Caleg Pendek Bernyali Besar Ini Siapkan 1 Kursi untuk PDIP TTS

by -47 Views

SOE, SUARAFLORES.NET,–Namanya Bonifasius Baa Lerek (Bonlek). Kulit hitam, tubuh kecil, ramping dan pendek itu menjadi ciri khasnya. Rambutnya suka dipotong pendek dan suka berpakaian urak-urakan dengan gaya parlente ala anak muda 17 tahun. Di kalangan wartawan NTT, ia sudah tidak terlalu asing. Apalagi di kalangan pejabat, ia sering dibenci karena selalu menulis tentang kasus-kasus korupsi yang menyebalkan dada. Meski karya jurnalistiknya tidak luar biasa, gerakannya sering mengganggu bak nyamuk-nyamuk nakal yang harus dilibas.

Beberapa bulan terakhir, ia menepi di belantara Timor Tengah Selatan (TTS). Dia masuk keluar kampung, bergaul dengan orang-orang desa yang miskin dan hidup sederhana. Dia pergi ke hutan, bukit lemba, dan melawati malam, melalui sungai menemui orang-orang kecil, baik perempuan, laki-laki, tua jompo, dan remaja serta anak-anak kecil. Bahkan, para arwah yang telah meninggal dunia pun ia temui. Kabar tersiar di lembah medsos, dia kini ternyata sudah menjadi Calon Legislatif Nomor Urut Dua (2) dari PDIP untuk DPRD NTT.

Rupanya, sudah puluhan tahun, Boni Lerek, pria beranak 4 orang ini sudah menjadi kader tulen ‘banteng merah yang kemudian menjadi banteng moncog putih’ alias PDI dan PDIP. Gerakan politik pria bertubuh pendek kecil nan kurus ini hampir tidak diprediksi oleh siapapun.Ada yang bilang ‘dia pengkhianat, ada yang bilang dia oportunis dan ada yang bilang dia muka belakang.’ Tapi patut diakui, dia tiba-tiba lolos sebagai caleg PDIP, sebuah partai besar yang berkuasa penuh di wilayah NKRI.

Baliho Bonifasius Baa Lerek (Bonlek), Calon Anggota DPRD NTT, Timor Tengah Selatan (TTS)

Dalam dialog dengan Suaraflores.net, Kamis (7/2/2019), kader tulen PDI sejak tahun 1999 ini, mengaku bangga setelah berjuang puluhan tahun baru bisa jadi caleg PDIP, partai yang ia cinta dan banggakan. Mantan pengurus DPC PDIP TTS ini, mengaku, ia lolos menjadi caleg berkat pertolongan para leluhur PDIP yang sudah susah payah mendirikan partai.

“Saya ini seorang anak kecil yang tidak ada apa-apanya. Tapi saya bangga perjuangan saya bertahun-tahun baru hari ini dijawab para leluhur PDI dan PDIP yang telah meninggal. Para leluhur pendiri dan pejuang partai itu mungkin mendengarkan doa-doa saya dan mereka menggerakan partai untuk menetapkan saya sebagai caleg propinsi. Ini luar biasa Ama. Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Megawati Soekarnoputri, Pak Sekjend Kristianto, Ketua DPD PDIP, Frans Lebu Raya dan seluruh jajaran PDIP Kabupaten TTS yang sudah beri saya kesempatan,” terang Bonlek yang doyan main organ dan bernyanyi ini.

Pria yang menguasai tutur adat timor dan bahasa dan budaya timor ini, bukan orang baru di TTS, karena orang tua dan leluhurnya sudah mendarahdaging sejak dahulu kala di Tanah Soe yang sejuk, panas dan dingin. Dengan kebiasaan mamah sirih pinangnya, tidak susah baginya untuk berkomunikasi dengan warga-warga di desa terpencil yang masih banyak membutuhkan sentuhan pembangunan.

“Waktu saya jadi wartawan kecil-kecilan, saya sudah banyak bantu warga dengan membongkar kasus-kasus korupsi. Dan alhasil, banyak yang terbongkar dan diproses hukum. Itu sumbangan saya untuk rakyat melalui jemari penah saya. Jika saya diberikan kesempatan oleh partai, didukung Tuhan, para leluhur dan dipilih oleh rakyat, maka saya pasti akan berjuang dengan suara yang lebih keras di DPRD NTT lewat ‘bendera merah bergambar banteng moncong putih’ kesayanganku.”ungkap Bonlek.

Dikatakan Bonlek, Kabupaten TTS memiliki wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang terbesar di NTT. Kebutuhan hidup warga, seperti air minum, listrik, jalan dan perumahan, sekolah dan puskesmas, masih menjadi kebutuhan dasar yang harus diperjuangkan untuk dipenuhi.

“Kalau kita hanya tulis saja tanpa berjuang melalui jalur politik di DPRD, tentu butuh waktu lama. Kita harus rebut kursi DPRD NTT karena pada periode lalu kami semua caleg PDIP dicoret oleh KPU dan gigit jari nol besar. Jadi kali ini, kami bertekad merebut kursi untuk memperkuat PDIP di TTS dan berjuang keras membantu rakyat. Saya berjuang keras dengan modal tiada rotan akar pun jadi untuk sumbangkan satu kursi bagi PDIP,” tegas pria kelahiran TTS 44 tahun silam ini. (bkr/sfn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *