LARANTUKA, SUARAFLORES.NET,–Keberadaan Jembatan Tambatan Perahu (JTP) Waiboleng Sagu yang dibangun melalui proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2017 Dinas Perhubungan Flotim, senilai Rp2,448 Miliar terus menimbulkan kontroversi dan perdebatan publik terkait belum bisa bermanfaatnya JTP untuk kegiatan bongkar muat hasil laut maupun meningkatkan arus perdagangan warga.
Paling aktual kasus proyek JTP itu, mendapat tanggapan serius para nelayan di Sagu. Menurut mereka, JTP yang dibangun dengan dana hampir Rp2,5 M oleh Kontraktor Pelaksana CV.Yudistira Teknik, Gabriel Seri de Ornay dan Fransiskus Hadjon itu praktis tidak bisa digunakan untuk menambatkan perahu motornya. Baik pada saat air pasang meski lautnya tenang maupun ketika gelombang tinggi.
Saat ditemui Suaraflores.Net belum lama ini, Arzad Boki, sesepuh Kelompok Nelayan Bajo Sagu, bahkan secara terbuka mengakui kalau konstruksi JTP tersebut lebih cocok dipakai untuk lantai jemur kopra atau ikan kering. Pasalnya, selain konstruksinya yang tidak cocok dan sangat beresiko untuk bersandarnya kapal karena bagian depan JTP tinggi. Selain itu, juga ada tumpukan material batu di dasar laut pada bagian depan JTP, dimana kedalamannya tidak seberapa ketika air lagi pasang. Sudah begitu, akan lebih buruk lagi pada saat gelombang tinggi.
Menurutnya, JTP tersebut bisa bermanfaat jika lokasinya tidak di situ. Sebab, areal yang dalam pada lokasi JTP tersebut masih berada sekitar 150 meter lagi ke depan. “Bagi kami para nelayan, jika mau bangun JTP untuk nelayan di Sagu, maka letaknya harus di belakang Kapela Sagu atau Pasar Sagu. Pasalnya, kedalamannya bagus, lautnya tetap teduh dan bisa dipakai kapan saja. Dan juga sangat strategis bagi nelayan dan masyarakat pembeli ikan. Nah, kalau di JTP Waiboleng saat ini, saya mau tanya, memangnya nelayan siapa yang bodoh dan gila mau ke tempat yang sangat jauh dari Kampung Nelayan dan Pasar Sagu. Sudah begitu, jalan raya juga buruk,”kata Arzad, sinis.
Diakuinya, ketika awal-awal pengerjaan JTP itu, pihaknya sempat menyampaikan ke beberapa pihak jikalau proyek itu hanya sekedar menghabiskan anggaran negara tapi tidak mempunyai manfaat apa-apa. Saat merespons permintaan Suaraflores.Net untuk melakukan uji coba sandar bersama, Arzad mengatakan, pihaknya bisa membantu tetapi untuk bisa bersandar ke bibir dermaga. Dirinya merasa takut karena bodi kapal bisa pecah menghantam batu di depan JTP maupun bibir JTP bagian atas. “Pak, kalau sekedar putar-putar di situ bisa,tapi untuk sandar, kami tidak berani. Jangankan kapal milik saya yang 7 GT dan 3 GT, sampan juga takut sandar,”pungkasnya lagi.
Hal yang sama diakui, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pantai Sagu, Berani Busu. “Kami pernah coba mau dempet untuk bongkar drump fiber tapi tidak bisa, sehingga kami terpaksa lepas di laut lalu berenang ambil. Soalnya, di depan JTP itu ada batu sehingga tidak bisa merapat dengan kapal 20GT. Dan, kapal ukuran lebih kecil juga susah merapat Pak,”ujarnya terus terang. Ia berharap ada evaluasi dan pemeriksaan dari pihak terkait karena proyek itu hanya buang-buang uang negara. (Roberth/SFN)