SUARAFLORES.NET – Masyarakat Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka kini memiliki kebun sayur organik. Kebun sayur yang terletak di Kampung Bangboler, Desa Hepang itu menjadi pertama di Kecamatan Lela. Kebun sayur ini dikelola oleh kaum muda desa berjumlah lima orang. Mereka menamai diri ‘Kelompok Muda Organik’ Bangboler Desa Hepang.
Kehadiran Kelompok Muda Organik ini memang gampang-gampang susah. Pasalnya, anak-anak muda di wilayah belum biasa menanam sayur organik. Masyarakat wilayah itu pada umumnya berprofesi sebagai petani musiman walau tinggal di tepi pantai. Nelayan tidak terlalu banyak. Adapun tidak didukung dengan peralatan tangkap.
Kepala Desa Hepang Agustinus Sin menceritakan bahwa menjadi petani di Bangboler, Desa Hepang, Kecamatan Lela tidak selamanya menjamin keberlangsung hidup keluarga atau rumah tangga dari sisi ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Kebun-kebun milik para petani di sana lebih banyak ditanami jagung dan ubi kayu (singkong). Hasil kebun tidak memberikan harapan hidup dalam jangan waktu yang panjang. Setelah panen, lahan tak lagi ada aktivitas yang menghasilkan uang. Kecuali singkong yang kadang untuk dimakan dan sedikit dijual, baik di pasar atau pembeli datang membeli langsung di kebun.
Setelah panen dan terjual, lanjut Agustinus, lahan petani tersebut menjadi kosong. Tak ada lagi tanaman yang bisa tumbuh karena terik matahari membakar bumi di sana. Untuk bisa bertahan hidup, warga harus mencari cara lain. Kaum pria, baik kepala keluarga atau pun kaum muda yang tak punya pekerjaan tetap atau putus sekolah harus pergi keluar desa mencari pekerjaan. Sedangkan, kaum perempuan menjalani usaha ikat tenun, baik dalam bentuk kelompok atau perorangan. Sebagian hanya menjadi ibu rumah tangga biasa atau membantu suami berkebun dan mencari uang.
Kampung Bangboler sesungguhnya memiliki potensi yang cukup baik. Tanahnya boleh dibilang sangat subur. Sana sini ada sumber air dari sumur. Bisa juga dibuat sumur bor apabila ada warga yang ingin jalankan usaha lain. Artinya, untuk kebutuhan air, warga Bangboler masih dapat menjangkaunya. Sejauh itu, warga hanya memanfaatkan sumber air untuk kebutuhan rumah tangga. Belum ada manfaat lebih dari sumber air yang ada atau untuk menghasilkan uang.
Baca juga: Maxi Deki, Anggota DPRD yang Rayakan Syukuran Pelantikan di Panti Asuhan
Baca juga: Relawan Jokowi Dukung Airlangga Hartato Jadi Ketu Golkar Kembali
Mencermati kondisi itu, Agustinus Kepala Desa Hepang dua periode ini tidak tinggal diam. Ia pun berpikir keras, mencari cara dan terus berdiskusi dengan orang-orang sekitar yang peduli pembangunan desa. Suatu hari, ia bertemu dengan sejumlah tenaga pertanian (PPL). Mereka dari provinsi dan juga kabupaten.
Dalam pertemuan itu, lanjut dia, terlintas dalam pikiran untuk berdiskusi tentang kondisi atau potensi di Kampung Bangboler. Berbagai cara dan pengetahuan diperolehnya dalam pertemuan itu. Pertemuan itu menjadi keberlanjutan dan sebagai jembatan untuk memberdayakan warganya menggunakan Dana Desa.
“Iya. Dari pertemuan kami itu, saya tergerak hati untuk terus membangun komunikasi dengan mereka. Kadang-kadang kami bertemu. Kemudian saya ajak sampai ke desa dan melihat potensi sumber daya alam dan kualitas hidup warga desa. Dari situlah saya putuskan untuk membentuk kelompok dan diberi nama Kelompok Muda Organik,” ujarnya.
