Di Balik Festival Sepekan Kelimutu, Viktor Minta Bupati/Walikota Rajin Menulis Cerita

by -72 Views
Suara Flores

SUARAFLORES.NET — Sesaat setelah prosesi adat ritual pemberian sesajian untuk Leluhur Nenek Moyang (pati ka bapu ata mata) di tubu musu TNK Kelimutu,  Gubernur Nusa Tenggara Timur Victor Bungtilu Laiskodat mengajak masyarakat untuk mengucap syukur kepada keindahan alam yang diberikan Tuhan. Kelimutu tempat yang indah,  titik di mana dunia ini diciptakan. Salah satu yang diciptakan indah adalah Kelimutu dan bagian yang tak terpisahkan dari Kabupaten Ende.

Viktor mengatakan bahwa bicara tentang pariwisata, tidak dapat pisahkan antara Alam dan Budaya. Dua hal ini akan mati kalau tidak ada ekonomisnya. Dengan demikian kalau buat Festival itu, ujungnya harus jelas yakni berapa uang yang masyarakat peroleh untuk peningkatan perekonomian.

Victor Laiskodat mengapresiasi kinerja pemerintah daerah Kabupaten Ende yang sudah mengemas secara baik pariwisata yakni wisata alam dan budaya. Hal paling penting dari wisata alam adalah kebersihan. Kebersihan itu adalah hal utama yang harus dijaga, karena bila wisata alam itu bersih, indah, rapih dan menarik maka obyek wisata itu memiliki nilai jual tertinggi.

Hal yang menjadi penekanan Victor adalah meminta kepada pihak kepala Balai TNK Kelimutu agar Endemik tanaman yang ada di kawasan Kelimutu dilakukan penelitian dan diperbanyak.

Lanjut Victor, untuk kegiatan Festival Sepekan Kelimutu tahun depan Pemerintah Provinsi bersama Kabupaten dan juga Kementerian akan melakukan kegiatan ini secara bersama sama, dan selama satu minggu semua sekolah dan kantor Libur.

Kita fokus dengan acara event sepekan Kelimutu. Pada hari puncak Pati ka Bapu atau mata di Kawasan TNK Kelimutu seluruh masyarakat sepanjang jalan dari kota Ende menuju Danau Kelimutu wajib berbaris di kiri kanan jalan dengan menggunakan pakaian tenun dan diiringi dengan tari tarian. Itu baru namanya Festival.

“Waturaka adalah desa penyangga di bawah kaki gunung kelimutu. Sebagai Gubernur, saya belajar banyak dari Waturaka. Mereka mampu melakukan transformasi dari petani konvensional menjadi petani pariwisata. Dan itu adalah sebuah lompatan yang secara teori pariwisata pernah ada tapi gagal untuk melumpuhkannya,”  kata Victor.

Baca juga: Eks Anggota BIN Asal Nagekeo Meninggal Dunia pada Usia 74 Tahun

Baca juga: Perkuat Layanan PAUD HI, Enam Desa Inisiasi Buat Perdes

Point yang kedua adalah di tengah-tengah mereka tidak ada atraksi yang hebat. Atraksi yang dikenal dunia itu hanya danau kelimutu dan itu tidak ada di tengah mereka. Mereka sebagai rantai nilai terhadap danau kelimutu itu. Masyarakat Watuaraka sendiri mampu mengcreate rantai pariwisata itu sebagai kekuatan ekonomi. Inilah hal yang luar biasa dilakukan masyarakat Waturaka.

Menurut Victor Pariwisata adalah usaha mewujudkan ekspektasi dan imajinasi manusia. Dengan demikian kekuatan ekonomi dari pariwisata adalah seluruh rantai pasok dan rantai nilai datang dari daerah itu sendiri. Hal itu meliputi : Ubi, jagung, beras, kopi, teh, gula, daging, ikan, tarian, tenun, mobil, dan guide serta cerita semuanya dari kita.

“Semuanya bagus kecuali satu yang terakhir,  cerita tidak ada. Orang NTT tuh paling malas bercerita. Cerita itu yang membuat orang hidup. Orang akan terus hidup kalau ada cerita. Hari ini kita merasa Marsel Petu masih hidup sampai sekarang, karena kita tetap bicarakan tentang Dia dan itu karena cerita. Ke depannya kepada para Bupati dan Walikota untuk menggalakkan kembali lomba cerita dan menulis cerita, terkait hikayat maupun legenda yang semua nya untuk kekayaan pariwisata,” tutupnya. (frits/dm).