Pembangunan Jalan di NTT dari Zaman El Tari dan Ben Mboy hingga Hadirnya BPJN NTT (Bagian Pertama)

by -254 Views
Truk kayu sebagai satu-satunya sarana tranportasi di Ende Pulau FLores tempo dulu. Truk tersebut melintasi jalan-jalan tanah yang belum beraspal dari Ende-Maumere dan wilayah sekitar yang jalannya sudah dibuka warga dan pemerintah setempat (othervisions.wordpress.com)

KUPANG, SUARAFLORES.COM,- Pembangunan jalan raya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai sejarah panjang sejak NTT berdiri pada 20 Desember 1958.  Gubernur NTT, El Tari  mempunyai tugas yang maha berat membangun infrastruktur sebagai fundasi di sebuah provinsi baru. Sarana jalan masih sangat buruk dan sarana transportasi sangat minim kala itu. Pembangunan jalan pun masih belum menjadi prioritas utama. Transportasi antar satu kota dan kota kabupaten lainnya memakan waktu yang lama.

Pada Era Gubernur El Tari, ada Repelita 1 dan Repelita II (kala itu Presiden Soeharto), jalan-jalan baru mulai dibuka dengan jalan tanah. Kendaraan yang melintasi jalan tanah yang dibangun bisa dihitung dengan jari karena hanya satu atau dua truk kayu milik para pastor misi Katolik atau pengusaha lokal yang datang berdagang

Salah satu pemilik truk ‘Kawan Kita’ tempo dulu mengisahkan, dahulu jalan raya buruk sekali. Contohnya, jalan raya dari Maumere ke Ende dan Maumere ke Larantuka. Jalan yang dilalui kendaraan dalam satu hari hanya satu atau dua kendaraan saja. Dan itu sudah terjadwal rutin setiap hari pergi pulang. “Dulu saya sekolah tukang kayu di Ende sekitar tahun 50-an. Kami pergi ke ende itu naik truk lewat jalan tanah. Kondisi jalan tanah yang berbatu-batu dan melewati jurang terjal butuh kesabaran tinggi dan nyali besar. Salah-salah truk masuk jurang kita mati semua. Dulu kecelakaan sering terjadi karena kondisi jalan yang buruk itu,” kata Laurentius Bura yang kini berusia 90-an tahun.

Ada beberapa kendala yang dihadapi Gubernur El Tari dalam pembangunan jalan di NTT. Selain anggaran yang masih rendah atau sangat terbatas, NTT yang baru berdiri tidak banyak memiliki tenaga-tenaga teknik di bidang konstruksi. Menyadari terbatasnya tenaga-tenaga teknik tersebut, Gubernur El Tari melakukan beberapa strategi, di antaranya, pertama mengangkat seluruh siswa tamatan Sekolah Teknik Menengah (STM)  menjadi pegawai PU yang ditempatkan di seluruh kabupaten dan mengirim anak-anak NTT untuk kuliah teknik sipil di Tanah Jawa. Salah satunya, di Universitas Gadja Madah (UGM). Di mana, setelah tamat mereka kembali dan mengabdi di jajaran Dinas PU NTT dan di berbagai kabupaten. Kemudian, ia mendirikan  Akademi Teknik Kupang (ATK).

Memasuki era Gubernur Ben Mboy, pembangunan jalan di NTT mulai ada titik terang. Menurut  Ir. Piter Djami Rebo, M.Si sebagai insinyur teknik sipil  yang kala itu bekerja di bidang jalan mengatakan, pembangunan jalan raya antar kabupaten mulai gencar saat Gubernur NTT, Ben Mboy. Dengan program besar ‘Operasi Nusa Hijaunya,’ Ben Mboy sang dokter tentara mulai meletakan dasar membangun infrastruktur NTT.

Menyadari kemiskinan di NTT yang disebabkan oleh keterisolasian, maka Ben Mboy mulai gencar membangun jalan-jalan yang menghubungkan satu kebupaten dengan kabupaten lainnya. Jalan yang dibuka pun hanya jalan tanah, seperti jalur jalan Selatan Timor, jalur jalan Selatan Sumba dan jalan Lintas Utara Flores. Jalan-jalan yang dibuka masih dalam bentuk putas,  hanya batu dan tanah yang dikeraskan yang di resmikan Presiden Soeharto.

Ben Mboy yang memiliki energi dan semangat kerja dengan disiplin yang tinggi, tidak hanya memerintahkan Kadis PU saja, tetapi ia sendiri langsung turun ke seluruh kabupaten untuk bertemu dan berdialog langsung dengan warga, memberikan motivasi, berpidato menyampaikan Program Operasi Nusa Hijaunya membakar semangat rakyat dan mendorong pembukaan jalan raya.

Di masa awal pemerintahannya, Ben Mboy menggelar rapat membentuk dua tim kerja. Tim pertama ia pimpin sendiri berkunjung ke Rote, Sabu, Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores Timur, Lembata dan Alor, dan tim kedua yang dipimpin oleh Sekda NTT, Suharyono berkunjung ke Timor dan Sumba. Setelah persiapan matang, Ben Mboy yang didampingi Staf Bina Marga, Ir. Piter Djami Rebo dan rombongan naik kapal Niaga 9 bergerak dari pelabuhan Tenau berlayar menuju Pulau Rote, kemudian ke Pulau Sabu Raijua.

