Kongres Pemuda Indonesia dan Lahirnya Lagu Maumere Manise

by -110 Views

MAUMERE,SUARAFLORES.NET,–Lagu Maumere Manise telah popular di seantero bumi Flores, NTT bahkan Indonesia. Lagu khas orang Maumere Kabupaten Sikka ini diciptakan sang inspirator Daniel Woda Palle (mantan bupati Sikka) pada tahun 1960 ketika ia masih muda.

Penciptaan lagu berjudul Maumere Manise, berawal dari kegiatan Kongres Pemuda se-Indonesia di Bandung pada tanggal 04-08/02/1960. Di mana, setiap daerah di Indonesia wajib membawahkan atraksi mewakili daerah masing-masing.

Bekal hobi seninya, Daniel Woda Palle menciptakan lagu Maumere Manise. Lagu ciptaan salah satu murid VVS Lela ini telah dinyanyikan masyarakat Kabupaten Sikka di seluruh Indonesia. Woda Pale adalah salah satu murid SD Paga yang kemudian menjadi Bupati Sikka 2 periode. Kurang lebih 12 tahun ia menjadi Bupati termasuk menjadi penjabat Bupati Manggarai 1989.

Untuk menelusuri cerita sejarah penciptaan lagu ini, suaraflores.com mendatangi rumah salah seorang pelayan Presiden RI Soekarno ketika mengunjungi Kota Ende. Kala itu, Dan Palle berumur 18 tahun dan menjabat Kepala Bagian Politik dan Rahasia Kabupaten Flores tahun 1959-1962.

Mengenakan kaos oblong warna putih, sang pemimpin pencinta lingkungan ini menerima suaraflores.com di teras rumahnya di Kelurahan Kota Baru Kota Maumere, beberapa waktu lalu. Seraya melemparkan senyum, pria berambut uban yang telah berumur 80-an tahun ini mengaku bangga ketika diwawancarai tentang sejarah lagu ini.

Di teras rumah, media ini duduk menghadap ke barat bersama Woda Palle menyaksikan hijaunya pepohonan di pekarangan rumah yang luas. Pria yang dikenal komunikatif ini tak menunggu lama. Ia langsung menanyakan maksud pertemuan di teras rumahnya sore itu.

“Bagaimana? Apa yang perlu saya bantu? Saya senang kalau ditanya tentang sejarah. Silakan dengar baik-baik” pintah sesepu masyarakat Kabupaten Sikka seraya mengajak masuk ke ruang tamu karena Matahari segera turun tepat di atas pucuk pucuk pepohonan depan rumahnya. Sinar matahari sore itu menembus teras tempat kami saling menyapa tadinya.

Ia mulai mengisahkan, di kala itu ia berumur 20 tahun dan menduduki jabatan Kepala Bagian Pemerintah dan Sosial Kabupaten Sikka. Kabupaten Sikka ketika itu dipimpin P. S da Cunha (almarhum) sebagai Bupati Sikka yang pertama.

Memiliki hobi seni, ia dipercayakan Mantan Bupati Sikka P.S da Cunha untuk koordinir pemuda Maumere ikut Kongres Pemuda se Indonesia di Bandung. Kongres ini mewajibkan semua daerah mengirim 7 pemuda dan harus terlibat bidang politik, kesenian dan olahraga.

Baca juga: Joka Ju (Tola Bala) “Mutia Adat” Desa Pemo Kelimutu

Ketua Pemuda Katolik, Remi Sinantong Parera dan perwakilan pemuda Islam Arsyad Muhamad Daud (almarhum) masuk daftar 7 pemuda tersebut. Mikael Manda Juang dan Vinsent da Cunha terkenal pemain voli yang hebat di Sikka sehingga terlibat bidang olahraga. Sedangkan Yopi da Silva, Berekmans da Cunha (almarhum) dan Daniel Woda Palle masuk bidang kesenian.

Sambil meneguk air putih suguhan pelayan rumah, ia terus berbagi cerita sejarah dengan penuh ceriah. Keceriahan wajahnya menandakan semangat berbagi yang tinggi kepada generasi penerus. Ia mengingatkan agar para pemuda harus memahami sejarah. “Kamu tulis baik-baik agar jadi bahan referensi pemuda-pemudi Sikka,” harapnya.

Diceritakannya, bahwa sebelum ke Bandung, semua peserta diwajibkan berkumpul di Ende dengan tujuan seleksi seni dari daerah sedaratan Flores. Tujuh pemuda Maumere diberangkatkan ke Kota Kabupaten Ende. Di Ende mereka dikoordinir Perwira Distrik Militer (PDM) 264 Flores. Sebagai Ketua Panitia Kongres, Kapten Lumanau dipercayakan untuk mengirim para pemuda ikut kongres melalui kapal laut dari Kota Ende.

