SUARAFLORES,–Tensi persaingan calon-calon anggota DPR-RI daerah pemilihan (dapil) NTT I kian menanjak. Sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan DPT Caleg DPR-RI beberapa waktu lalu, para caleg langsung terjun menggempur basis pemilih Flores, secara khusus di Kabupaten Sikka. Siapakah caleg DPR-RI yang akan lolos, dan meraih suara terbanyak di Sikka dan Flotim?
Jika mengelilingi Kabupaten Sikka, nama Melchias Markus Mekeng, yang sekarang masih duduki kursi DPR-RI dua periode masih banyak dieluhkan warga Sikka. Nama dan wajah Melkhias sudah mengendap di sanubari masyarakat karena ia adalah satu-satunya politisi senior yang bercokol di DPP Partai Golkar. Politisi yang berlatar pengusaha kaya ini telah memiliki jam terbang yang sangat tinggi dan sangat berpengaruh di tubuh partai beringin. Ia sulit digusur caleg lainnya dalam dua kali pileg.
Salah satu ukuran kemapanannya, terlihat dari tampilan baliho besar gagah yang kini di pasang di seluruh penjuru Flores, termasuk di Kabupaten Sikka. Di bandingkan dengan caleg lainnya, baliho kampanye Mekeng jauh lebih besar dari Sekjend Partai Nasdem, Johni G. Plate yang menjadi caleg nomor 1. Dari ukuran baliho, yang mampu menyaingi Mekeng adalah Caleg nomor 1 DPP PDIP, Andreas Hugo Parera. Baliho Hugo Parera tampak besar berdiri tegak di jembatan kalimati Kota Maumere dan beberapa titik lainnya. Dari tebaran baliho caleg di Kota Maumere, sangat tampak Mekeng dan Andre mendominasi pajangan baliho megah di berbagai ruas jalan kota.
Jika menelusuri dan merekam suara dukungan warga dalam berbagai kesempatan, media ini merekam simpati publik yang besar ditujukan kepada Melkhias Mekeng dan Kristo Blasin. Di kalangan akademisi, politisi dan warga, mereka melihat Mekeng yang telah berperan besar dalam pembangunan di Flores, harus dipertahankan di kursi DPR-RI agar meneruskan perjuangannya membangun Flores melalui perjuangan politiknya di Senayan. Rupanya, rasa simpati mereka karena Mekeng telah berbuat bukan hanya berjanji saja tanpa bukti karena kemajuan infrastruktur Flores tidak terlepas dari buah tangannya.
Saat ini, dari berbagai sumber, pergerakan Mekeng masif dan sistematis. Ia kian berkibar lagi, setelah Tim Kampanye Nasional (TKN) memberikan mandat kepadanya menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Calon Presiden dan Wakil Presiden, Ir. Joko Widodo dan KH. DR. Maruf Amin di NTT. Dengan posisi ini, Mekeng kian menyembul dan otomatis menjadi corong media massa. Dengan demikian, daya lejitnya atau popularitasnya tetap bertengger di papan atas dan lajunya sulit dibendung. Ia diprediksi bakal meraih kursi pertama dengan suara mayoritas di Sikka, karena didukung oleh caleg-caleg di partainya yang rata-rata punya nilai jual tinggi.
Selain Mekeng, nama politisi bersih Kristo Blasin yang bercokol di nomor 2 caleg DPR-RI Partai NasDem, sayup-sayup terdengar menggeliat di hati rakyat. Tokoh politik kaliber yang dikenal dengan memiliki dedikasi dan kesabaran serta pengorbanan yang tinggi ini tak banyak beraksi melalui alat peraga di jalan-jalan dengan ukuran yang besar dan megah. Di berbagai ruas jalan perkotaan, wajah Kristo terlihat mungil terukir di baliho kecil dan sederhana dengan tiang-tiang kecil dari batang dan belahan bambu, seperti terlihat di gapura Bandara Frans Seda Maumere.
Jam terbang Kristo memang tak seindah purnama panggung politik Mekeng dan Frans Lebu Raya yang terus berkibar. Derap langkah demi langkah di belantara rimba raya politik NTT, membuatnya tidak bisa bertahan sebagai manusia baik dan jujur saja, tetapi ia harus belajar menabrak arogansi partainya ketika pintu ditutup selamanya. Sebagai petarung politik bertangan dingin, irama musik politik Kristo tak mati, tetapi ia kembali naik panggung Caleg DPR-RI setelah terhempas dari ring politik PDIP dalam Pilkada NTT 2018. Politik memang harus terus bertarung, kalau berhenti bertarung artinya mati. Kira-kira begitu suara hati Kristo.
