SUARAFLORES.NET–Pasca Calon Gubernur NTT PDIP, Marianus Sae ditetapkan sebagai tersangka kasus suap proyek di Bajawa oleh KPK, peta kekuatan dukungan pemilih Flores mulai berubah. Nama calon gubernur Partai Demokrat, PKPI dan PKS, Benni Kabur Harman (BKH) mulai ‘merobek tirai basis merah’ di Flores yang menjadi mesin utama kemenangan Gubernur Frans Lebu Raya dua periode.
Rekaman Suaraflores.net, politisi senayan kelahiran Manggarai itu ramai didiskusikan di tengah warga saat ini. Tak sedikit yang memprediksikan BKH yang bakal mendulang suara mayoritas rakyat di Pulau Flores. Nama BKH yang sempat tenggelam dalam aksi heroik Bupati Marianus membawa gerbong PDIP yang berbasis besar, kini mulai menanjak mendaki bukit.
BKH bukan hanya akan mendulang suara besar di Flores, tetapi BKH pun bakal memenangkan pilgub NTT jika Viktory-Joss dan Esthon memilih menggempur ‘rebutan suara di piring kecil’ Pulau Timor dan Sumba. Saat ini, di Kabupaten Sikka nama BKH yang awalnya senyap kini melonjak menyaingi Viktory-Joss yang dibayangi Marianus dan Esthon.
Sumber-sumber kuat di Gedung Sasando El Tari Kupang menyebut BKH ibarat “durian runtuh pasca Marianus dirundung duka lara.” Mengapa? Setelah masuknya Marianus di ruangan sejuk KPK membuat BKH menjadi calon gubernur NTT satu-satunya dari Pulau Flores. Andaikata, isu Flores Katolik terus dihembuskan dan dimainkan masif ke jantung rakyat di desa-desa, maka tak sulit bagi BKH untuk meraih kemenangan telak di basis-basis Katolik Flores. Meski bertengger di partai kecil yang tidak berkuasa, BKH dinilai warga mampu memantik emosi massa Flores yang mayoritas Katolik pasca terjungkalnya Marianus sang petarung dari Bumi Tana Ngada.
Baca juga: Marsel-Djafar: Rakyat Ende Tahu Apa yang Sudah Kami Kerjakan
Baca juga: Tim MS-Emi Terus Bergerak ke Desa
Lebih jauh, apabila benar isu gerbong birokrat pendukung Gubernur Lebu Raya ‘bermain di belakang layar menyusup dan memompa’ elektabilitas BKH dan Litelnoni, maka kekuatan dukungan BKH akan kian menggunung secara khusus di Flores. Hal ini bukan lagi menjadi rahasia umum, karena isu kuat beredar di Pilkada Kota Kupang silam, gerbong birokrat mempunyai pengaruh besar terhadap kemenangan Jeffy Riwu Kore dan Herman Man yang diusung Partai Demokrat, Gerindra dan PAN.
Dalam pantauan Suaraflores.net beberapa pekan terakhir isu tersebut makin mendekati kebenaran. Gerakan ‘terjun senyap di balik layar’ kian masif ke daerah. Meski Demokrat, PKS dan PKPI tidak sedang berkuasa di NTT, apabila sulutan obor suku dan agama makin menambah kencang ke desa-desa, maka jalan mulus akan dilalui BKH menuju Gedung Sasando.
Walaupun saat ini, banyak pihak terus bersuara keras menolak politik identitas atau primordialime, namun di akar rumput tampak lebih banyak orang masih kental ‘berlumuran” isu SARA. Bila di Timor, Sumba, Alor, Sabu dan Rote isu SARA belum luruh, maka sudah pasti di Flores pun demikian. Fakta politik identitas tampak masih sulit disikat bersih meskipun begitu banyak kaum intelektual terlibat dalam parpol di lintasan kereta politik pilkada gubernur NTT.
Lebih jauh lagi, dinamika aktual politik terkini gamblang menampilkan 4 calon gubernur yang maju, dan tiga dari Pulau Timor, yaitu Esthon Foenay, Viktor Laiskodat dan Emilia Nomleni yang tetap ngotot bertempur pasca dijebloskannya Marianus di sel KPK. Dengan peta tiga lawan satu, maka BKH tampak sulit dibendung lajunya jika jualan SARA menjadi senjata pamungkas.
Nah, apabila BKH ‘si durian runtuh’ ini menarik seluruh gerbong Marianus untuk bersatu, maka Christian Rotok dan Josep Nae Soi yang hanya di posisi wakil bisa saja sulit meraup suara lebih banyak dari BKH yang kini disebut calon tunggal dari Flores. Selanjutnya, dalam dokumen media ini BKH yang dua kali kalah di pilgub NTT silam memang tercatat tidak menang hampir di semua kabupaten, kecuali Manggarai Barat kampung halamanya.
Jika ingin menang besar, maka BKH harus mendongkrak suara besar pula di Kabupaten TTS dengan ujung tombak Benni Litelnoni. Benny yang dahulu kalah telak di TTS ketika berpasangan dengan Frans Lebu Raya harus lebih bertenaga dengan nutrisi politik bergisi tinggi selama 5 tahun menjabat wakil gubernur.
Bila keduanya mampu ‘mencukur gerakan politik’ para seterunya di basis Flores (9 kabupaten), TTS, serta dukungan basis suara tambahan di Belu, Malaka, dan Sumba Barat, maka sudah hampir pasti Partai Demokrat, PKPI dan PKS akan mengukir sejarah baru di NTT pasca menghabisi partai partai besar, seperti Golkar, Nasdem dan PDIP di pilkada Kota Kupang dua tahun silam.
Namun demikian, bola politik masih berputar menggelinding liar. Kubuh Golkar dan Nasdem tentu tidak tinggal diam. Bermodalkan jaringan kader partai yang kuat dan militan di akar rumput, pasti akan meladeni pole main BKH. Meski BKH melambung di Flores, tim Viktory-Joss yang dimotori para politisi kawakan nasional dan NTT dipastikan tidak tidur diam. Mereka pun telah bergerak ke basis-basis dengan mengibarkan bendera Wind of Change.
Lebih jauh, untuk memenangkan Viktory-Joss dibutuhkan tenaga super kuat dan ‘suntikan vitamin politik’ agar gerakan gerilya makin gesit menjual program brilian percepatan pembangunan NTT. Dan satu lagi yang tak kalah urgen, yaitu Viktoy Joss harus berjuang keras membelah arus deras isu SARA yang mulai mengalir deras di Bumi Flores Nusa Bunga.(Analisis news by korneliusmoanita/sft)