Cari Opsi Pulangkan Napiter dari NTT, TPDI Dialog dengan Kakanwil Kemenkum HAM NTT

by -45 Views

KUPANG, SUARAFLORES.NET,–Sejumlah advokat NTT dibawah koordinasi advokat senior Petrus Selestinus, SH, selaku Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) masing-masing; Luis Balun, Martinus Lau, Petrus Lomanledo dan Reyza Devita Djami, Rabu (6/6/ 2018) pukul 11.00 diterima oleh Yudi Kurniadi, Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM RI NTT. Kedatangan tim TPDI tersebut untuk meminta klarifikasi dari Kakanwil Kemenkum HAM NTT terkait keberadaan beberapa Narapidana Teroris (Napiter) titipan Dirjen Pemasyarakatan Kemenkum HAM RI ke sejumlah Lapas di NTT yang sebelumnya sempat menjadi polemik di media masa dan media sosial (medsos).

Petrus Selestinus dalam rilisnya yang diterima media ini, Selasa malam, secara rinci menerangkan bahwa pertemuan Advokat-advokat TPDI ini bertujun untuk mendapatkan gambaran yang obyektif dan kepastian dari Kakanwil Kemenkum HAM NTT yang memiliki otoritas tentang keberadaan Napiter di lapas-lapas di NTT sebagai titipan. Mereka ingin memastikan berapa jumlah yang dititipkan dan mengapa dititip di NTT.

Pertemuan itu sekaligus untuk mendapatkan klarifikasi dari Yudi Kurniadi atas pernyataannya selaku Kakanwil Kemenkum HAM yang sebelumnya disebut- sebut membantah keberadaan Napiter di Lapas-Lapas di sejumlah Lapas di Kabupaten-Kabupaten NTT sebagai titipan.

Dalam dialog secara tertutup antara TPDI dengan Kakanwil Kemenkum HAM NTT, Yudi Kurniadi didampingi oleh Ibu Rosimin selaku Humas dan beberapa Staf Kanwil Kemenkum HAM NTT. Pertemuan dialog yang berlangsung santai itu cukup memberikan informasi yang memastikan beberapa bahwa kebijakan Dirjen Pemasyarakatan tentang penitipan Napiter di lapas-lapas di beberapa Kabupaten di NTT.

Sejumlah kabupaten yang disebutkan seperti Kabupaten Atambua, Kefamenanu, Alor, Sumba Timur dan Kabupaten Ende. Memang benar dan dimaksudkan untuk program deradikalisasi para Napiter dengan kriteria tertentu.

Penitipanya dilakukan di kamar sel khusus yang diisolasi terpisah jauh dari napi-napi lainnya. Bagi keluarganya yang berkunjungpun diawasi secara ketat, dicatat identitas keluarga yang berkunjung nomor HP. Semua dilakukan dibawah pengawalan yang sangat ketat.

Menanggapi penjelasan Kakanwil Kemenkum HAM NTT Yudi Kurniadi, Petrus menyatakan bahwa meskipun ada jaminan bahwa Napiter yang dititip di lapas-lapas di NTT berada dalam pengawasan yang sangat ketat. Bahkan dtempatkan diruang khusus yang diisolasi.

Akan tetapi, oleh karena keberadaan Napiter titipan ini publik NTT tidak pernah diberitahu, maka informasi tentang keberadaan Napiter titipan di NTT sungguh-sungguh telah meresahkan masyarakat. Bahkan sangat mengganggu kenyamanan masyarakat terutama ketika berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat dalam kebhinekaan dalam pergaulan sosial sehari-hari.

Baca juga: Selestinus Minta Menteri Hukum dan HAM Hentikan dan Tarik Penitipan Napi Teroris dari NTT

Yudi Kurniadi dalam penjelasannya menambahkan bahwa Napiter yang dititip di NTT, bukanlah Napiter dengan kriteria Aktor Intelektual. Rata-rata mereka berasal dari pelaku turut serta yang secara tidak langsung dianggap membantu teroris.

Perannya itu misalnya menyembunyikan pelaku langsung atau aktor intelektual saat dicari yang berwajib. Peran lain seperti membantu dana untuk kegiatan teroris karena hubungan darah atau pertemanan. Atas dasar itulah dalam proses deradikalisasi Napiter ini ditempatkan melalui titipan di NTT guna memudahkan proses deradikalisasi agar kelak Napiter yang bersangkutan dapat kembali menjadi orang yang baik dan berguna di tengah masyarakat.

Meskipun demikian, TPDI tetap berharap agar Pemerintah Pusat Cq. Kemenkum HAM RI dan Gubernur NTT dapat segera menghentikan kebijakan titip Napiter di NTT. Diharapkan pemerintah segera pulangkan Napiter-Napiter titipan itu ke Jakarta atau Nusakambangan.

Baca juga: Pengesahan UU Terorisme, “Angin Segar” Penumpasan Terorisme di Indonesia

Permintaan ini sejalan dengan apa yang  didalilkan oleh Yudi Kurniadi bahwa semua Narapidana teroris tempatnya hanya satu yaitu di Nusakambangan. Karena keamanannya menggunakan sistim “maksimum security”, maka TPDI tetap berharap agar Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya untuk bersikap lebih tegas.

“Gubernur harus tegas mengatakan bahwa NTT tertutup bagi Napiter dan Napiter titipan, karena tidak membawa manfaat. Bukan saja bagi Napiternya sendiri akan tetapi juga bagi masyarakat NTT,” tegasnya.

Gubernur Frans Lebu Raya, Pers NTT dan Kepala BIN Daerah NTT, Drs. Daeng Rosada, telah membeberkan dengan jelas fakta-fakta tentang jumlah lapas dan jumlah Napiter yang ditipkan. Menurut KABINDA NTT, Drs. Daeng Rosada, tidak kurang dari 10 Napiter dititip di 5 atau 6 lapas di NTT.

Kakanwil Kemenkum HAM NTT-pun membenarkan keberadaan Napiter titipan, karena statusnya Napiter titipan, maka sebenarnya tinggal selangkah lagi, asal  Gubernur NTT mau bersikap lebih progresif, maka NTT sudah bersih dari Napiter titipan.

Saat ini Yudi Kurniadi adalah Kakanwil Kemenkum HAM Provinsi NTT, maka orang yang paling bertanggung jawab terhadap seluruh lapas di NTT semuanya wewenang Yudi Kurniadi. Dengan demikian Yudi Kurniadi diharapkan merespons keinginan Gubernur NTT dan terutama masyarakat NTT agar kebijakan menitip Napiter di NTT segera diakhiri  dan yang sudah terlanjur segera dipulangkan ke Nusakambangan.

Jika Kementerian Hukum dan HAM RI memerlukan SDM yang kompeten untuk membantu proses deradikalisasi para Napiter, maka NTT akan siap membantu karena NTT memiliki banyak rohaniwan dan rohaniwati yang mampu melaksanakan tugas peran serta masyarakat membantu pemerintah memberantas terorisme. (tpdi/bkr/sfn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *