Luar Biasa, Viktor-Josep Lindungi Hak Produksi ‘Sopi dan Moke’ Sumber Ekonomi Rakyat NTT

by -77 Views

Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat,SH dan Drs, Josep Alexander Nae Soi, benar-benar menunjukan keberpihakan yang sangat tinggi kepada rakyat kecil yang telah memilih mereka dalam Pilgub 2018 lalu. Salah satu gebrakan keras membela rakyat kecil adalah melindungi para petani ‘Sopi dan Moke’ (miras asli NTT) yang adalah sumber produksi ekonomi rakyat akar rumput.

“Sopi dan Moke” yang acapkali diberangus oleh aparat Polisi di NTT, kini bakal tidak diberangus lagi melalui operasi-operasi khusus di pasar rakyat. Pasalnya, VIitor-Josep kini telah melegalkan Sopi dan Moke karena minuman yang diproduksi dari Lontar dan Nira ini adalah sumber ekonomi rakyat NTT sejak dahulu kala. Untuk itu, Viktor-Josep meminta aparat polisi tidak serta merta memberangus ‘Sopi dan Moke.”

Saking fanatiknya Viktor-Josep terhadap ‘Sopi dan Moke’ yang menjadi mesin uang bagi rakyat kecil, keduanya lalu meluncurkan miras tradiosional NTT yang bernama ‘Sophia’ beberapa hari lalu. Sophia menurut Gubernur Viktor menjadi minuman keras dengan kandungan alkohol 40 % yang diolah oleh para pakar melalui industri yang bukan hanya dipasarkan di NTT saja, tapi juga di luar daerah termasuk luar negeri dengan banroll harga Rp1.000.000,-

Selama ini, Sopi yang kemudian bernama Sophia adalah minuman keras asli yang diproduksi oleh warga di Pulau Timor, dan diperjualbelikan secara bebas di pasaran dengan harga yang sangat murah. Dengan diolah ke bentuk dan jenis yang lebih modern, Sopi kini kian tenar alias populer dengan nama Sohia karena mempunyai mark dagang ciri khas Kupang, NTT.

Viktor-Josep mengharapkan, selain menjadi minuman tradisi budaya yang lebih berkelas, Sophia juga dapat meningkatkan ekonomi rakyat kecil, secara khusus para pemasak atau pembuat Sophia di pondok-pondok pinggiran kota. Di mana rata-rata, mereka sangat mengantungkan ekonomi rumah tangga sehari-hari bahkan untuk membiayai anak sekolah dari menjual Sopi.

Saat peluncuran minuman Sophia, Rabu (19/6) lalu di Undana Kupang yang dihadiri Kapolda NTT, Danrem Kupang, Tokoh Agama, Para Akademisi NTT, Mahasiswa dan berbagai pihak lainnya, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, mengatakan bahwa tujuan diproduksinya Sophia untuk turut meningkatkan ekonomi rakyat. Ke depan, menurut dia, pengusaha akan membeli bahan baku Sophia, seperti moke, Sopi dan Arak langsung dari warga yang tentunya dengan harga lebih tinggi.

Pasca peluncuran itu, jagat media sosial ramai mendiskusiakan berita tentang Pemerintah NTT Luncurkan Sophia. Tidak sedikit opini yang bernada kritik, tapi banyak pula yang memberikan apresiasi terhadap terobosan baru yang dilakukan Viktor-Josep tersebut. Ada yang mengatakan bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur NTT menjadikan NTT sebagai propinsi miras, ada yang mengeritik harga jual Sophia yang terlalu mahal dan bakal tidak laku karena harga di pasaran sangat murah, ada pula yang pesimis karena kualitas Sophia tidak sebanding dengan Red Label, Black Label, Vodka, Wisky, Sakhe dan lain-lain yang telah mendunia.

Terlepas dari kritikan-kritkan itu, banyak pihak memberikan apresiasi. Menurut mereka, gebrakan berani Viktor-Josep membuktikan bahwa keduanya menunjukan sikap yang tegas untuk membela dan melindungi hasil produksi ekonomi rakyat kecil. Dengan melegalkan Sophia, maka ekonomi mereka akan lebih baik, karena mereka tidak lagi merasa takut dalam memproduksi secara masal Sopi yang telah menjadi ladang uang.

