Pater Heinrich Bollen dari Roma untuk Sikka

by -58 Views
Suara Flores

MAUMERE, SUARAFLORES.NET – Perayaan misa syukur ulang tahun Imamat P. Heinrich Bollen, SVD yang ke-60, Selasa (15/5/2018) sekilas mengkisahkan perjalanan Imamat rohaniwan kelahiran Landsthul, 2 Juli 1929. Dikisahkan bahwa setelah ditabis, P. Heinrich Bollen disetujui pimpinan SVD Roma untuk bertugas di Indonesia yaitu di Kabupaten Sikka, Flores.

Hal itu diungkapkan Konselebran Utama P. Daniel Moa, SVD, MA dalam khotbah pada misa syukur yang berlangsung di Kapela Revelation yang terletak di area Sea World Club, Waira, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka.

Dikisahkannya, pada 15 Mei 1958 terdapat 18 orang ditabiskan menjadi pastor di Jerman termasuk P. Heinrich Bollen, SVD. Dari 18 orang tersebut, saat ini tinggal empat orang saja. P. Bollen di Indonesia dan tiga diantaranya di negara lain.

Setelah mereka ditabiskan, pimpinan SVD dari Roma menugaskan empat orang untuk bertugas di Indonesia. Mereka pun melamar untuk dapat visa dan masuk di Indonesia.

Waktu itu pada masa Soekarno, dari empat orang tersebut diberikan satu visa yakni hanya P. Bollen,  sedangkan yang lainnya ditolak. Ia ke Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1959.

Di Indonesia, P. Bollen tinggal di Kabupaten Sikka, Flores. Pertama menjadi Pastor Pembantu di Paroki St. Yoseph Maumere 1960 sampai 1962. Selanjutnya, ia bertugas di Paroki Watublapi, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka dari 1962 sampai 1974.

Pada tahun 1984 sampai Juni 1986, ia menjadi Pembina Justitia Et Pax Se Indonesia. Tahun  1994, ia menjadi pastor umat Jerman di Jakarta. Tahun 1994 sampai sekarang menjadi Pastor Pariwisata

Kondisi Kabupaten Sikka saat itu tentu jauh berbeda dengan saat ini. Namun ia mampu melayani banyak umat, tidak hanya urusan iman umat di paroki Watublapi. Banyak pembangunan dan kebutuhan sosial masyarakat dijamahnya. Dalam karya-karyanya tersebut, ia dinobatkan Sang Gembala banyak gelar.

Seperti yang diungkapkan banyak sumber yang dituangkan Drs. Paolus Nong Susar dalam sebuah buku berjudul “ Berkhotbah di Ladang Ilalang” pada saat P. Bollen merayakan 50 tahun sebagai imam. Sejumlah sumber dalam buku tersebut hadir dalam misa syukur ulang tahun Imamat P. Bollen yang ke-60.

Suara Flores
P. Daniel Moa, SVD, MA saat khotba misa syukur ulang tahun Imamat P. Heinrich Bollen yang ke-60 di Kapela Revelation (15/5/2018).

Baca juga: Heinrich Bollen, Sang Gembala Banyak Gelar Rayakan 60 Tahun Imamat

Mereka berbicara melalui kesaksian yang dibuat P. Bolen. Mereka memberi gelar berbagai macam yaitu sebagai pastor coklat, pastor lamtoro, pastor petani, pastor pengasuh anak-anak panti, pastor kampung, pastor turba atau pastor yang selalu mengujungi umatnya dari rumah ke rumah.

Bahkan, penyunting buku yang berjudul “Berkhotbah di Ladang Ilalang” menyebut Heinrich Bollen sebagai nabi yang mendengarkan dan gembala yang baik. Ia memberi makan pada yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, pakaian kepada orang yang telanjang, rumah kepada orang yang membutuhkannya, perawatan kesehatan bagi orang yang sakit dan mengunjungi orang di penjara.

Nasi Bungkus Warung Tanta Ia

Dikatakan P. Daniel Moa, Heinrich Bollen juga dikenal sebagai rohaniwan rendah hati dan suka membantu. Sesuai memorialnya, ia juga menulis cerita mengunjungi orang dalam penjara.

Pada masa gestapu, ada 2 mahasiswa dari Jakarta yang ditangkap oleh kongo dan di bawah ke Maumere untuk ditahan. Dia ikut dari belakang sampai di Maumere, namun tidak diijinkan untuk mengunjungi 2 mahasiswa itu.

“Dia tidak hilang akal. Dia pergi ke warung milik Tanta Ia dan beli nasi bungkus lalu kirim di penjara. Dalam hati dia berkata, saya tidak dapat  mengunjungi kalian tapi yang penting kalian jangan kelaparan,” ungkap Daniel.

Pastor yang salah ambil jurusan

Banyak hal yang positif dilakukannya untuk gereja, pembangunan dan kemanusiaan. Disisi lain, banyak selentingan hal-hal yang ditafsir secara negatif.

“Ada yang mengatakan bahwa pastor ini salah ambil jurusan, karena lebih banyak sebagai pekerja sosial ketimbang pelayanan iman, melayani sakramen dan liturgi. Ada yang mengatakan dia sibuk urus hal-hal dunia dari pada hal rohani, bergaya dermawan atau hambur-hambur uang. Ada yang bilang ia memihak kelompok tertentu, dan ada yang mengatakan dia bekerja di luar rel kebiasaan gereja. Yang lain mengatakan dia bersembunyi dibalik sak semen, lebih banyak urus tentang pembangunan,” kisah P. Daniel.

Terhadap ocehan itu, lanjut Daniel, Mantan Delsos Maumere (Keuskupan Agung Ende) tahun 1967 sampai 1984 itu, tidak berhenti berbuat baik. Ia tetap memberikan pelayanan kebaikan kepada umat.

Pater Bollen bersama keluaga saat berada di pelataran Hotel Sea World Club usai merayakan misa syukur ulang tahun imamatnya yang ke 60.

Dijelaskan makna dari kebijaksanaan bagi pohon mangga. Semakin banyak dilempar, semakin banyak dia memberikan buah-buahnya, sampai sekarang terjadi demikian.

Pendiri Yayasan Pembangunan Masyarakat (Yaspem) tahun 1974 itu, memiliki iman yang besar yakni iman seorang Arnoldus Yansen. Bertugas membangun kerajaan Allah, mengetuk hati Allah untuk pembangunan. Dan ini dilakukan oleh P. Bollen yang juga menjalani iman pendirian SVD Arnodus Yansen.

“Pengalamannya mengajak kita semua belajar untuk setia. Setia dengan janji-janji yang pernah kita ucapkan, setia dengan komitmen yang telah kita lakukan, setia dengan pekerjaan sekecil apapun, karena hanya dengan setia Tuhan memberi kita berkat. Marilah kita belajar setia dalam hidup kita sehari,” tutupnya. (yannes/sfn02).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *