SUARAFLORES.NET – Ir. Marsel Petu, pria kelahiran Kota Pancasila, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Marsel Petu adalah Bupati Ende yang terpilih pada 2 kali Pilkada langsung. Terakhir dilantik oleh Gubernur NTT pada Minggu 7 April 2019 lalu.
Pada Sabtu (25/5/2019), pria murah senyum ini dikabarkan meninggal dunia karena serangan jantung di Rumah Sakit Siloam Kota Kupang. Kepergian Kader Partai Golkar ini menaruh rasa duka mendalam bagi rakyat NTT, terkhusus masyarakat Kota Pancasila, daerahnya pembuangan Presiden RI, Ir. Sukarno.
Kepergian sosok pemimpin yang memiliki misi besar bangun Kabupaten Ende ini, juga melahirkan duka mendalam bagi pengurus DPP PDI Perjuangan. Ketua DPP PDI Perjuangan, Adreas Hugo Parera (AHP) menyampaikan rasa duka yang mendalam terhadap sosok pemimpin masa depan Ende itu.
“Selamat jalan Bupati Pancasila, Bupati rakyat Ende,” ungkap Ketua DPP PDI Perjuangan ini melalui pesan singkatnya yang diterima SuaraFlores.Net, Minggu (26/5/2019) pagi.
Baca juga: Sebulan Bertugas, Bupati Ende Tutup Usia
Baca juga: Kepala Daerah Diminta Laksanakan Upacara Peringati Hari Lahir Pancasila
Kepada SuaraFlores.Net, AHP menceritakan perjuangan Almarhum Bupati Ende untuk membangun Kota Pancasila.
AHP mengisahkan bahwa kira-kira akhir Januari 2018 lalu, ia ditelepon almarhum dan menyampaikan akan ke Jakarta. Marsel Petu ingin bertemu untuk mengobrol beberapa hal penting untuk ribuan rakyat Ende dan Indonesia.
“Silakan ka’e (kaka, red). Kapan tiba di Jakarta, kontak saya, sehingga kita bertemu,” kisah AHP yang juga Anggota DPR RI ini.
Pertemuan itu berlangsung dua minggu kemudian, tepatnya pada pertengahan Februari 2018, di ruangan kerja kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro 58. Dalam obrolan yang panjang, Marsel Petu menyampaikan obsesinya untuk menjadikan Ende sebagai salah satu national heritage dan destinasi wisata ideologi Pancasila.
Hal itu, lanjut AHP, menjadi komitmen almarhum, mengingat di Endelah Bung Karno pernah dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda. Di sana, Sukarno bertemu, bergaul, berdialog dengan masyarakat. Sukarno berdiskusi dan berolah pikir dengan para misionaris Katolik yang bekerja di Ende. Sehingga Ende merupakan salah satu “stepping stone” lahirnya Pancasila. Di Endelah Bung Karno mulai menggali dan menemukan ide Ke-bhinekaan untuk philosphi hidup ber bangsa dan bernegara, sebagai cikal bakal lahirnya Pancasila.
Baca juga: Peluang Besar Akan Direbut Jika Flores Berdiri Jadi Provinsi, Benarkah?
Baca juga: Bupati Sikka Ajak Kaum Muda Kerjasama Bangun Sikka
Kepada Andre, Marsel menjelaskan banyak hal yang menyangkut paket rencana untuk menjadikan Ende sebagai Kota Pancasila, termasuk rencana beliau untuk membangun patung lambang negara burung Garuda di atas puncak Gunung Meja. Marsel juga menyampaikan tekadnya untuk melakukan upacara dan parade Pancasila secara besar-besaran di setiap tanggal 1 Juni, dan menjadikan itu sebagai agenda nasional yang dilaksanakan di Ende.
“Saya menyimak pembicaraan almarhum dengan kagum karena pengetahuan, pemahaman dan upaya pengamalannya terhadap Pancasila, yang mungkin tidak banyak lagi dimiliki oleh banyak orang termasuk oleh pemimpin maupun pejabat kita saat ini. Di akhir diskusi kami, Almarhum Bupati Ende sambil senyum menyampaikan ke saya tentang politik Pilkada Ende. Pak Andre, baju saya memang kuning, tapi darah saya merah,” kisah Andre mengutip Almarhum Marsel Petu pada pertemuan itu.
Marsel Petu juga menyampaikan, beliau ingin kembali maju untuk pencalonan bupati periode jabatan 2019-2024. Secara khusus ia menyampaikan keinginan untuk didukung oleh PDI Perjuangan.
Tanpa ragu, Andre merespon positif permintaan almarhum. “Kita akan maju bersama. Partai Golkar dan PDI Perjuangan akan menjadi pilar utama pendukung Marsel-Jafar,” jawab Andre mengenang.
Marsel-Jafar akhirnya maju dan terpilih kembali. Pada awal April 2019 oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, ia dilantik untuk mengemban jabatan bupati/wakil bupati periode 2019-24.
Keterpilihan Marsel-Jafar dengan kemenangan yang cukup telak membuktikan betapa rakyat mencintai bupati pekerja keras dan penuh dengan ide progresif.
Ende lima tahun dibawah kepemimpinan Marsel-Jafar telah menorehkan banyak prestasi riil, sebagai kabupaten dengan perencanaan pembangunan terbaik tingkat provinsi dan salah satu yang terbaik tingkat nasional. Ende pun telah membuka diri dalam hal jalur transportasi niaga laut maupun udara, sehingga menjadi salah satu pintu gerbang utama transportasi manusia dan barang dari dan ke Flores.
Kota Ende, lanjut Andre, dalam beberapa tahun terakhir menjadi lebih sibuk, baik siang maupun malam. Ende telah menjadi kota kecil yang hidup 24 jam. “Dalam beberapa acara kunjungan kemasyarakatan, saya sempat bersama dengan sang bupati Pancasila ini. Betapa dalam pidato-pidatonya. Ia selalu muncul dengan narasi kerakyatan. Ungkapan bahasa kultural merupakan retorika-retorika yang menyentuh dan memotivasi rakyat untuk kerja dan menjadi lebih maju. Rakyat mencintai sang bupati Pancasila yang merakyat ini. Di massa kepemimpinan beliau yang meskipun singkat telah meletakan dasar-dasar pembangunan menuju Kabupaten Ende yang Sare Pawe. Selamat jalan Ka’e Marsel, selamat jalan Bupati Pancasila yang merakyat,” ungkap Andre. (sfn02).