SUARAFLORES.NET,–Politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Petrus Selestinus, SH, menggelar sebuah kegiatan akbar berjudul “Dialog Kebangsaan Jaga Nian Tana” di Lokaria, Maumere, Kabupaten Sikka, belum lama ini. Dialog atau dalam bahasa Sikka disebut bibong babong atau kula babong, dan Jaga Nian Tana’ yang berarti menjaga alam atau bumi atau wilayah tersebut dihadiri 1.000 warga. Ada tokoh adat, tokoh budaya, tokoh parpol, tokoh agama dan pemerintah, dan warga. Acara dialog ini tergolong unik dan langka karena belum pernah terjadi di Sikka seorang politisi menggelar sebuah dialog kebangsaan di kampung dengan mengundang lintas golongan, agama dan parpol.
Dalam tema kecil ‘Mai Mogat Lunung Kunung Jaga Nian Tanah Sikka,’(mari kita bersama-sama menjaga alam atau bumi Sikka ), Selestinus mengajak seluruh warga Sikka, mulai dari para petani, nelayan, buruh, pedagang, pemuda dan pelajar, kaum ibu dan perempuan muda, tokoh adat, tokoh agama, bahkan berbagai tokoh dan caleg partai politik untuk merawat atau menjaga bersama bangsa Indonesia, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pulau Flores dan Kabupaten Sikka khususnya dari berbagai ancaman dari luar. Ancaman itu, seperti yang saat dialami warga bangsa Indonesia, yaitu terorisme dan radikalisme dan ancaman penguasaan lahan-lahan ekonomi rakyat yang sistematis.
Pantauan Suaraflores.net, kegiatan yang menjadi ajang sosilisasi para caleg Partai Hanura tersebut, juga diwarnai ajakan kepada warga untuk memenangkan Calon Presiden dan Wakil Presiden Ir. Joko Widodo dan Maruf Amin. Setelah selesai sosialisasi, seluruh atribut kampanye ditutup dan disimpan, kemudian dibuka dengan Dialog Kebangsaan Jaga Nian Tana. Acara ini dimulai dengan siraman segar band musik anak-anak muda Maumere dan kemudian diteruskan dengan diskusi mengenai situasi dan kondisi bangsa, kondisi NTT dan Sikka. Tampak seluruh warga yang hadir bersuka –cita, riang gembira penuh ceria mengikuti dialog.
Menurut advokat senior ini, saat diwawancarai Suaraflores.net seusai dialog tersebut, yang melatarbelakangi dialog kebangsaan karena saat ini terorisme dan radikalisme telah menjadi ancaman yang sangat serius dalam tubuh bangsa Indonesia. Terorisme dan radikalisme bukan lagi menjadi sebuah isu atau gosip, tetapi sudah masuk jauh di dalam peraturan dan perundangan untuk merubah NKRI menjadi negara Kilafah. Pasalnya, menurut dia, kader-kader terorisme yang berpaham radikal sudah banyak masuk ke tubuh partai-partai politik yang ada di Indonesia. Untung saja, rakyat Indonesia memiliki Presiden Jokowi yang hebat sehingga mampu mencegah dan menggagalkan semua rencana terselubung itu.
Petrus menegaskan, fakta telah membuktikan bahwa pada bulan Desember 2017, hampir saja bangsa Indonesia mengalami kekacauan yang luar biasa akibat peristiwa 212. Gerakan itu di belakangnya ada kekuatan radikalisme dengan target mengambil alih kekuasaan dari tangan Presiden Jokowi, kemudian membangun kekuatan baru yang mereka namakan Kilafah. Kalau mereka berhasil menumbangkan ideologi Pancasila dan membangun ideologi Kilafah, maka ideologi lain tidak boleh tumbuh. Ideologi Pancasila yang membuka ruang bagi pluralisme tentunya tidak bisa berkembang lagi. Untung saja, Presiden Jokowi (meski mendapat tekanan hebat), berani mengeluarkan Perpu Terorisme dan Radikalisme untuk memangkas undang-undang ormas yang dilahirkan pemerintahan sebelumnya demi memperkuat kelompok radikal.
“Jokowi pangkas undang-undang itu. Jokowi berani bubarkan HTI dan membuat mereka terdiam. Namun, mereka terus bergentayangan dari satu tempat ke tempat yang lain. Bahkan Menteri Dalam Negeri, Cahyo Kumolo dalam kunjungannya ke NTT beberapa waktu lalu mengatakan terorisme dan radikalisme bergentayangan di NTT dan oleh karena itu kita harus memberangus. Bahasa memberangus bisa berdampak pada tindakan main hakim sendiri. Dan oleh karena itu, saya minta rakyat Kabupaten Sikka tidak boleh terjebak dalam tindakan main hakim sendiri. Tidak boleh kita menghakimi orang, terutama saudara-saudara kita yang muslim di Sikka. Secara nasional kita minoritas, tetapi di sini kita mayoritas. Jika ada gerakan-gerakan yang mencurigakan maka segeralah lapor polisi,”kata Petrus.
Baca juga: Petrus Selestinus, Pengacara Sepatu Miring yang Dibenci Koruptor
Baca juga: Yosef Badoeda: Empat pilar kebangsaan adalah roh kehidupan rakyat
Baca juga: Mantan Sopir ini Optimis Lolos ke Kursi DPD-RI Wakili Rakyat NTT
Nah, dalam konteks Dialog Kebangsaan Jaga Nian Tanah, Petrus menjelaskan bahwa Kabupaten Sikka yang letaknya sangat strategis dari udara, laut dan darat menjadi pintu masuk mulus gerakan terorisme dan radikalisme. Arus transportasi yang ramai hilir mudik, membawa berbagai macam orang datang ke Sikka, jadi generasi muda Sikka pun menjadi target ancaman serius karena tidak semua orang yang masuk ke Sikka terdeteksi secara baik identitasnya.
