JAKARTA, SUARAFLORES.NET,–Kemajuan sarana transportasi di Pulau Flores kini kian pesat. Berbagai jenis kendaraan seperti motor dan mobil hingga bus besar dan kecil ramai lalu-lalang di jalur utama trans Flores, dari Kota Labuan Bajo hingga Kota Larantuka, Flores Timur. Selain jalur darat, jalur lalulintas laut dan udara pun makin lancar. Berbagai maskapai melayani penerbangan dari dan ke Flores setiap hari didukung dengan fasilitas bandara yang sudah cukup baik. Demikian juga kapal-kapal laut dan kapal fery ASDP yang setiap minggu dan setiap bulan hilir mudik sandar di pelabuhan-pelabuhan berkualitas mantap.
Selain itu, sudah saatnya dibangun jalur kereta api Trans Flores dari Labuan Bajo –Larantuka di jalur alternatif Trans Utara Flores/Pantura. Jalur kereta api ini akan melewati beberapa kabupaten, yaitu mulai dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Nagekeo, Ende, Sikka dan Flores Timur. Bila dibangun, maka Pulau Flores akan memiliki alat transportasi baru yang efektif dan efisien dalam mempercepat pergerakan manusia dan barang dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Flores.
Menurut salah satu pemerhati pembangunan infrastruktur NTT, Edward Sagen Babanong, ST, bila ada kebutuhan pemerintah dan rakyat Flores akan sebuah jaringan atau jalur kereta api, maka hal itu perlu dikaji dan harus melewati berbagai survei dan penelitian layak tidaknya jalur kereta api trans Flores dibangun. Namun, menurut jebolan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini, jika ada usulan rakyat maka itu adalah wajar, karena mungkin saja rakyat Flores membutuhkan kereta api untuk kelancaran transportasi yang mendukung ekonomi daerah.
“Butuh keberanian pemerintah untuk memperjuangkan kebutuhan jalur kereta api trans Flores. Jika rakyat butuh dan pemerintah bisa perjuangkan, mengapa tidak. Asalkan, harus didahului dengan berbagai kajian, survei dan penelitian yang sangat matang karena tidak mudah. Prinsipnya sebagai sebuah terobosan transportasi, ide atau gagasan ini menarik untuk kita diskusikan,” kata pria kelahiran Maumere, Kabupaten Sikka yang masih lajang ini, Minggu (18/2/2018) saat berdikusi dengan Suaraflores.Net terkait kemajuan transportasi Flores di Jakarta.
Baca juga: Rakyat Miskin NTT Masih Butuh Rumah Layak Huni
Menurut Edward, untuk membangun sebuah jalur kereta api membutuhkan investasi yang besar. Oleh karena itu, butuh investor besar.Membutuhkan subsidi pemerintah daerah di beberapa kabupaten tersebut, dan butuh anggaran APBN dan APBD yang diperjuangkan oleh para wakil rakyat. Angkanya bisa tembus triliunan rupiah. Masalah lain yang harus diantisipasi adalah masalah lahan yang sering menjadi konflik, masalah dukungan rakyat di seluruh kabupaten juga diperlukan untuk memuluskan rencana ini.
“Bangun rel kereta api, bangun stasiun kereta api, dan beli kereta api, juga pengelolaannya, membutuhkan biaya besar. Investasinya sangat besar dan butuh investor besar. Tidak mudah, harus ada kesiapan daerah dalam hal anggaran, juga dukungan dari pemerintah pusat dan DPR-RI. Dan jangan lupa dukungan rakyat, karena sering ada konflik lahan yang menjadi penghambat pembangunan. Kita butuh bangun stasiun di setiap kabupaten, mulai dari stasiun Labuan Bajo hingga stasiun Larantuka. Belum lagi operasional dan lain-lain. Ini butuh biaya triliunan rupiah,”katanya.
Baca juga: Jalan Maumere-Magepanda Putus Total, Transportasi Flores Lumpuh
Disinggung mengenai asas manfaat dari pembangunan jalur kereta api trans Flores, lanjut Edward, bukan saja untuk menjawab kebutuhan warga trans utara Flores (Pantura) yang puluhan tahun kesulitan transportasi karena jalan raya yang gagal dibangun, tapi juga yang utama adalah mempercepat akses ekonomi dan perdagangan, serta memajukan pariwisata Flores yang sangat luar biasa.
“Jika saja jalur kereta api trans utara Flores dibangun maka arus manusia, barang dan jasa dipastikan akan lebih lancar. Selain itu, arus wisatawan domestik dan mancanegara akan meningkat karena mereka secara mudah dan cepat. Melalui kereta api dari Labuan Bajo-Larantuka yang memiliki obyek pariwisata alam yang menakjubkan, pasti diminati oleh para wisatawan yang datang ke Flores. Duduk di dalam kereta api mereka bisa menikmati panorama alam Flores dalam sekejap saja,” ujarnya.
Baca juga: NTT Butuh Rp20 Triliun Tuntaskan Tuntaskan Infranstruktur Lima Tahun
Mengenai kondisi geografis Flores yang topografinya terdiri dari bukit-bukit yang menjulang , kata dia, itu sangat menarik karena bisa dibangun terowongan untuk melewati bukit-bukit tersebut. Tentu akan terlihat indah dan menantang seperti di negara-negara maju yang memberikan daya tarik tersendiri. Namun, yang perlu diwaspadai, Flores adalah daerah gempa. Oleh karena itu, konstruksinya harus dipertimbangkan secara baik.
“Yah jika pemerintah dan rakyat siap, dan mendapat dukungan dari Presiden Ir. Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ya pasti bisa. Soal letak dan kondisi geografis, para konsultan dan kontraktor kita sudah berpengalaman untuk itu, tidak ada soal. Di Papua saja bisa dibangun kok, kenapa Flores yang kecil tidak bisa. Teknologi konstruksi Indonesia sudah makin maju, jadi tidak perlu kuatir kalau ada peluang maka harus berani melakukan terobosan baru,” tantang pria blesteran Maumere-Jawa ini. (korneliusmoanita/sft)