MAUMERE, SUARAFLORES.NET–Menghargai jasa seorang tokoh berkaliber nasional, Pemerintah Kabupaten Sikka di masa Bupati Drs. Sosimus Mitang dan Wakil Bupati, dr. Wera Damianus, MM, berjuang mengganti nama Bandara Wai Oti dengan nama Frans Seda.
Sebagai Bupati Sikka, Sosimus Mitang berani menghadapi pro kontra dari banyak kelompok masyarakat dan juga wakil rakyat. Berbagai pihak beralasan bahwa mengganti nama Wai Oti yang bernilai sejarah akan menghapus cerita sejarah. Menurut mereka, jika diganti, maka sejarah Wai Oti akan hilang.
Alasan lain bahwa bandara di Maumere belum layak diberi nama dengan nama seorang tokoh nasional. Mencermati kondisi ini maka timbul pro kontra yang cukup panjang di masyarakat dan di berbagai media saat itu.
Tokoh Partai Katolik, E. P da Gomez tidak sepakat dengan pergantian nama ini. Baginya, Frans Seda adalah seorang tokoh nasional yang layak dinobatkan menjadi pahlawan Nasional. Pemberian nama bandara dengan nama Frans Seda belum tepat. Kondisi bandara harus dibenahi lagi. Lebih tepat kalau Bandara El Tari Kupang diberi nama dengan nama Frans Seda. El Tari adalah seorang Gubernur, sedangkan Frans Seda seorang Menteri, tokoh tiga jaman.
“Memang sulit. Nama Bandara El Tari Kupang belum tentu diganti. Pemberian nama Frans Seda ini merupakan alternatif dari pro kontra panjang,” kata salah satu Mantan Wakil Ketua DPRD Sikka di kediamannya beberapa waktu lalu kepada SuaraFlores.Net.
Melewati pro kontra panjang tersebut, usulan yang diajukan pemerintah kemudian disepakati. Setelah didalami memang tak ada tempat lain untuk mengenang nama Frans Seda. Apalagi Frans Seda sangat berjasa terhadap lapangan terbang Maumere.
Baca juga: Frans Seda Tokoh Tiga Zaman dan Bandara Tertua di Flores
Kini bandara tertua di Flores telah bernama Bandara Frans Seda. Proses pergantian nama ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 301 Tahun 2010. Bahwa bandara yang mulanya bernama Wai Oti berganti nama menjadi Bandar Udara Franciscus Xaverius Seda atau disingkat Bandara Frans Seda. Alasannya bahwa Frans Seda merupakan tokoh nasional yang telah berjasa dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, perhubungan dan agama bagi bangsa dan negara.
“Usulan pergantian nama bandara semata sebagai penghargaan kepada tokoh nasional asal Maumere Flores NTT. Usulan itu didukung sebagian besar masyarakat dan DPRD Sikka. Memang ada segelintir kelompok yang menolak tapi akhirnya secara terbuka mereka menyetujuinya,” ujar Drs. Sosimus Mitang, Bupati Sikka periode 2008-2012 di kediamannya beberapa waktu lalu.
Bagi Sosimus, tidak ada alasan lain bagi orang Maumere Flores untuk menghargai Frans Seda. Pemberian nama melalui bandara yang dahulu bernama Wai Oti merupakan salah satu jalan untuk mengenang jasa-jasa Frans Seda. Sebagai tokoh nasional dari Flores, Frans Seda sangat berjasa untuk Flores, NTT.
“Frans Seda telah menunjukan kepedulian terhadap orang Indonesia Timur. Ia telah membangun kepedulian yang hebat. Bandara Frans Seda menjadi salah satu ikon yang dibangunnya. Sebagai orang Flores khususnya Maumere, kita harus menghargainya. Salah satu caranya kita memberi nama bandara dengan nama tokoh ini,” jelas Sosimus.
Menurutnya, penghargaan terhadap jasa-jasa Frans Seda harus dimulai dari orang Flores NTT. Orang Flores tak boleh lupa atau sengaja lupa terhadap jasa-jasanya. Frans Seda merupakan pemimpin hebat di mata Indonesia dan dunia. Tak ada cara lain bagi orang Flores (Maumere) untuk menunjukan penghargaan terhadap tokoh tiga jaman ini.
“Kalau bukan kita siapa lagi. Kita yang harus memulai agar dunia tahu bahwa Frans Seda dihargai dan dicontohi semua proses perjuangan oleh daerahnya. Proses pergantian nama ini berlangsung kurang lebih 1 bulan. Prosesnya cepat karena saya memiliki kedekatan dengan Menteri Perhubungan Fredy Numberi. Saya juga mendatangi keluarga (istri dan anak-anak,red) Frans Seda. Mereka berterima kasih karena ada kepedulian dari pemerintah daerah. Ini merupakan satu kenangan yang akan diingat oleh anak cucu dan tidak muda digantikan oleh siapapun,” ungkapnya. (Aloysius Yanlali/doc.sf).