Seperti apakah daya lejit Kristo? Dari rekaman diskusi media ini dengan warga di Kabupaten Sikka, nama Kristo Blasin masih menjadi idola para pencinta politik jalan lurus, kebenaran dan kebijaksanaan. Pasalnya, pria lembut yang 15 tahun manggung di kursi DPRD NTT ini masih mendapat kepercayaan besar dari warga karena ia mengedepankan nilai-nilai politik. Ketika politik diidentikan dengan ‘panggung baku rampas kekuasaan dan panggung baku bunuh dan baku bantai,’ Kristo tetap bersih kukuh dengan berpolitik mengedepankan nilai-nilai suci moralitas dan integritas.
Di tengah hingar-bingar dan riuh-rauh para politisi berduit tebal melenggeng kencang, Kristo terlihat bermain landai alias tenang-tenang mendayung dari satu kampung ke kampung lainnya dengan gaya santun menyapa sahabat-sahabat separtainya yang masih mencintainya. Sadapan media ini, pendukung garis keras Kristo, kini bukan saja warga Sikka yang pernah merasakan kebaikan budi politiknya, tetapi para kader-kader PDIP yang berempati kepadanya karena ‘dibantai secara sadis’ dalam ajang Pilkada NTT 2018 lalu. Politik cinta kasih dan rasa kemanusiaan membuat Kristo mendapat dukungan besar di akar rumput, dan juga dikalangan akademisi, aktivis dan politisi muda lainnya.
Dilihat dari pergerakannya, Kristo bakal meraih dukungan besar, dan mampu meraup suara terbesar kedua setelah Melkhias Mekeng di Kabupaten Sikka. Namun, jika saja, Viktor Laiskodat benar-benar mengenjot Partai NasDem, maka Kristo bisa saja memperoleh suara besar lebih tinggi dari Jhoni G. Plate, sang Ketua Fraksi NasDem di DPR-RI. Pasalnya, Viktor dalam Pilkada kali lalu menggaransi Kristo akan dijadikan DPR-RI dari Partai NasDem mewakili rakyat Flores.
Lalu bagaimana dengan mantan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya yang menjadi Caleg DPR-RI nomor 4 dari PDIP? Dari pantauan media, sang raja politik NTT yang mencatatkan namanya 20 tahun dalam lembaran negara ini, terlihat bermain dingin dan senyap. Punggawa politik dari bumi Lewotana ini bergerak dengan jurus angin sepoi-sepoi yang menjadi andalannya dalam tiga kali pilgub NTT mematikan lawan-lawan, dan membuat seterunya ‘sempoyongan dan mati kartu.’
Dari pantauan media ini di lapangan, Frans terlihat jarang beraksi di baliho besar dan megah. Ia lebih banyak memanaskan kembali jaringan-jaringan lamanya yang masih loyal selama 10 tahun terakhir. Dua kali menjadi gubernur NTT, Frans mempunyai pengaruh besar di kalangan birokrat dan dan diberbagai jaringan politiknya. Frans diduga masih memiliki amunisi politik besar untuk menggerakan operasi senyapnya yang sangat terkenal ampuh meraup suara rakyat. Gaya politik melankolisnya yang lemah lembut dan murah senyum masih menjadi salah satu daya pikat pemilih untuk tetap berempati kepadanya.
Di Kabupaten Sikka, nama Frans tidak melambung seperti nama Mekeng, Kristo, dan Andreas Hugo Parera. Meski beristrikan perempuan keturunan Maumere, nama Frans tidak selejit dahulu ketika ia maju dua kali menjadi gubernur NTT. Namun demikian, jangan dianggap remeh, petarung gigih dari Pulau Adonara ini dikenal dengan ahli strategi. Jika lawan terjebak, maka ranjau akan meledak. Ketika itu Frans akan melaju lembut.
Di Flores Timur, nama Frans Lebu Raya sudah mendarah-daging. Hasil karya pembangunan selama 15 tahun terakhir, tentu tidak membuat rakyat Flores Timur dan Lembata lupa. Karya nyata, seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan dermaga kecil dan besar, membuat Frans diidolakan rakyat. Bagi warga kecil yang sudah merasakan sentuhan tangannya pasti akan memilihnya dan merindukannya menjadi wakil rakyat di DPR-RI, karena saat ini tidak ada anggota DPR-RI asal Flores Timur di Senayan Jakarta. Jika nanti struktur PDIP dari DPD, DPC, PAC hingga anak ranting masih loyal kepadanya, maka sudah pasti Frans akan menang atas Andreas Hugo Parera di Flores Timur yang menjadi basis utamanya, serta di beberapa kabupaten lainnya, seperti Ngada, Nagekeo dan Manggarai. (bungkornell/sft)