‘Panggilan Suci’ Tanah Air Sabu Raijua, Djami Rebo-Bernad Tanya Kembali

by -50 Views
Piter Djami Rebo ketika berada di Sabu Raiju beberapa waktu lalu.

SUARAFLORES.NET,-Cinta dan kerinduan akan kampung halaman bisa dirasakan hampir semua orang. Berbagai cara dan upaya dilakukan sebagian besar orang agar bisa kembali ke kampung leluhur. Hal demikian dirasakan juga oleh Ir. Piter Djami Rebo, M.Si dan Dr. Bernad L. Tanya, SH,M.Hum. Cinta dan kerinduan serta kepedulian yang tinggi atas daerahnya yang masih jauh tertinggal, Piter-Bernad memutuskan pulang membangun kampung halaman mereka. Karena ‘Panggilan Suci, keduanya kembali ke Sabu Raiju untuk ‘mengejar ketertinggalan, memburuh kesehteraan rakyat.’ Bersama rakyat desa yang masih miskin, mereka memastikan Sabu Raijua akan bangkit bersama kabupaten lainnya, seperti slogan besar Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat-Josef Alexander Nae Soi, “Kita Bangkit, Kita Sejahtera.”

Tekad bulat dan niat tulus nan suci dua jebolan Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang ini, lahir ketika keduanya sama-sama mempunyai cita-cita mulia mempercepat pembangunan berbagai bidang di kampung kecil Sabu Raijua, yang bagi keduanya tidak terlalu sulit untuk dibangun dalam kurun waktu 3 tahun saja. Jiwa besar, kerendahan hati, ketulusan dan keikhlasan berbabalut perasaan hati yang terus bergejolak pada Sabu Raijua yang terus terpinggirkan dari mercusuar kemajuan daerah lain, PJR-BLT pun meninggalkan kenyamanan, kewibawaan jabatan di berbagai tempat, dan dunia kerlap-kerlip kota besar.

“Banyak orang datang bertemu saya. Mereka memohon dengan ketulusan hati agar saya maju menjadi calon bupati Sabu Raijua pada Pilkada 2020 nanti. Ada para pengurus partai dari 6 kecamatan di Sabu Raijua, ada para pendeta, ada para tokoh adat, ada para pemuda dan mahasiswa, juga ada warga lainnya. Awalnya saya menolak semua permintaan itu. Saya bilang banyak orang muda yang berpotensi kita dukung mereka saja. Tetapi, mereka terus datang meminta agar saya memutuskan maju. Setelah melalui permenungan panjang di dalam doa, saya kemudian berkomunikasi dengan keluarga, Pak Bernad Tanya, juga kawan-kawan partai yang datang kepada saya. Setelah itu, saya putuskan untuk maju bersama Pak Bernad Tanya untuk sama-sama membangun Sabu. Memang sangat berat, tetapi demi Tana Leluhur dan Rakyat Sabu Raijua, saya yakin Tuhan akan membuka jalan,” kata anak Guru Tadu Rebo yang meraih gelar insinyur di UNDIP Semarang, dan sukses menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) NTT tiga periode, belum lama ini di Kupang.

Piter Djami Rebo bersama kawan akrabnya, Basuki Hadimoeljono, (Menteri PUPR saat ini), dalam sebuah perjamuan di Kupang, belum lama ini.

Djami Rebo mengaku, Sabu Raijua membutuhkan pembenahan serius, baik di pemerintahan (birokrasi) maupun di bidang pembangunan infrastruktur. Segala potensi yang ada di Sabu Raijua, seperti pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan tidak akan berkembang cepat jika infrastrukturnya tidak dibangun masif. Kabupaten kecil kepulaun yang masih tertinggal ini, kata Djami Rebo membutuhkan jalan raya yang baik, penerangan listrik, perumahan layak huni, bendungan serta embung yang banyak untuk menampung air. Namun paling utama harus dibangun pelabuhan yang berkualitas dan bisa disandari berbagai kapal barang dan manusia, dan juga harus dibangun bandara yang layak dan pantas dengan landasan pacu 1.650 an, untuk pesawat berbadan lebar seperti boing karena bandara Terdamu jarak landasan pacunya terlalu pendek dan sempit.

“Aksesibilitas harus kita bangun dahulu. Ketika sarana transportasi bandara, pelabuhan, jalan dan jembatan lancar dan aman, maka otomatis arus trasportasi barang jasa dan manusia akan lancar pula. Dengan demikian, maka program-program pemerintah lainnya pun akan berjalan dengan baik, karena infrastruktur adalah jembatan emas untuk sebuah daerah dapat berkembang. Soal jaringan (Networking) dan anggaran semua sudah ada, sudah tersedia, tinggal kita komunikasi dan kelolah. Anggaran APBD kita memang kecil, tetapi kita bisa berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi NTT yang saat ini dipimpin Viktor Laiskodat-Josef Nae Soi, dan kita juga bisa berkomunikasi dengan Pemerintahan baru Presiden Joko Widodo Ma’aruf Amin melalui Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan, juga para anggota DPR-RI kita yang terpilih dalam Pileg 2019 lalu. Semua ini dapat kita lakukan, namun semua tergantung kemampuan dan pengalaman serta keberanian seorang pemimpin,” kata Bakal Calon Bupati Sabu Raijua, Djami Rebo, yang pernah menjadi Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi NTT tiga periode ini optimis.

Piter Djami Rebo bersama Frouke Rebo (istri), ketika berdiskusi dan bertemu warga Sabu.

