dengan penuh semangat, menikmati pertandingan bola yang unik itu di tanah lapang yang bebas.

Permainan ini biasanya berlangsung saat ada hajatan, baik pernikahan, komuni suci atau saat ada pemotongan hewan. Uniknya lagi, permainan ini pun kadang ditonton oleh orang-orang tua.

Bukan hanya dari kandung kemi babi, kandung kemi kambing pun dijadikan bola kaki. Yos Sese warga Flores Timur menceritakan masa kecilnya terlibat dalam permainan bola kaki dari kandung kemi kambing. Diakunya bahwa praktek permainan bola kaki ini dilakukan karena tak dapat membeli bola atau jauh dari kota.

“Waktu itu kami menggunakan kandung kemi kambing. Kami bermain seperti permainan bola kaki biasanya. Serunya pertandingan ini ketika teman-teman kami taruhan uang dari 500 ratus rupiah sampai 1000 seribu rupiah sekali pertandingan,” aku yos kepada Suaraflores.net, Minggu (18/03/2018).

Cerita ini pun dilakukan oleh anak-anak di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores. Francis, seorang pelajar Sekolah Dasar mengaku masih menggemari permaian bola kaki dari kandung kemi babi atau dalam bahasa daerahnya disebut “wawi telik”.

“Cara mendapatkannya mudah saja. Kami biasanya mencari orang potong babi, lalu kami minta kandung keminya. Pertama, kami gosok-gosok di tanah untuk menghilangkan minyak dan lemaknya, lalu kami cuci sampai bersih. Setelah cuci, kandung kemi babi ini diisi angin dengan cara meniup menggunakan tangkai daun papaya hingga bentuknya menyerupai bola atau balon. Setelah itu kami mencari teman-teman untuk bertanding. Ramai sekali om,” cerita Francis, Sabtu (17/03) di Maumere, Flores.

“Kalau balon mudah pecah, tapi kandung kemi babi ini tidak mudah pecah. Kandung kemi babi bisa pecah kecuali sengaja ditusuk atau pun sengaja dirusaki,” kisah pria cilik yang nampak jujur itu.

Baca juga: Bertubuh Raksasa 2,3 Meter, 3 Atlet Voli Wanita ini Tertinggi di Dunia

Bukan hanya di Flores Timur dan Kabupaten Sikka, cerita permainan bola kaki dari kandung kemi hewan ini terjadi di beberapa kabupaten lainnya di NTT. Di Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo dan Manggarai Raya.

Menariknya, praktek permainan bola kaki menggunakan kandung kemi hewan ini pun terjadi di luar negeri.

Seperti dikutip di laman intisasrionline.com, di AS permainan ini disebut soccer yang  berlangsung sejak abad ke-17 dan dimainkan oleh murid sekolah di Inggris.

 

Suara Flores
Sepakbola dulu hingga kini

Pada 1843, ada upaya menyusun aturan permainan standar, di Cambridge University.

Sayangnya peraturan baru belum diterima secara universal hingga 1863, saat terbentuk Football Association (FA) alias PSSI-nya Inggris.

Tahun 1904, ketika sepakbola menyebar ke penjuru benua Eropa, maka sejumlah negara (Belgia, Denmark, Prancis, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Swis) membentuk badan dunia Federation Internationale de Football Association (FIFA).

FIFA  mengatur kejuaraan World Cup (Piala Dunia) setiap empat tahun sekali, dan pertama kali di Montevideo, pada tahun 1930. Juaranya Uruguay. Pada 1991, Piala Dunia kelas wanita diresmikan.

Sementara di AS, sepakbola bertahan sebagai olahraga antar-universitas, di bawah pengawasan National Collegiate Athletic Association (NCAA) sejak 1905.

Sejak 1924, dibawahi Intercollegiate Soccer Association of America, yang belakangan berafiliasi dengan NCAA.

Di luar sekolah, sepakbola juga populer di Kota St. Louis, Philadelphia, Chicago, Cincinnati, dll, dimainkan oleh para imigran.

Setelah terbentuk US Soccer Federation pada 1913, muncul Liga Sepakbola AS pada 1923.  Sejak Piala Dunia pertama, tim AS pun ikut berpartisipasi.

Meski  dunia menganggap Inggris sebagai motherland-nya sepakbola, sesungguhnya bola sepak sudah dikenal di Cina, sejak 206 SM.

Pada 500 M, bagian dalam bola disumpal dengan bulu. Pada masa Yunani kuno pun ada permainan dengan elemen bola, namanya episkuros atau harpaston.

Abad kedua Masehi, permainan ini diboyong ke Roma sebagai harpastum. Permainan dimulai dengan melempar bola ke udara, kemudian kedua tim berebut menendangnya.

Tentara Roma lalu memperkenalkannya ke penjuru Eropa dan Inggris, selama pendudukan Roma (43 – 410 M). Sementara bangsa Jepang mengenal sepakbola pada abad  ke-7.

Di Florence, calcio (“sepakbola”) sudah difestivalkan pada abad ke-14. Sementara di Eropa Tengah muncul permainan melees atau mellays yang melibatkan banyak pemain.

Bolanya kandung kemih hewan yang digelembungkan dan dibalut kulit. Aturan mainnya, boleh ditendang, ditinju, atau dipegang. Permainan dimulai dari titik tengah.

Begitu  salah satu tim berhasil menggiring bola sampai masuk gawang lawan, permainan berakhir.

Adalah kalangan insinyur dan usahawan Inggris yang pertama kali membawa permainan ini ke luar negeri: ke Praha dan Graz, Austria, pada 1880-an, dan ke Wina, tempat dua klub dibentuk pada 1890-an.  Tahun 1887, karyawan pabrik tekstil mengenalkannya ke Rusia.

Pertandingan sepakbola pertama di Turki terjadi pada 1895 antara kesebelasan warga Inggris melawan tim sekolah Yunani, yang belajar dari pelaut Inggris. Mereka juga memperkenalkan permainan itu ke Brasil pada akhir 1870-an.

Menjadi olahraga terpopuler dan merakyat ternyata membawa konsekuensi. Penonton yang selalu membeludak sering menimbulkan keberingasan (hooliganism).

Pada 1950-an bukan cuma kekacauan, tapi sejak 1960-an menjurus pada kekerasan. Tragedi puncaknya terjadi pada 1985, di Stadion Heysel, Brussel, Belgia, yang mempertemukan tim Italia Juventus dan Liverpool dari Inggris.

Sebanyak 39 pendukung tim Italia tewas, 400 orang cedera, pada final Piala Champions Eropa. Menyusul bentrokan antara pendukung kedua tim. Akhirnya, klub Inggris itu dilarang ikut kompetisi Piala Eropa.

‘”Penyakit” itu pun menular ke negara lain di Eropa. Inggris pun dicap sebagai negara cikal-bakal keberingasan, berandalan atau hooligan. Bahkan sudah menjangkiti penonton fanatik di Indonesia, yang belakangan kita kenal sebagai “bonek”.

Mudah-mudahan bukan cuma kaum tifosi yang-bersemangat ole .. ole…, tapi juga prestasi persepakbolaan kita ikut gemilang. (Rye/The New Encyclopaedia Britannica). (Suara Flores, Intisari.com).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *