SUARAFLORES.NET,–Nasib Kabupaten Sabu Raijua memang masih belum menguntungkan. Sudah jatuh dan tertimpah tangga pula, demikian kata pepatah lama yang tepat untuk menggambarkan perjalanan kabupaten yang dihuni kurang lebih 80-an ribu penduduk yang masih tergolong miskin ini. Kabupaten yang didesain awal oleh Penjabat Bupati Ir.Thobias Ully, M.Si ini kian terpuruk. Ada pembangunan, namun geliatnya jauh berbeda dengan 21 kabupaten/ kota di NTT. Memang sebagai kabupaten baru, Sabu Raijua masih sangat membutuhkan sentuhan, secara khusus di bidang pembangunan infrastruktur.
Cita-cita dan kerinduan puluhan ribu rakyat Sabu apalagi di Pulau Raijua yang kering kerontang, masih jauh panggang dari api. Jangankan menikmati kesejahteraan ekonomi, untuk kebutuhan air minum saja, rakyat hanya berebut satu embung yang terletak di tengah pulau yang konon disinggahi Maha Pati Gadja Mada itu. Begitu banyak warga di Pulau itu bertahan hidup sejak dahulu kala dari minum tuak manis dari pohon lontar yang rimbun di alam Sabu Raijua. Akibat kondisi alam yang sangat keras mendorong begitu banyak pemuda dan pemudinya merantau ke luar daerah. Mereka banyak bekerja di Kota Kupang, di Maumere, Ende Flores dan di daerah lainnya. Dan banyak pula yang merantau jauh ke Jakarta untuk merubah nasibnya.
Sejak pemilukada pertama yang mengantar Ir. Marthen Dira Tome-Drs. Nick Rihi Heke menjadi bupati dan wakil bupati, nama kabupaten yang diapit oleh gelombang lautan yang ganas tersebut memang riak pembangunan mulai terasa. Si anak muda pemberani dan keras kepala Dira Tome, terjun membangkitkan semangat perjuangan rakyat untuk bangkit membangun Sabu Raijua dengan kemandirian melalui program “Desa Mandiri.”Ia mendorong rakyat membangun dari apa yang dimiliki, seperti membangun lumbung pangan pertanian bawang merah dan ladang garam. Dalam catatan media, Dira Tome adalah bupati pertama di NTT yang berani melakukan terobosan membangun pabrik garam yang kemudian dikirim ke berbagai provinsi.Begitu banyak yang memberi apresiasi, ketika dirinya menjadikan Sabu Raijua menjadi lumbung Garam Nataga.
Selain membangun ladang garam dengan pabrik garam serta Pabrik Air Minum, Dira Tome juga gencar membangun infrastruktur. Ia membangun jalan raya yang lebar dan mengkilat dari Sabu Barat hingga Sabu Timur, membangun Kantor Bupati dan Kantor DPRD, membangun SPBU (markas bahan bakar) serta membangun bendungan besar untuk mengatasi kebutuhan warga akan air untuk pertanian, peternakan dan kebutuhan manusia sehari-hari. Ia juga berencana untuk membangun sebuah bandara besar di Sabu Timur, namun sayang tidak kesampaian, kasus korupsi lama dana pendidikan luar sekolah (PLS) sewaktu ia masih menjabat sebagai Kasubdin PLS Dinas Pendidikan di masa Gubernur Piet Tallo dan Wakil Gubernur Frans Lebu Raya membuatnya ditangkap KPK di Jakarta dan terpaksa masuk penjara hingga saat ini.
Selepas Dira Tome masuk penjara, Sabu Raijua ibarat anak ayam yang kehilangan induk. Proyek-proyek infrastruktur manggkrak, pabrik garam Nataga macet, pabrik air minum kemasan macet total tak bisa dilanjutkan dengan mudah oleh sang Wakil Bupati Drs. Nick Rihi Heke dan kawan-kawannya. Masalah yang paling berat juga, yaitu mangkraknya proyek pembangunan Gedung Kantor Bupati dan Kantor DPRD Sabu Raijua hingga saat ini. Lebih sial lagi, beberapa kepala dinas, seperti dinas PU dan perindustrian kemudian terjerat kasus korupsi, makin membuat Sabu Raijua berjalan pincang bak anak yatim piatu.