Baca juga: Media Perlu Lawan Dogma

Pergi ke Ende, 7 pemuda asal Kabupaten Sikka mempersiapkan Tarian Oambele dari Wetakara Kangae. Tarian ini menceritakan tentang petani yang mencangkul kebun secara gotong royong. Rupanya tarian ini belum lengkap baginya. Alumni SMA St. Yoseph Solo kemudian mencari jalan lain. Inspirasi mahasiswa KDC Makasar muncul ketika salah satu pemuda Maumere Vinsen da Cunha menyanyikan sebuah lagu dari daerah Toraja.

Sambil makan siang, Dan Palle menguping. Ia kemudian tertarik dengan lagu Toraja tadi. Dari sanalah alumni APDN Malang menciptakan lagu “Maumere Manise” dengan nada hampir sama lagu daerah Toraja namun lirik-liriknya menggambarkan kondisi kerajaan di Nian Sikka Tanah Alok. Di Ende pada tanggal 29/01/1960, pria yang mengakhiri pendidikan tinggi di Institut Ilmu Pemerintah (IPP) Malang menciptakan Lagu Maumere Manise.

Dalam waktu yang begitu singkat ia dapat menciptakan lagu yang kini menjadi kebanggaan orang Maumere. Bersama 2 orang temannya mereka mulai berlatih untuk menyesuaikan suara. Yopi da Silva (Bass), Berekmans da Cunha (Sopran) dan Daniel Woda Palle (Tenor). Tiga 3 orang ini menamakan diri Trio Garuda.

Lagu tersebut kemudian dipentaskan secara perdana di Ende, didekat rumah pembuangan Bung Karno. Tampil berpakain seragam, mereka disambut sorak sorai terkhusus orang Maumere di Ende. Ketua juri, Aurelius memutuskan bahwa Lagu Maumere Manise yang dipentaskan Dan Palle bersama 2 rekannya meraih nilai tertinggi. Aurelius, seorang Frater BHK dari Ndao bersama kawan-kawannya umumkan Trio Garuda sebagai juara pertama.

Berita hadirnya lagu ini tersiar ke seantero Indonesia khususnya orang Maumere. Rasa penasaran orang Maumere akan lagu ini membuat Dan Palle dan kawan-kawan sibuk. Usai kongres, Trio Garuda diminta menyinggahi beberapa tempat di Pulau Jawa untuk menyanyikan lagu kebanggaan daerah. Mereka disambut dengan pesta oleh orang-orang Maumere di sana.

“Jangan Lupa Maumere”

Kini lagu tersebut selalu dilantunkan orang Maumere dalam setiap acara, baik pemerintahan maupun acara-acara lainnya. Setiap anak-anak Maumere dengan muda menyanyikannya. Walau begitu, diyakini belum semua orang memahami secara baik makna dari lagu tersebut. Mantan Anggota MPR RI tahun 1997-1999 ini mengajak masyarakat untuk menyanyikan dengan penuh hikmat dan memahami sejarahnya.

Baca juga: Mengenang 2 Tokoh

Kalimat “Jangan Lupa Maumere Manise” dalam lirik lagu Maumere Manise mengajak kita untuk mengenang sejarah. Bahwa Kabupaten Sikka tumbuh dalam berbagai suku dengan masing-masing kerajaan. Mantan Ketua DPRD NTT 1999-2004 ini berharap kepada generasi penerus agar selalu menyanyikan dengan baik dan mengerti akan maknanya. Bahwa lirik-liriknya menceritakan sejarah kerajaan di Kabupaten Sikka yaitu Sikka, Kangae, Nita, Lio, dan Magepanda (SIKANILIMA).

Sedangkan kalimat “Maju Pemuda Maumere Manise” dalam lirik akhir lagu tersebut mengajak pemuda-pemudi Nian Tanah bersatu padu membangun daerah. Karena menurut Soekarno, pemuda merupakan masa depan bangsa. Pemuda yang sangat berarti adalah pemuda yang tidak melupakan hari kemarin atau dengan kata lain pemuda yang tidak melupakan sejarah.

“Kita harus menyanyikan dan memahami secara baik. Para pendahulu harus menceritakan kepada anak-anak penerus Kabupaten Sikka tentang sejarah yang baik dan benar,” kisahnya. (Aloysius YanLali/sft)