KUPANG, SUARAFLORES.NET,–Provinsi NTT adalah propinsi yang kaya. Selain kaya akan ikan, garam, pariwisata dan budaya yang unik, NTT juga kaya akan kopi, yaitu Kopi Flores dari Manggarai, Ngada dan Flores Timur. Kopi Flores sejak lama sudah sangat terkenal di pasar nasional maupun internasional, seperti di Jerman, Prancis dan negara lainnya.
Di tengah-tengah aroma nikmatnya Kopi Flores yang mendunia, terasa kontras Kopi Flores sepertinya kurang diminati oleh warga NTT. Malah warga NTT lebih cenderung minum kopi lain dari luar, sebut saja Kopi Tugu Buaya dan Kopi Kapal Api. Hal ini sama sekali tidak mendukung Kopi Flores yang dihasilkan para petani NTT.
Gubernur NTT, Viktor B. Laiskodat merasa sedih dan perihatin ketika dirinya melihat dan mendengar fakta ini, di mana di NTT banyak kopi dari luar membanjiri pasaran, baik di warung, kios, tokoh, restorant da hotel-hotel serta dalam berbagai acara pemerintahan orang tidak mengjual atau menghidangkan Kopi Flores buah karya petani asli NTT.
Baca juga: Rakyat Flores Sempat Galau Saat Ignas Jonan Hilang dari Kabinet Jokowi
Baca juga: 9 Aktivis LMND Flores Terobos Parlemen Flores dan Lembata
Bahkan, dalam sebuah acara di sebuah hotel di Kupang, Laiskodat menolak minum kopi setelah mengetahui bahwa kopi yang dihidangkan bukan Kopi Flores tapi Kopi Tugu Buaya. Menurut Laiskodat, jika orang NTT tidak mencintai produk-produk asli dari bumi NTT, siapa lagi yang mau menikmati? Kopi Flores kemudian dijual ke luar daerah, lalu oleh pengusaha diolah dan dijual kembali ke NTT dengan merk lain. Ini sebuah kerugian besar pagi petani dan Pemerintah NTT.
Oleh karena itu, Laiskodat dalam kegiatan Rapat Koordinasi Program Inovasi Desa Provinsi NTT di Kupang, 4- 7 April 2019, menegaskan kepada seluruh Dinas PMD di NTT, terutama 100 BUMDes yang dibentuk harus mengembangkan potensi-potensi lokal yang dimiliki setiap kabupaten, salah satunya Kopi Flores di Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur, dan Ngada.
Gubernur Laiskodat mendorong PMD untuk memanfaatkan potensi lokal, seperti BUMDes di Manggarai, Manggarai Timur, dan Ngada bisa melakukan pengelolaan Kopi Flores. Hasil produksi atau pengelolaan tersebut bisa didistribusi atau dijual ke toko-toko, kios, warung makan, restoran, hotel, dan lain-lain agar Kopi Flores dijual masif. Jika Kopi Flores ini laris di pasaran NTT, maka dia memastikan ekonomi petani Kopi Flores akan berkemabg, BUMDes pun mendapat keuntungan, dan Pemerintah daerah mendapat peningkatan PAD.
“Kopi Flores adalah salah satu potensi ekonomi rakyat NTT yang sudah mendunia. Oleh karena itu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, maka semua hotel, resoran, tokoh, kios, warung dan restoran harus menjual Kopi Flores. Dan semua orang NTT (peminum kopi) harus minum Kopi Flores,” kata Laiskodat semangat.
Baca juga: Polisi Bekuk Pelaku Pencurian Kopi
Baca juga: Uskup Larantuka Harap Polisi Serius Tangani Kasus Pencurian Kopi
Lebih jauh, Laiskodat menegaskan dirinya siap mendistribusikan atau menjual Kopi Flores ke luar negeri untuk medukung produksi petani Kopi Flores dalam meningkatkan penghasilan mereka. “Kopi Flores sudah terkenal sampai Perancis. Saya pernah ke sana dan melihat orang promosikan Kopi Flores. Artinya, secara pemasaran orang sudah kenal, tinggal orang NTT harus minum kopi lokal, agar petani untung, BUmdes untung, dan PAD bertamah,” tandas Laiskodat optimis.
“Kita punya kopi tapi kita beli kopi dan minum kopi luar. Semua BUMDes harus serius kembangkan ekonomi lokal. Harus serius dan aktif mendorong rakyat kita berwirausaha agar dapat mengembangkan potensi-potensi lokal kita, salah satunya ya Kopi Flores,” tegas Laiskodat.
Dalam berbagai kesempatan, Laiskodat selalu mendorong warga NTT, secara khusus kaum muda untuk bangkit dan terjun dalam dunia wira usaha demi meningkatkan ekonomi. Menurutnya, NTT memiliki begitu banyak potensi lokal yang harus dikembangkan dalam meningkatkan ekonomi.(sil/ bkr/sfn)