Ketua DPRD Sabu Raijua, Paulus Rabe Tuka, SH dalam percakapan dengan Suaraflores.Net beberapa waktu lalu melalui ponselnya, mengatakan, pihaknya terus berjuang agar proyek-proyek yang mangkrak seperti Kantor bisa dilanjutkan kembali, meskipun harus melalui proses yang tidak mudah.Pasalnya Kantor Bupati dan Gedung Kantor DPRD memang sangat dibutuhkan oleh pemerintah dan rakyat Sabu Raijua.Bukan itu saja, dia juga meminta perhatian penuh Pemerintah Provinsi NTT dan secara khusus Pemerintahan Presiden Ir. Joko Widodo agar memberikan perhatin lebih besar kepada Sabu Raijua yang juga merupakan kabupaten yang berbatasan laut dengan Negara Australia yang adalah kawasan konservasi karena diduga di dalam lautnya mengandung sumber minyak.
“Soal Kantor Bupati dan DPRD akan dilanjutkan dengan dana bertahap. Kami masih sangat butuh jalan raya. Kami butuh pelabuhan yang kuat dan kapal laut, dan bandara yang berkualitas. Kami butuh fasilitas air minum (embung dan bendungan), listrik dan pembangunan perumahan warga miskin. Melalui DPRD, kami terus meminta agar Sabu Raijua mendapatkan perhatian khusus dari Bapak Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, dan secara khusus Bapak Presiden RI, Joko Widodo melalui anggaran APBN,” kata Paulus yang juga Ketua DPC PDIP Kabupaten Sabu Raijua yang telah berjuang keras memenangkan Capres dan Cawapres Jokowi-Maaruf Amin dan mengantar PDIP menjuarai turnamen politik Pilpres dan Pileg 2019 lalu.
Sementara itu, Tokoh Pembangunan Infrastruktur NTT, Ir. Piter Djami Rebo,M.Si, mengatakan, Sabu Raijua sebagai sebuah kabupaten baru seumur jagung, memang masih sangat butuh pembangunan infrastruktur yang berbasis perencanaan yang matang berdasarkan pada tata ruang wilayah. Artinya, kata Djami Rebo yang kini dangkat Walikota Kupang Jefry Riwu Kore menjadi Ketua Tim Percepatan Pembangunan Kota Kupang ini, pembangunan infrastruktur berbasis tata ruang wilayah ini sangat penting agar ke depan Sabu Raijua tidak amburadul.
“Semua ini membutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar menguasai masalah infrastruktur, terutama perencanaan pembangunan yang berbasis tata ruang. Jadi ada ruang untuk perkantoran, ruang untuk pertokoan atau pasar, ada ruang publik, ada kawasan perhotelan untuk mendukung pariwisata, pelabuhan dan bandara, dan lain sebagainya. Jika terjadi kesalahan dalam penataan ruang, maka dipastikan ke depan akan kacau balau. Untuk itu, sekali lagi, untuk menyelematkan dan melanjutkan pembangunan di Sabu Raijua diperlukan orang-orang yang benar-benar ahli, paham atau menguasai benar tentang pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan,” kata mantan Kadis PU NTT tiga periode ini.
Djami Rebo yang menolak kembali didukung rakyat Sabu maju dalam pilkada bupati tahun 2020 ini, mengatakan, jika dirinya diminta atau dibutuhkan untuk membantu mendesaian perencanaan dan stregi pembangunan infrastruktur Sabu ia sangat siap untuk membantu karena Sabu Raijua adalah asal sejarah nenek moyangnya. Baginya, Sabu Raijua adalah sumber kehidupan sejarah peradaban yang tidak bisa dipisahkan sampai kapanpun.