Oleh karena itu, tegas Petrus, cara pertama mencegah terorisme dan radikalisme adalah dengan memperkuat jati diri budaya orang Sikka melalui budaya patuh pada adat, pada aturan hukum, patuh pada ajaran agama dan patuh pada pemerintah. Dan terus melakukan budaya dialog kebangsaan antar agama untuk saling menjaga keamanan dan kedamaian terhadap ancaman kaum radikalisme dan terorisme. Dengan berdialog tercipta sikap saling terbuka, saling percaya dan kerja sama dalam menjaga Nian Tanah dari berbagai ancaman.
Kedua, rakyat Sikka harus mampu mengusai lahan hidup ekonomi perkotaan. Pasalnya, jika lahan ekonomi perkotaan didominasi ‘orang pendatang,’ dengan leluasa, maka kemampuan ekonomi warga Sikka tidak akan berkembang secara mandiri. Pendatang dari luar saat ini memang sudah tidak bisa dicegah, apalagi saat ini era ekonomi perdagangan bebas siapapun tidak bisa melarang. Salah satu cara agar rakyat Sikka bisa bersaing adalah dengan menjadi wirausaha. Orang Sikka harus bisa berdagang , di dalam daerah, antar daerah maupun antar pulau.
“Pemerintah daerah harus membuka ruang dan peluang modal usaha yang memadai agar warga Sikka bisa berusaha secara mandiri, mulai dari usaha ekonomi yang mickro, menengah hingga ekonomi mackro untuk membangun dirinya dan daerah. Jika hal ini tidak menjadi perhatian serius, maka sudah pasti cepat atau lambat lahan ekonomi kota dikuasai pendatang. Apalagi saat ini, warga dengan mudah menjual tanahnya, dan kemudian sialnya mereka hidup miskin. Kondisi ini sangat berbahaya karena ruang yang terlalu terbuka ini bisa disalahgunakan berbagai pendatang baru yang bisa saja ‘ada yang berpaham radikal’ untuk membangun kekuatan,”kata Petrus.
Menurut mantan tim kuasa hukum Megawati Soekarnoputri ini, mayoritas rakyat Kabupaten Sikka adalah warga petani yang tinggal di desa-desa, di lembah-lembah, bukit-bukit dan pegunungan. Mereka mengolah lahan pertanian dan perkebunan di desa-desa mereka. Memang banyak juga warga yang mempunyai usaha kios-kios, dan ada pula yang menjadi pedagang-pedagang kecil dengan modal dan ruang usaha yang masih sempit. Artinya, bakat usaha berdagang masyarakat Sikka di desa-desa sudah ada. Selain petani dan pedagang kecil, sebagian kecil warga Sikka tinggal di sepanjang pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan. Hanya sebagian kecil mereka sudah mendapat sentuhan modal dari berbagai dana pemerintah, namun sebagian besar mereka masih hidup dalam kondisi miskin. Mereka juga membutuhkan perhatian besar dari pemerintah.
Oleh karena itu, lanjut Petrus, pemerintah sebagai pemilik anggaran atau modal usaha harus memberikan mereka kesempatan yang seluas-luasnya mengembangkan usaha ekonomi yang sudah dibangun dengan modal usaha dan manajemen yang baik. Mereka harus mulai berubah dari usaha yang kecil menjadi besar dan sukses. Mereka juga harus didorong untuk terjun dalam membangun usaha di wilayah perkotaan untuk bersaing secara sehat dengan pedagang atau pengusaha-pengusaha lainnya.
Ketiga, generasi muda Sikka harus menjadi generasi muda yang cerdas, pintar dan berkualitas yang taat pada agama, budaya dan hukum yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu, seluruh anak-anak, remaja atau kaum muda Sikka harus sekolah atau mengenyam pendidikan. Hal yang masih memperihatinkan, masih begitu banyak anak-anak Sikka yang terpaksa tidak bisa sekolah karena masalah ekonomi. Untuk itu, pemerintah, DPR, lembaga-lembaga swasta dan semua pihak harus berjuang bersama agar mereka juga bisa mengenyam pendidikan, agar orang Sikka tidak tertinggal dari daerah lainnya. Fasilitas pendidikan dan guru-guru harus dibangun dan diperhatikan kesejahteraanya.
“Jaga Nian Tana, bukan berarti kita melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau main hakim sendiri dalam memberangus terorisme dan radikalisme. Bukan juga hanya berarti merawat yang sudah ada, tetapi kita harus memperkuat diri dengan jati diri budaya, ekonomi dan pendidikan. Budaya, ekonomi dan pendidikan adalah tameng kuat untuk membendung ajaran atau paham radikalisme dan terorisme yang terus menghantui. Memang, pembangunan infrastruktur sangat penting, tetapi apalah artinya jika rakyat Sikka tidak dipersiapkan untuk memanfaatkan tol laut, jalan yang mulus, pelabuhan dan bandara yang bagus untuk memajukan ekonominya. Jika tidak persiapkan diri, maka kita hanya akan menjadi penonton di daerah sendiri,” tutup Calon Anggota DPR-RI Partai Hanura nomor urut dua (2) ini. (bungkornell/sfn)