LARANTUKA, SUARAFLORES.NET,–Satu peristiwa penting dan menarik yang berhasil diabadikan langsung media Suara Flores.Net, belum lama ini yakni sebuah kapal motor kayu pengangkut bahan bangunan yang datang dari utara milik para pedagang Bugis Makasar enggan bersandar di Jembatan Tambatan Perahu (JTP) Waiboleng Sagu. Meski air laut sedang pasang dan tenang.
Suara Flores.Net yang Sore itu, tepatnya (28/03/2019) sedang berada di Perkampungan Bajo untuk melihat dari dekat aktivitas para nelayan dan lingkungan sepanjang pantai berhasil mengabadikan peristiwa itu. Bahkan, sempat menjadi fokus perhatian dengan sejumlah warga Kampung Bajo yang kebetulan saat itu sedang bersama-sama di Pantai. Apalagi, saat itu air lautnya pun sedang pasang dan sangat teduh.
Sejak proyek senilai Rp.2,448 M Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2017 itu dikerjakan Gabriel Seri De Ornay dan Fransiskus Hadjon dari CV.Yudistira Teknik, dan terus menimbulkan kontroversi dan gugatan publik hingga kini, praktis belum ada satupun Kapal Motor Perahu (KMP) yang mau memanfaatkan fasilitas publik itu sebagai tempat bongkar muat yang disaksikan atau diketahui langsung oleh warga setempat. Padahal, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Perhubungan Flotim, Leo Keban dalam berbagai perdebatan dan menjawab pertanyaan media selama ini selalu menyampaikan kalau JTP Waiboleng Sagu itu dibangun karena sesuai hasil studi kelayakan tempat oleh pihaknya dan kesepakatan dengan masyarakat bahwa JTP itu bisa dipakai saat air laut pasang.
Menariknya, meski jaraknya cukup jauh dari Perkampungan Nelayan Bajo, tetapi munculnya sebuah Kapal Motor yang masuk dari arah Kelapa Tiga Sagu itu sontak mengejutkan dan mengundang rasa penasaran Suara Flores.Net dan warga , yang kebetulan saat itu sedang berada di Pantai menunggu pulangnya para nelayan yang sedang mencari ikan. Apakah Kapal Motor itu bisa merapat ke JTP Waiboleng Sagu atau tidak sebagai pembuktian pendapat dari PPK Leo Keban dan sejumlah pihak yang pro dan kontra itu. Nah, ternyata Kapal Motor tersebut yang bergerak perlahan terus masuk Teluk Sagu melewati Kampung Bajo, depan Pasar Sagu lalu ke arah Kampung Binongko dan kemudian berhenti tepat di depan JTP Waiboleng Sagu sekitar 200 an Meter, lalu membuang jangkarnya.
“Pak, lihat sendiri kan, Kapal Motor maupun Perahu tidak akan berani merapat ke JTP itu. Karena, selain buruknya desain fisik, tetapi bagian depan JTP itu dangkal dan ada tumpukan batu, sehingga juragan Kapal Motor dan Pemilik Perahu tidak akan mau pakai. Padahal, air lautnya juga sedang pasang dan teduh,”ujar Arzad dan beberapa Nelayan Sagu lainnya yang saat itu sedang bersama Suara Flores.Net.
Para nelayan juga malah menolak ajakan Suara Flores.Net untuk bersama-sama melakukan uji coba merapat dengan Kapal Motor Perahu milik mereka saat itu.
Sementara itu, warga Sagu lainnya juga menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap Anggota DPRD Flotim asal Dapil Adonara, Kelubagolit dan Witihama yang selama ini tidak pernah turun lagi ke masyarakat Sagu untuk melihat kehidupan warga yang sebenarnya, termasuk persoalan JTP juga.
“Iyah, kami sangat kecewa dengan Anggota DPRD Flotim yang sudah kami berikan suara pada Pemilu 2014 lalu, yakni Polykarpus Kopong Belolo dari PDIP, Yoseph Paron Kabon dari PKB dan Sahar Libu Paty dari Partai Golkar. Kami sudah pilih mereka lima tahun lalu, tapi hingga kini satu kalipun tidak pernah datang kunjungi kami. Kami sangat kecewa, karena ada banyak masalah di sini seperti di bidang pertanian yang tak pernah diberikan perhatian,”sebut salah seorang Warga Dusun Lewopulo, yang enggan ditulis identitasnya saat berdialog bersama Suara Flores.Net beberapa waktu lalu. (Roberth/SFN)