“Ya memang banyak tokoh dan masyarakat Sabu Raijua datang bertemu saya mendorong saya kembali maju dalam pilkada 2020, namun saya menolaknya karena membangun Sabu tidak harus dengan menjadi bupati. Saya bersedia dan siap membantu dengan kemampuan dan jaringan yang saya miliki untuk membangun Sabu Raijua bila dibutuhkan,” kata Mantan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) NTT tiga periode ini, yang mengaku pernah didatangi para petinggi partai politik di Sabu Raijua beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Anggota DPRD Provinsi NTT dari Partai NasDem, Welem Kale, sebelum pileg 2019 digelar, kepada Suaraflores.net, menegaskan bahwa Sabu Raijua memang sangat butuh perhatian anggaran. Pasalnya, PAD dan APBD Sabu Raijua sendiri sangat kecil dan tidak mampu untuk menjawab kebutuhan rakyat, terutama di bidang infrastruktur. Infrastruktur, kata dia, adalah kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi karena merupakan jembatan menuju kesejahteraan. Namun demikian, semua itu harus diawali dengan kepemimpinan yang mempunyai kemampuan dalam mengelolah anggaran dan harus bersih dari korupsi.
“Kita butuh begitu banyak infrastruktur jalan, jembatan, air minum, listrik, perumahan warga, pelabuhan dan bandara yang berkualitas. Oleh karena itu, ke depan, kita butuh seorang pemimpin yang kreatif, inovatif, berani melakukan terobosan dan yang terpenting harus bebas dari korupsi. Soal perhatian infrastruktur kita terus berjuang supaya mendapat perhatian dari pemerintah provinsi dengan program JALA nya dan dari program infrastruktur Jokowi dari pusat,”kata Welem.
Kerinduan rakyat Sabu Raijua, ke depan bakal terjawab. Pasalnya, pasca kemenangan Jokowi-Amin dalam Pilpres 17 April 2019 lalu, tiba-tiba Presiden Jokowi mengundang seluruh bupati dan walikota serta Gubernur NTT ke Istana Negara di Jakarta.Rupanya, Jokowi melihat dan mencermati pembangunan infrastruktur masih berjalan lambat di berbagai wilayah di NTT. Oleh karena itu, dalam kesempatan itu, orang nomor satu Indonesia yang kembali dipilih mayoritas rakyat ini meminta Pemerintah NTT menggencarkan pembangunan infrastruktur untuk mengeluarkan NTT dari ketertinggalan. Mudah-mudahan apa yang diminta Presiden Jokowi menjadi perhatian serius Gubernur NTT dan para bupati termasuk Bupati Sabu Raijua, Drs. Nick Rihi Heke, yang baru dilantik beberapa waktu lalu menggantikan Bupati Ir. Martehn Dira Tome.
Dengan demikian, suara-suara sumbang yang bernada kecemburuan secara perlahan -lahan hilang, dan rakyat Sabu Raijua pun merasakan pemerataan pembangunan infrastruktur, seperti yang dirasakan Kabupaten Rote Ndao tetangga paling dekat mereka, yang telah mendapatkan jamahan tangan Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Rote Ndao ketika membuka Konggres Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara-JP) beberapa waktu lalu. Dimana, Jokowi memberikan perhatian besar dengan membangun jalan bandar udara, ribuan embung, listrik dan perumahan rakyat.
Semoga di puncak Hari Raya Otonomi Daerah ke -XXIII, 25 April 2019 di Banyuwangi hari ini dengan Tema “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia Yang Lebih Baik Melalui Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang kreatif dan Inovatif” menjadi refleksi bagi pemerintah kabupaten dan provinsi NTT, dan pemerintah pusat dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Sabu Raijua untuk meningkatkan SDM rakyat Sabu Raijua dalam meraih cita-cita kesejahteraan hidup yang berkelanjutan.
Untuk diketahui, Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten di Provinsi NTT. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto pada 29 Oktober 2008 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Kupang. Kabupaten Sabu Raijua merupakan Daerah Otonom yang baru terbentuk Tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2008 tanggal 26 Nopember 2008, yaitu pemekaran dari Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur di mana Kabupaten Sabu Raijua merupakan Kabupaten yang ke-21 di NTT. (Bungkornell/ suaraflores.com)