Akan tetapi, lanjut Agustinus, sebelum membentuk kelompok, dirinya harus mencari warga yang bersedia menjadi anggota dan pengurus. Di sini, ia kesulitan. Namun melalui perjuangan keras dengan cara-cara lembut, akhirnya mendapatkan beberapa anak muda dan juga orang tua untuk memulai membuka kebun sayur organik.
“Lahanya milik salah satu anggota. Ia memberikan secara swadaya. Mereka bersedia, lalu saya undang PPL untuk memberi pemahaman atau pelatihan tentang cara mengelola kebun sayur organik. Semua diajarkan dalam beberapa waktu. Desa menyiapkan anggaran senilai 17 juta rupiah sebagai modal awal. Anak-anak muda itu mulai menjalankan usaha kebun sayur organik. Dan sekarang, mereka sudah panen perdana dengan total uang yang sudah mereka kumpulkan senilai kurang lebih 4 juta,” ujarnya.
Noven adalah salah satu kaum muda di Desa Hepang yang pernah menjadi buru bangunan. Kadang-kadang ia menjadi tukang panjat kelapa milik warga sekitar. Semua kerja kerasnya untuk bisa bertahan hidup. Kepada SuaraFlores.Net, ia mengaku sangat bangga karena dirinya bisa terlibat dalam aktivitas tanam sayur organik.
Walau berlatar berlakang buruh bangunan dan tukang panjat kelapa, ia tampak lihai menjelaskan proses pengolahan lahan, tanam sayur organik hingga proses mengemas sayur untuk dijual. Baginya, menanam berbagai jenis sayur, lombok dan tomat sangat menjanjikan. Pendapatan lebih mudah diperoleh. Tidak sulit dikerjakan.
“Kami sudah diberi pemahaman oleh petugas dari pertanian. Iya. Setiap hari kami jalankan ini sehingga saya sudah cukup mengerti. Saya senang karena penghasilannya jelas. Sayur lebih enak, gurih dan orang-orang rebutan karena dari organik. Saya kira sahabat-sahabatku bisa memulai hal ini,” ujarnya di kebun sayur organik Bangboler.
Ketua Kelompok Muda Organik Bangboler Stefanus Nong Yance adalah seorang sopir mobil pick up. Kesehariannya mencari pelanggan atau muatan untuk mendapatkan uang. Baginya mengelola kebun sayur organik merupakan hal yang baru dalam hidupnya. Setelah mendapat pelatihan, ia merasa terpanggil untuk menjalankan usaha pada lahannya miliknya bersama kaum muda Desa Hepang.
“Kami baru memulai pada lahan yang tidak terlalu luas. Kurang lebih seperempat hektar saja. Penghasilan memang belum terlalu banyak tapi sangat mudah mendapatkan uang. Tidak terlalu rumit. Hasilnya kita bisa beli kebutuhan lain. Saya sendiri rasa bangga dan berterima kasih kepada teman-teman yang sudah mengajak saya dan pemerintah desa yang sudah membuka jalan memanfaatkan lahan kosong yang ada,” ujarnya, (31/8).
Sayur organik, kata dia, lebih enak jika dibandingkan dengan jenis sayuran pupuk kimia. Proses pemupukan menggunakan pupuk dari kotoran ternak yang ada di sekitar. Pihaknya merasa mudah karena pada umumnya warga sekitar memiliki ternak seperti ternak babi dan sapi.
“Setelah bergabung di kelompok ini banyak pengetahuan yang kami dapat. Saya berharap ini dapat kami lakukan secara terus menerus. Setelah dua kali panen sayur sawi organik, sekarang kami sedang tanam tomat. Sudah besar dan sangat subur,” ujarnya.
Yance menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintahan Desa Hepang. Menurutnya, Dana Desa telah menjadi bagian dari pembangunan yang dapat dinikmati langsung oleh warga. Ia mengharapkan agar Kelompok Muda Organik di Desa Hepang ini dapat menjadi contoh bagi kaum muda lainnya khususnya di Kecamatan Lela.
“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih pada semua pihak yang telah membimbing kami. Melalui kelompok ini kami dapat pekerjaan baru dan menghasilkan uang. Kiranya dapat kami jalankan dengan dukungan banyak pihak,” ujarnya. (sfn02).