Meski dari sisi kualitas dan harga masih perlu dikaji kembali, karena tidak sekelas minuman berkelas tinggi dari negara lain, namun paling tidak gebrakan Viktor-Josep telah mengangkat harkat dan martabat para petani atau pembuat minuman Sopi di daratan Pulau Timor. Selama ini, dari gubernur dan wakil gubernur, tidak pernah ada kebijakan atau keberpihakan yang jelas kepada para petani Sopi dan Moke. Malah yang sering terjadi adalah pemberangusan atau operasi penghancuran Sopi dan Moke, baik di Timor maupun di Pulau Flores.

Meski diwarnai protes, aparat Polisi dan Pol PP tetap merampas dan menghancukannya. Padahal, ada begitu banyak minuman impor yang marak di kios, toko-toko, restaurant, bar, karaoke, tempar prostiusi, dan hotel-hotel yang tidak diberangus. Untuk itu, langkah Viktor-Josep yang telah secara terang-terangan memperjuangkan hak-hak para petani kecil, tentunya perlu terus didukung seluruh rakyat, karena langkah berani mereka telah tegas mengangkat harkat, mertabat, dan budaya serta adat istiadat orang NTT.

Oleh karena itu, warga berharap, setelah minuman Sophia diproduksi dan diperjualbelikan, sebagai minuman keras identitas rakyat Pulau Timor (Kupang), ke depan Viktor-Josep juga didorong memproduksi Moke (arak) asli hasil produksi para petani tuak di Pulau Flores, seperti Maumere, Adonara, Aimere, Manggarai dan lain-lain. Pasalnya, Pulau Flores adalah sumber terbesar Moke (arak) yang sejak lama sudah terkenal dengan kualitas tinggi.

Hal tersebut, sangat beralasan karena dalam kampanye Pilgub 2018 lalu, dalam kunjungan ke Maumere, Kabupaten Sikka yang menjadi gudang Moke, Viktor berjanji akan memproduksi Moke menjadi minuman setara Sakhe di Jepang. Selain itu, juga mempertegas kepemimpinan Viktor-Josep bahwa Viktor-Josep tidak diskriminatif terhadap para petani Moke di Flores dengan lebih memprioritaskan petani Sopi di Pulau Timor.

Di Flores, sebagaimana Pulau Timor, Moke telah menjadi warisan nenek moyang yang berurat-akar dan mendarah-daging. Dalam setiap detik ritus adat dan budaya orang Flores pasti ada Moke sebagai sajian sakral bagi nenek moyang maupun ukuran martabat sebuah keluarga atau suku. Selain budaya, Moke juga menjadi mesin uang bagi sebagian besar petani Moke untuk membiayai kehidupan mereka termasuk pendidikan anak-anak. Begitu banyak warga Flores yang sukses saat ini, termasuk para pejabat pemerintah dan politisi hebat dibiayai orang tua mereka dari menjual Moke.

Melihat animo yang begitu besar terhadap gebrakan VIktor-Josep, rasa-rasanya tidak cukup hanya membuat pernyataan di media massa saja, tetapi Viktor-Josep sebagai pemimpin tertinggi di NTT harus segera bersama DPRD NTT, secepatnya membuat sebuah Peraturan Daerah (PERDA) SOPHIA dan MOKE serta Hak Cipta SOPI dan MOKE yang menjadi payung hukum. agar para petani yang memproduksi MOKE dan SOPHIA memiliki Hak Cipta masing-masing dan dilindungi oleh sebuah peraturan hukum yang jelas. Pasalnya, para petani maupun para pedagang sangat sering dilarang, ditangkap dan disita dan diberangus.

Tentunya, PERDA SOPHIA dan MOKE, tidak hanya menjamin para petani dalam memproduksi dan memperdagangkan miras asli NTT tersebut, tetapi juga mengatur pula kualitas, kadar, dan sangsi-sangsi, baik terhadap para petani, pedagang, pembeli, dan kewenangan pemerintah daerah, dan aparat. Pasalnya, dari sisi Undang-undang kita, peredaran Miras memang dilarang. Karena ada aturan itu, maka aparat kepolisian dengan mudah melakaukan operasi karena pemberantasan miras adalah perintah undang-undang. Karena miras dinilai sebagai salah satu pemicu tindakan kriminal yang berbuntut pada hilangnya nyawa manusia.(bungkornell/suaraflores.com)