LARANTUKA, SUARAFLORES.NET,-Himpunan Pelajar Mahasiswa Adonara Tengah (HIPANARA) menyebut proyek pembangunan jaringan air bersih Ile Boleng (SPAM IKK Kecamatan Ile Boleng) sebagai kegiatan ugal-ugalan tanpa sebuah perencanaan yang baik.
Buktinya, mata air Waitahik yang dijadikan sebagai sumber mata air dalam dokumen paket perencanaan pekerjaan dengan nilai kontraknya Rp.10 M lebih itu memiliki debit air yang sangat sedikit dan sangat mustahil bisa dialirkan ke Ile Boleng.
Bahkan, menurut HIPANARA, konsultan perencananya tidak bekerja dengan cermat dan profesional. Namun, lebih berorientasi proyek dan mengambil keuntungan. Demikian pernyataan yang dilontarkan Ketua Bidang Penalaran dan Keilmuan, Ambrosius Kopong Bura dalam rilis yang dikirim ke media, Jumad, (11/10/2019) lalu.
Menurut Ambrosius, tidak benar jika dalam rapat gabungan komisi DPRD Flotim tanggal 25 Oktober 2018 menyebutkan bahwa untuk kepentingan air ke Ile Boleng maka akan menampung 4 sumber mata air yakni Waitahik 1 dan 2, Wai Te’et dan Rembesan.
“Ini sesuatu yang tidak benar karena mata air Waitahik itu hanya satu. Tidak ada Waitahik 1 dan 2. Kemudian, debitnya pun sangat kecil. Warga ambil untuk minum pun mesti menggunakan gayung tangan.
Sedangkan, Wai Te’et itu berada di Wilayah perkampungan Desa Lite, dan hanya bisa muncul saat musim hujan.
“Sehingga Kami menduga proses perencanaan awal dengan turun ke lokasi sumber mata air mengambil data tidak dilakukan dengan baik. Artinya, tidak ada survei awal yang lengkap,”ujar Kopong Bura, serius.
Ia pun bahkan berani menyebutkan jikalau Waitahik dan Wai Te’et yang dimaksudkan itupun pada musim kemarau airnya kering.
“Terus terang, Kami rasa janggal kok bisa mata air Waitahik dan Wai Te’et yang debitnya sangat kecil itu mau dijadikan sebagai sumber mata air yang dialirkan ke Ile Boleng. Apalagi, Wai Te’et itu, Kami duga adalah Bao Lolon, sebagaimana yang selalu disebutkan masyarakat di sekitarnya. Nah, sumber airnya itu berada dibawah pohon Te’et, yang debitnya sangat kecil. Memang, letaknya berdekatan dengan Waitahik sehingga mau disatukan itu.
Sementara, terkait sebutan air rembesan, hingga kini tak diketahui persis dimana titiknya,”tohok Kopong Bura, lagi.
Ia bahkan mempertanyakan kenapa konsultan perencana, kontraktor dan Dinas PU Flotim tak berani menunjukan foto sumber mata air Waitahik dan Wai Te’et ke publik.
Pasalnya, sebut Kopong Bura, semua orang di Desa Lite dan Kenotan tahu baik keadaan sumber mata air tersebut.
Sementara itu, mantan Ketua HIPANARA periode 2015-2016, Alfons Payong Geroda mengatakan, perencanaan proyek yang tidak prosedural ini telah memperlihatkan bahwa proyek air bersih Ile Boleng terkesan ugal-ugalan.
“Ugal-ugalan itu maksudnya, proyek tanpa perencanaan yang baik dan matang, sekedar mengejar keuntungan, kontraktornya juga tak profesional, hingga membuatnya mangkrak karena tidak ada sumber mata airnya. Proyek inipun terlihat tidak taat terhadap aturan perencanaan dan pekerjaan yang benar,” katanya.
Jika perencananya baik dan punya keahlian, beber dia, tentunya akan ada hasil yang baik. Termasuk, konsultan ahli perencana pun mampu memastikan bahwa sumber mata air dalam dokumen kontrak akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Ile Boleng dan sampai ke titik tujuannya.
“Nah, justru yang terjadi adalah hingga tahun 2018 berakhir, proyek air bersih Ile Boleng tak memiliki satu sumber mata air yang jelas,”pungkasnya, semangat.
Payong Geroda bahkan meminta ketegasan sikap Anggota DPRD Flotim Daerah Pemilihan Adonara Tengah, Adonara Barat dan Wotan Ulumado yang baru dilantik untuk berani bersuara keras mempertanyakan semuanya ini dan meminta pertanggungjawaban dari Dinas Pekerjaan Umum Flotim, Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksananya yakni Piet Dosinaen selaku Kuasa Direktur PT.Global Nusa Alam.
Selain itu, HIPANARA juga meminta keseriusan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Nusa Tenggara Timur menindaklanjuti laporan Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat (AMPERA) Flotim, terkait adanya dugaan korupsi dalam proyek SPAM IKK Ile Boleng tahun 2018 senilai Rp. 10 M lebih tersebut.
Pasalnya, sebut Kopong Bura dan Geroda Payong, proyek ini terus menyita perhatian publik dan menyisahkan fakta lapangan yang tidak beres, serta merugikan keuangan negara. Sekadar tahu saja, Banyak uang proyek sudah cair sekitar 20 an persen, fisik proyek seperti pipa pun sudah didatangkan dan bak reservoar di Dokeng pun sudah dibuat, tapi tidak selesai proyek ini.
Sementara, Kabid Cipta Karya, yang juga Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum Flotim, Yorris Juan Fernandez, ST yang pernah dihubungi beberapa waktu lalu enggan berkomentar. Sementara Kadis PU Flotim yang baru dilantik, Dominikus Demon,SH belum bisa dihubungi hingga saat ini. (Suara Flores.Net/RBT)