LARANTUKA, SUARAFLORES.NET,–Fakta lain yang tak terbantahkan dari proyek DAK tahun 2017 di Kabupaten Flores Timur senilai Rp2,448 Miliar untuk pembangunan Jembatan Tambatan Perahu (JTP) Waiboleng Sagu sebagai proyek yang gagal manfaat adalah buruknya akses jalan memasuki kawasan JTP.
Suara Flores.Net yang turun ke TKP alias Tempat Kejadian Proyek itu, Senin, 11 Maret 2019, bersama Aktivis Anti Korupsi Flotim yang juga Pimpinan Ormas Geomaritim Flotim, Fransiska Bengan Sabon menemukan fakta, yakni akses jalan tanah yang menghubungkan JTP dengan badan jalan trans Sagu-Binongko-Lewopulo yang jaraknya sekitar 100 meter dalam keadaan rusak dan semak berlumpur. Dimana tidak ada peningkatan badan jalan seperti lapen atau semenisasi oleh dinas terkait sebagai pemilik proyek maupun pemerintah Desa Sagu selaku penerima manfaat sejak proyek itu selesai pada tahun 2017.
Padahal, proyek ini dipaksakan untuk dibangun hanya karena ada kesepakatan yang dibuat oleh masyarakat dan pemerintah Desa Sagu dengan dinas terkait. Dimana, sesuai penjelasan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Perhubungan Flotim, Leo Keban bahwa proyek ini bisa berjalan meskipun pemanfaatannya hanya pada saat air pasang.
“Iyah, ini sangat aneh tapi nyata. Paksa bangun JTP di sini, tapi jalan raya ke JTP kok tidak dibangun dengan baik. Bahkan, sampai rusak seperti ini. Lalu, kira-kira siapa yang mau datang ke sini. Masuk dengan kendaraan roda dua saja agak susah, apalagi dengan roda 4 maupun 6,”pungkas Muhammad Kamil, warga Sagu yang nekad ke JTP lantaran penasaran dengan berbagai topik berita terkait JTP Waiboleng Sagu akhir-akhir ini.
Sambil berdiri di atas badan JTP, ia lalu menunjuk ke arah badan jalan yang berlumpur itu, Muhammad Kamil menambahkan, jika badan jalan tak segera diperbaiki maka semakin menambah buruknya proyek JTP sebagai proyek yang gagal manfaat. Artinya, paling-paling bisa berubah fungsi dari JTP menjadi lantai jemur kopra atau jembatan tambatan ambing,”tohoknya keras. Pasalnya, di atas badan JTP saat ini lebih banyak ditemukan kotoran kambing dari ujung ke ujung. Hal yang sama disampaikan Idris Umar, warga Sagu lainnya yang ikut datang melihat JTP Waiboleng Sagu itu.
“Iyah, saya juga baru datang lihat ini JTP. Selama ini hanya dengar-dengar saja orang omong. Mestinya, Pemerintah Desa Sagu maupun Dinas Perhubungan selaku pemilik proyek harus bangun badan jalan lebih dulu dengan kualitas terbaik agar akses ke JTP tidak sulit seperti sekarang. Biar transportasinya lancar. Kan, aneh juga. Masah, Pasar Sagu itu ada ditengah Sagu, lalu orang mesti datang bongkar muat hasil laut atau darat di JTP baru pikul jalan kaki ke sana yang jaraknya lebih dari satu kilometer. Kan, tidak mungkin. Hanya orang gila saja yang mau begitu. Apakah JTP ini hanya buat orang nelayan tambatkan perahunya? Lalu setelah itu pakai pikul barang jualannya ke darat dan terus ke Pasar Sagu kalau akses jalannya rusak begini,”ketusnya lagi.
Ia berharap Pemerintah Flotim, khususnya Dinas Perhubungan dan Pemerintah Desa Sagu lebih waras lagi dalam memperhatikan kondisi JTP Waiboleng Sagu saat ini, termasuk akses badan jalan ke JTP agar cepat dimanfaatkan, meski hanya pada saat air pasang.
Pantauan Suara Flores.Net, badan jalan itu kini dalam keadaan semak berlumpur dan mulai berumput. Meski ada bekas ban mobil yang lewat, tapi sangat beresiko licin dan tidak mungkin menarik selera pemilik mobil untuk paksa diri datang. Apalagi kondisi jembatan utama penghubung trans Binongko-Lewopulo yang medannya sedikit bertanjakan pun semakin rusak parah. Sementara itu, saat tiba di TKP JTP Waiboleng Sagu, Senin, 11/03/2019, Pagi itu, suasananya sangat sepi. Tak ada perahu motor yang tertambat, meski air lautnya lagi tenang dan sedikit pasang. Ada satu perahu motor berukuran diatas 30GT, tapi memilih membuang jangkarnya di tengah laut arah Sagu. Sungguh ironis memang.
“Kenapa, sudah ada JTP kok, para pemilik perahu motor enggan datang. Apa yang mereka takutkan? Kan, JTP ini layak bangun dan layak manfaat sebagaimana yang dijelaskan PPK Leo Keban. Apalagi ada berita acaranya yang sudah dibuat oleh Pemerintah dan masyarakat Desa Sagu?” gumam Fransiska Bengan Sabon sedikit bercanda. Ia pun berjanji menemui PPK Leo Keban di Larantuka untuk membuat ujicoba dengan mendatangkan sejumlah perahu motor ke JTP saat air pasang sebagai pembuktian apakah benar-benar JTP Waiboleng-Sagu yang dikerjakan CV.Yudistira Teknik yang melibatkan (FH), Keluarga dekat Bupati Flotim, meski bukan sebagai kontraktor pemenang lelang ini bisa bermanfaat atau tidak saat air laut pasang. (Roberth/SFN)