Di Rote dan Sabu Raijua, Ben Mboy diterima oleh ribuan warga dengan gegap-gempita. Di pulau itu, Ben Mboy berdialog dengan warga dan menyampaikan pidato membakar semangat rakyat untuk membangun NTT dengan mendukung  Program Operasi Nusa Hijaunya, salah satunya tentang pembangunan infrastruktur jalan. Setelah tidur di atas Kapal Niaga 9 satu malam di Sabu keesokan harinya, Ben Mboy melanjutkan perjalanannya ke Labuan Bajo, Manggarai sehari semalam.

Tiba di di Labuan Bajo pada malam hari, ia bersama seluruh stafnya turun dari kapal dan bertemu warga  berpidato menyampaikan rencana-rencana programnya untuk membangun NTT sekaligus mengenai pembukaan jalan dari Labuan Bajo, Ruteng, Ende, Maumere hingga Larantuka. Baginya ruas jalan lintas Flores itu harus dibangun untuk membuka akses transportasi manusia, barang dan jasa untuk melancarkan roda ekonomi dan pelayanan pemerintahan.

Ketika Ben Mboy berada di Labuan Bajo, Kapal Niaga 9 berlayar menuju  Larantuka, Flores Timur.  Sementara, Ben Mboy dan rombongannya terus bergerak ke Lembor, Ruteng dan terus ke Bajawa Kota Ende dengan mobil gubernur yang sudah disiapkan oleh PU. Kondsi jalan waktu itu masih jalan tanah yang sempit tak bisa dilalui dua kendaraan bila berpapasan. Dari Bajawa, rombongan Ben Mboy ke Mbay. Saat itu, ia diterima oleh Bupati Ngada, Yanuarius Bota.  Dari sana, kemudian bergerak ke Ende bertemu warga dan berdialog dengan warga. Kala itu, Bupati Ende, Gadi Djou menerima Sang Gubernur menginap di Susteran Detusoko. 

Setelah mengunjungi warga Ende, Ben Mboy menuju Maumere. Dalam perjalanan ke Maumere ia berhenti di Paga meninjau irigasi di Kaliwajo. Kemudian ia  ke RS. Elisabeth Lela dan terus ke Kota Maumere yang diterima Bupati Sikka, Daniel Woda Pale. Perjalanan dengan misi besar pembangunan infrastruktur itu terus dilanjutkan ke Larantuka, Lembata dan Alor hingga kembali ke Kupang. Lama waktu perjalanan itu tiga minggu. Dari perjalanan itu, Ben Mboy mulai melakukan terobosan membuka isolasi dengan membangun jalan raya. Ben Mboy lah sang gubernur  tentara yang mulai meletekan dasar-dasar pembangunan infrastruktur di NTT.

Djami Rebo yang kemudian menjadi Kadis PU NTT itu, menjelaskan,  dulu jalan namanya Okes (belum ada pelebaran). Jalan Flores dibangun pasca bencana alam Fores. Bencana alam gempa bumi Tektonik 6,8 Skala Righter  pada 1992 itu juga membawa keberuntungan bagi pembangunan jalan. Selain dibukanya jalan Lintas Utara Flores untuk distribusi logistik, jalan Trans Timor pun mendapatkan perhatian dari anggaran yang diturunkan ke PU NTT.

Setelah tahun 1992 adalagi anggaran pembangunan jalan (jembatan) dari proyek Colombo Plan.  Kalau dari Ende sampai Detusoko dahulu diaspal penetrasi pada tahun 80-an, tetapi jalan masih sempit 3,5 meter, mobil masih bisa dihiutung. Aspal dibuat mulai dari dari Detusoko, Wolowaru, terus ke Maumere hingga Larantuka, tetapi aspalnya baru sepotong-sepotong.

Pembangunan jalan tersebut, masih bersifat bertahap, dari geometrik, okes, agregat, Nakas, DBSD (burga burtu). Dibebernyakannya, di atas agregat yang sudah bagus ditaruh kerikil kecil-kecil. Percobaan pertama di ruas jalan Maumere-Magepanda. Konsultan pertamanya, Boyke Yunan. Pada tahun 1989-1992 sudah mulai dengan pengerjaan jalan Hotmix, lebarnya masih yang lama, yaitu 4,5 meter, sekarang 6-7 meter.

Semua jalan di NTT, dari Timor, Sumba, dan Flores. Sekarang, kendaraan-kendaran berat sudah masuk dari Jawa, Bali dan Bima. Untuk jalan dari Kupang-Dili mulai dibangun pada tahun 1975. Jalan Trans Timor tersebut dibangun dengan jalan dan jembatan besar sampai Motain yang pengerjaannya diakukan oleh tentara.

Setelah masa Ben Mboy, pembangunan jalan terus berlanjut. Namun, akibat anggaran yang tidak cukup, maka dalam setiap periode gubernur, dari Gubernur Hendrikus Fernandes, Gubenur Musa Kabe, dan Gubernur Piet Alexander  Tallo hingga Gubernur, Frans Lebu Raya, kondisi jalan di NTT (secara khusus jalan provinsi dan kabupaten)  belum mengalami perkembangan yang signifikan. Ruas jalan yang terus berkembang adalah ruas jalan negara yang rutin dibiayai oleh APBN Kementerian PUPR setiap tahun. Anggaran yang besar itu di kelolah Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) sejak kehadirannya di NTT (bersambung ke bagian dua)