KUPANG, SUARAFLORES.NET,– Pelabuhan Seba di Kabupaten Sabu Raijua, NTT, hingga kini tidak dapat dimanfaatkan alias gagal manfaat karena kapal tak bisa sandar di pelabuhan tersebut. Pasalnya, pelabuhan yang dibangun sekitar tahun 2016 tersebut terlalu dangkal sehingga kapal bisa kandas jika merapat.
Sumber-sumber media ini di Sabu Raijua, mengatakan, pelabuhan tersebut sudah lama tidak berfungsi. Selama ini, kapal- kapal terpaksa bersandar di pelabuhan lama yang terletak tak jauh dari pelabuhan baru itu.
“Benar Pak, sudah lama pelabuhan baru itu tidak berfungsi. Kapal tidak berani sandar karena sangat dangkal. Kami berharap pihak terkait segera membangun kembali pelabuhan itu agar aktivitas kapal, barang dan jasa bisa lancar,” terang Dedy, warga Seba, belum lama ini.
Kepala Dinas Perhubungan NTT, Ishak Nuka, saat dikonfirmasi Suaraflores.Net, beberapa waktu lalu, mengaku proyek pembangunan pelabuhan baru di Seba itu bukan proyek dari Dinas Perhubungan NTT, tetapi bisa jadi proyek dari Kementerian Perhubungan RI yang bekerjasama dengan Pemerintah Sabu Raijua. Dengan demikian, dirinya tidak bisa menjelaskan lebih jauh.
“Iya, itu bukan proyek Dinas Perhubungan NTT. Jadi saya tidak tahu. Bisa jadi itu proyek dari kementerian perhubungan,” kata Ishak menjawab Suaraflores.Net, belum lama ini melalui ponselnya.
Diakuinya, pihak dinas perhubungan memang tidak mengetahui pasti karena banyak proyek dari pusat masuk ke NTT tanpa ada koordinasi dengan pemerintah provinsi atau dinas perhubungan. Oleh karena itu, ketika ada masalah menjadi sulit untuk menjawabnya.
Sementara itu, Ketua Komisi V DPR-RI, Farry Djemi Francis yang membidangi infrastruktur belum berhasil dihubungi Suaraflores.Net terkait pembangunan pelabuhan Seba tersebut. Beberapa kali, media ini mengkonfirmasi staff Farry Francis di Kupang namun belum memberikan keterangan yang pasti.
Pelabuhan Angker dengan Arus Mematikan
Menurut pengakuan warga Seba, Kamis (16/5/2019), pelabuhan tersebut bakal tidak dapat digunakan selamanya. Pasalnya, di dalam laut pelabuhan itu adalah tempat tinggal gurita-gurita besar (raksasa), ada pula sumur yang ke dalamannya sekitar 200-an meter dan arus airnya berputar keras, sehingga jika kapal nekat sandar ke palabuhan bisa terbalik dan tenggelam. Di lokasi pelabuhan tersebut sudah banyak korban yang hilang tanpa bekas.
Selain itu, sebelum pelabuhan itu hendak dikerjakan, para tokoh atau tua adat sudah pernah melarang agar tidak dibangun pelabuhan di lokasi tersebut. Namun, pihak pelaksana proyek tidak menghiraukannya. Akhirinya, ada kasus di awal proyek dimulai, yaitu hilangnya 12 buah tiang-tiang besar untuk pelabuhan tersebut setelah diturunkan.
Menurut warga, pelabuhan itu tidak berfungsi karena sangat dangkal. Kondisi yang terlalu dangkal sangat menylulitkan kapal-kapal besar masuk bersandar. Rupanya, posisinya tidak tepat, walaupun diuruk atau dikeruk dipastikan tidak bertahan lama karena akan dangkal lagi. (bkr/sfn)