MAUMERE, SUARAFLORES.NET–Keberanian dan kecerdasan pelajar SMA asal Maumere Flores, Fransiska Merlin Sareng (16) ditantang di Srilangka, Asia Pasifik. Ia hadir mewakili Indonesia dalam kampanye penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak bersama forum anak dampingan WVI dari berbagai negara se Asia. Kehadiran gadis belia di Colombo Srilangka ini melalui berbagai tahapan analisa praktik kampanye lapangan oleh WVI Indonedia. Tanggal 14-16 Oktober 2017, Merlin akan tampil berpidato dan akan berbicara di hadapan pemimpin-pemimpin PBB, INGO dan local CBO dalam agenda panel workshop.
Fransiska Merlin Sareng adalah salah satu anak dampingan WVI melalui Forum Anak Desa (FORADES) Desa Wolomotong, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Ia dinilai paling aktif dalam praktifk kampanye lapangan tentang kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan anak di tingkat desa, kabupaten, provinsi hingga di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Potensi yang dimiliki gadis kelas 10 SMA Negeri I Maumere mengantarnya untuk mewakil anak-anak Indonesia berkampanye atau berpidato di Srilangka.
Johny Noya, Manager ADP Sikka mengatakan bahwa sesungguhnya Merlin aktif hadir dan berkampanye di hadapan sejumlah pejabat di tingkat Provinsi NTT dan di Jakarta. Anak pasangan petani ladang ini tampil cerdas, layaknya seorang orator yang makan garam, tampil berpidato tanpa teks hingga 30 an menit. Melalui tahapan analisa, kemampuan Merlin mengundang simpati banyak orang yang kemudian dipercayakan untuk berangkat ke Srilangka.
Johny Noya menjelaskan bahwa sejak SD Merlin aktif dalam berbagai kegiatan bersama Forum Anak Desa (FAD) di Desa Wolomotong. FAD Wolomotong merupakan salah satu kelompok anak yang dibentuk oleh WVI bersama pemerintah desa sejak 2013. Sejak itu, Merlin menjadi anggota yang forum yang aktif dan selalu tampil cerdas dalam berbagai diskusi. Di wolomotong, pemerintah desa menyediakan satu ruangan untuk anak-anak di desa. Anggaran pun dialokasikan. Salah satu bentuk kampanye, Merlin dan teman-teman membuat media kampanye. Lewat ruang ini anak-anak desa berkreasi hingga go internasional.
Ketika hendak dilancuhing se Asia Pasifik. WVI seluruh Indonesia melakukan penilain terhadap anak-anak dampingan dalam kaitan praktik-praktik kampanye lapangan tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Merlin pun dipilih untuk mewakili anak dampingan WVI Indonesia di Srilangka.
Ke Srilangka, Merlin di dampingi staf WVI Jakarta, Gracya Thomas. Di sana, Merlin diberi ruang untuk presentase tentang kegiatan yang dilakukan di desa dan berkampanye tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan anak dan berdiskusi dalam kelompok.
“Kami melihat Merlin tidak asing untuk tampil di depan umum. Publik speakingnya sangat terstruktur. Bahkan ia pernah tampil dan berpidato di depan sejumlah pejabat tingkat provinsi selama 30 menit tanpa teks. Jadi bagi kami seorang Merlin tidak diragukan lagi untuk tampil dalam kegiatan ini di Srilangka,” kata Johny Noya di Kantor WVI ADP Sikka, Rabu (12/10/2017) kemarin. (yaNes).