MBAY, SUARAFLORES NET — Fransiska Enga (49) seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) asal Kelurahan Lape Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo, Flores menderita sakit gangguan fungsi hati (liver). Kurang lebih dua minggu, ia dirawat di RS Fatmawati Jakarta Selatan. Kamis (26/04/2018) pihak rumah sakit memperbolehkan untuk kembali ke daerah asalnya.
Proses perawatan dan pemulangan pada tanggal 14/04 disuguhkan berita yang cukup menghebohkan publik melalui pemberitaan berbagai media online. Disebutkan bahwa Fransiska Enga bersama suami Nikolaus Newa diketahui terlantar oleh petugas P3S Suku Dinas Sosial Jakarta Timur. Mereka ditemukan di pinggir jalan kawasan Pasar Rebo.
Saat itu, keduanya hendak menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara, meminta Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk pengobatan penyakit yang diderita Fransiska Enga. Informasi ini menjadi bahan diskusi publik dan viral di media sosial.
Menanggapi hal tersebut, Bertoldus Lalo selaku Kepala Perwakilan Pemerintah Provinsi NTT di Jakarta, saat dikonfirmasi SuaraFlores.Net, Jumat (27/04) via WhatsApp membenarkan berita pasutri yang sudah viral ke mana mana.
Ia menyampaikan secara detail terkait keberadaan pasutri tersebut agar tidak menjadi polemik ataupun salah penafsiran.
“Saya yang bertanggung jawab selama pasien ada di rumah sakit hingga pasien kembali di daerah,” ujarnya.
Baca juga: Pemda Flotim Sebarkan Virus Busuk Sampah di Heras
Bertoldus Lalo mengakui bahwa pihaknya mengetahui Fransiska dan Niko melalui media sosial di grup lokal yang sudah ramai dibicarakan. Sebagai perwakilan pemerintah NTT, wajib hukumnya tanpa perintah siapapun atau laporan dari pihak manapun, menjalani kewajiban dengan menelusuri dan menolong warga.
“Saat itu saya ada pertemuan. Saya kontak adik Yohanes Gore Jemu yang juga orang Nagekeo untuk bertemu pasutri ini di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Cipayung (panti asuhan milik Dinas Sosial DKI Jakarta). Saya minta saudara Yohanes Gore untuk kordinasi baik dengan pihak panti asuhan,” ujarnya.
Pemberitan sudah viral. Rencana minta surat rujukan dari panti asuhan untuk membawanya di RS Carolus batal. Masalah tersebut pun diketahui oleh pihak kementerian kesehatan. Minggu (15/04) pihak RS Fatmawati datang menjemput Fransiska yang didampingi suaminya untuk dirawat di sana.
“Bersama staf, saya ke RS Fatmawati untuk memastikan dan bertemu Fransiska dan pihak RS Fatmawati. Fransiska dirawat spesialis. Saya dan Yohanes Gore menjadi penanggung jawab. Saya dari unsur Pemerintahan Perwakilan NTT dan Yohanes Gore dari Paguyuban Nagekeo,” jelasnya.
Baca juga: Rela Tinggalkan Italia, Anna Belajar Proses Pembuatan Tenun Ikat di Ende
Ketika itu, lanjut Bertoldus, Yohanes Gore tetap melakukan proses administrasi rujukan dari panti asuhan ke rumah sakit Fatmawati. Pihak RS pun selalu memberikan informasi perkembangan perawatan terhadap Mama Fransiska Enga.
Untuk menjaga informasi atau pemberitaan yang di luar dari fakta, Bertoldus membangun kerjasama yang baik dengan pihak rumah sakit. Jika ada tamu atau pers ingin bertemu pasien wajib menghubungi pihak perwakilan pemerintah NTT.
“Saya tidak mengada-ada, tapi demi perawatan Mama Fransiska yang baik, cepat sembuh dan kembali ke kampung halamannya,” tegas Bertoldus.
Lanjut Bertoldus, Mama Fransiska diperiksa lengkap. Ia menderita gangguan fungsi hati dan perut membengkak. Bukan penyakit kangker. Pihak RS melakukan penyedotan beberapa kali.
Pada tanggal (24/04) pihak RS Fatmawati menginformasikan bahwa Mama Fransiska sudah boleh keluar dan rawat jalan. Menurut mereka, rawat jalan bisa dilakukan di daerah yang ada dokter spesialis penyakit dalam.
Anggota DPRD Kabupaten Nagekeo Kanisius Mite, (24/04) berkoordinasi dengan pihak RS Nagekeo bahwa belum ada dokter spesialis penyakit dalam, yang ada hanya dokter spesialis bius dan bedah. Ia lalu menghubungi Dirut RSUD Kupang dr. Domi Mere. Direkomendasikan dokter senior spesialis penyakit dalam dr. Aries di Kabupaten Ende, Flores.
“Saya ketemu Pak Kanisius Mite saat mereka kegiatan di Jakarta. Jawabannya di rumah sakit Daerah (RSD) Aeramo type D Pratama belum ada dokter penyakit dalam. Saya terus berusaha dan mendapat rekomendasi di Ende oleh Dirut RS Kupang,” jelanya.
Pada tanggal (25/04), Bertoldus bersama staf menemui pimpinan rumah sakit untuk membicarakan terkait rawat jalan dan dokumen yang harus dibawa Fransiska. Disiapkan dokumen rujukan rawat jalan ke RSUD Ende dengan dokter spesialis penyakit dalam dr Aries.
Baca juga: Kartu Sikka Sehat, Solusi Jitu Paket ROMA Jawab Keluhan Masyarakat
Pihak rumh sakit mengharapkan agar Niko memperhatikan istrinya terkait waktu istirahat, pola makan minum dan rutin untuk pemeriksaan bulanan di RSUD Ende.
“Kami booking tiket pesawat Jakarta – Kupang dengan Batik Air dan Kupang – Ende pakai Wings Air tanggal 26 April 2018. Dari Jakarta pukul 03.10, tiba Kupang pukul 07.10. Dari Kupang pukul 13.00 dan tiba Ende puku 14.00. Kami menyiapkan perlengkapan seperti yang diminta pihak RS termasuk kursi Roda,” jelasnya.
Sebagai pemerintah, tambah Bertoldus pihaknya koordinasi dan melaporkan pemulangan kepada Gubernur NTT, Frans Lebu Raya. Ia juga membangun komunikasi intens dengan penjabat Bupati Nagekeo Kosmas Lanang hingga tanggal 26/04.
“Saya minta Pak Kosmas untuk siapkan mobil dinas dan sopir untuk menjemput di Bandara Ende. Pak Kosmas pun merespon baik permintaan kami. Saya bekerja cukup telaten. Hal-hal begini, udah banyak yang kita ngurus. Pada prinsipnya, saya harus bertanggung jawab hingga Fransiska bersama suamianya Niko tiba di rumahnya. Tidak ada embel-embel ya,” tegasnya. (Frumen).