Hal serupa juga ditegaskan Bakal Calon Wakil Bupati Sabu Raijua, Bernad Tanya. Dalam wawancara dengan Suaraflores.net, belum lama ini, doktor hukum jebolan UNDIP Semarang ini, mengatakan, pembangunan di Kabupaten Sabu Raijua masih tertinggal jauh dengan kabupaten lainnya di NTT. Sabu Raijua akan berkembang apabila infrastuktur diprioritaskan oleh pemerintah daerah dan mendapat dukungan dari pemerintah Provinsi NTT dan pemerintah pusat. Untuk itu, Sabu Raijua saat ini yang masih jauh tertinggal, lima tahun ke depan harus memiliki pemimpin yang benar-benar paham akan infrastruktur yang merupakan kebutuhan dasar rakyat. Dan Ir. Piter Djami Rebo,M.Si adalah jawaban dari pertanyaan siapa pemimpin itu.

“Sabu Raijua adalah sebuah daerah yang kaya akan pariwisata dan budaya yang unik. Sabu memiliki potensi garam yang besar karena dikitari lautan lepas, memiliki sumber daya perikanan dan rumput laut yang berkualitas tinggi, dan berbagai bahari lainnya yang belum maksimal diolah. Agar potensi-potensi tersebut diolah dan dipasarkan ke luar daerah, maka diperlukan sarana infrastruktur, baik jalan, jembatan, listrik, air, pelabuhan dan bandara yang berkualitas untuk membuka isolasi demi memperlancar arus transportasi di dalam daerah dan antar daerah,” tegas Dosen Hukum UNDANA Kupang, yang juga pengajar S3 Fakultas Hukum UNDIP Semarang ini.

“Kita butuh tangan seorang pemimpin yang bukan hanya pemimpin politik tetapi pemimpin yang menjadi ujung tombak pembangunan. Dialah Piter Djami Rebo. Seorang ahli dalam bidang infrastruktur dan jasa konstruksi NTT, dan saya hanya siap untuk menjadi wakil beliau dalam Pilkada Sabu Raijua nanti,” kata Mantan Calon Hakim Mahkamah Konstitusi yang adalah 1 dari 3 orang calon hakim yang direkomendasikan Presiden Joko Widodo ini.

Untuk menuju Pilkada Sabu Raijua, PJR-BLT telah membangun komunikasi dengan hampir semua partai politik di Sabu Raijua maupun di Kupang. Setelah ada angin segar, keduanya langsung turun gunung. Mereka pergi ke Sabu menemui rakyat Sabu Raijua yang telah lama menanti. Warga desa yang sangat cinta dan merindukan kedua figur sarat pengalaman itu, menyambut dengan suka cita dan riang gembira penuh haru meneteskan air mata karena PJR-BLT tidak sungkan dan malu ‘menurunkan kelasnya’ merendahkan dirinya dengan ketulusan dan keiklasan. Warga pun berpendapat bangga dan setuju dengan kedatangan keduanya beberapa hari lalu.

“Selama ini, kami mendapat informasi yang kocar-kacir soal kepastian Bapa Piet maju sebagai calon bupati. Dengan kedatangan beliau hari ini, sekaligus pernyataan beliau siap maju, akhirnya soal tersebut sudah terjawab. Kami merasa legah, gembira dan terharu beliau memutuskan kembali maju untuk rakyat Sabu Raijua,” kata Madoko, warga Desa Depe, Minggu (30/6/2019), seusai bertemu Djami Rebo.

Piter dan Bernard sedang diskusi santai di Desa Raepana, Desa Raeloro.

Selain memberikan apresiasi kepada Djami Rebo, warga juga menyambut gembira Doktor Bernad Tanya, Sang Dosen Terbang yang malang-melintang di dunia ilmu hukum ini. Menurut mereka sangat tepat, serasi dan sepadan Djami Rebo yang berpasangan dengan Doktor Bernad Tanya, seorang dosen yang sudah memiliki jam terbang yang tinggi di tingkat nasional dan daerah.

“Saya sangat terharu ketika bertemu dengan Pak Piet. Saya yakin beliau pasti mampu menyelesaikan pembangunan Sabu Raijua. Apalagi berpasangan dengan Pak Bernad Tanya. Ini sangat cocok dan pas. Karena Pak Bernard adalah seorang ahli hukum,” ungkap polos Mabula, warga Depe usai pertemuan.

Sebelumnya, dalam pertemuan dengan warga di beberapa desa, Doktor Bernard Tanya mengatakan dengan tegas dan lantang bahwa PJR-BLT datang kembali ke Sabu Raijua bukan atas dasar misi suci merebut kekuasaan untuk menjadi kaya raya, tetapi sebuah Panggilan Suci nan Tulus untuk membangun Sabu Raijua.

“Kami datang kembali ke sini karena panggilan suci, bukan untuk merebut kekuasaan dan menumpuk harta kekayaan.Bayangkan, Pak Piet sudah banyak kali menolak permintaan dari berbagai kelompok yang menginginkannya maju sebagai calon bupati dengan berbagai alasan. Tetapi, akhirnya ia menyatakan bersedia. Demikian juga saya sendiri yang tidak pernah berpikir untuk maju sebagai calon wakil bupati mendampingi Pak Piet. Oleh karena ‘Panggilan Suci’ itulah, maka saya berani mundur dari pekerjaan saya saat ini, dimana saya masih 12 tahun lagi baru pensiun sebagai dosen,” kata Bernat Tanya ketika bertatap muka dengan warga Sabu dalam kunjungannya bersama Djami Rebo. (bungkornell/suaraflores)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *