KUPANG, SUARAFLORES.NET,–Geliat dunia kepariwisataan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 10 tahun terakhir kian terasa. Jumlah wisatawan yang datang ke NTT dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2016-2017 menjadi puncak kunjungan tertinggi yang mencapai 1 juta lebih wisatawan. Artinya, NTT kini menjadi destinasi pariwisata kelas dunia. Meski dikabarkan sempat menurun pada tahun 2018, namun NTT telah membuktikan diri ke dunia internasional sebagai daerah yang kaya akan obyek wisata alam dan budaya yang unik dan langkah.
Menurut pencinta dunia pariwisata NTT, Don Ara Kina, MT, IAI, bicara tentang pariwisata berarti bicara tentang 3A, yaitu Atraksi, Aksesibilitas dan Amenitas. Provinsi NTT memiliki atraksi yang luar biasa baik alam maupun buatan. Bahkan NTT berhasil meraih juara umum Anugerah Pesona Indonesia pada tahun 2016. Di mana dari 10 kategori penghargaan, NTT berhasil mengantongi 6 kategori penghargaan.
“Persoalan kita adalah 2A, yaitu aksesibilitas dan Amenitas. Akeseibilitas dari luar NTT menuju obyek destinasi wisata dinilai terlalu mahal, hal itu termasuk transportasi lokal. Di sisi lain ketersediaan Amenitas kita masih jauh dibawah standart. Untuk itu, hal ini harus menjadi perhatian bersama pemerintah daerah di NTT. Hal yang perlu dilakukan adalah sinkronisasi program lintas departemen,” terang Ara Kian, Rabu (5/3/2019) melalui ponselnya.
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025 telah menetapakan 88 Kawasan Strategis Nasional Kepariwisataan (KSPN), di mana NTT kebagian 6 KSPN. Data menujukan bahwa arus kunjungan wisatawan ke dua KSPN ini bertambah dari tahun ke tahun dan yang menarik adalah minat wisatawan terhadap daya tarik wisata yang ada yakni people and culture.
“Bagi saya, fakta ini merupakan peluang dan kesempatan pemerintah daerah khususnya di Pulau Flores untuk melihat kembali ruang wilayahnya yang beirisi berbagai potensi wisata untuk dijadikan Daerah Tujuan Wisata (DTO) dan Obyek Tujuan Wisata (OTW),” terang Ara Kian.
Tantangan lainnya, yang masih terlihat dan terasa hingga saat ini adalah masih banyaknya jalan raya menuju obyek-obyek wisata yang unik dan langkah belum dibangun, kalau dibangun pun sudah rusak akibat bencana alam dan human eror (kualitas kerja). Selain jalan raya juga fasilitas listrik dan air bersih serta MCK dengan pengelolaan yang profesional belum maksimal menjadi perhatian bersama.
“Kita boleh kampanyekan bahwa kita punya obyek wisata yang unik dan langkah, namun kalau kita tidak membangun jalan raya yang baik, kita tidak membangun jaringan listrik dan fasilitas air bersih dan MCK dengan pelayanan yang baik dan prima, maka hal itu akan mengurangi minat para wisatawan, baik mancanegara maupun domestik untuk datang ke obyek-obyek wisata tersebut. Infrastruktur dasar kita yang masih jauh dari harapan ini harus menjadi perhatian pemerintah provinsi maupun kabupaten-kabupaten di NTT,” katanya.
Selain infrastruktur dasar, seperti jalan raya, listrik dan air, NTT juga masih membutuhkan infrastruktur hotel, home stay, restaurant dan lain sebagainya yang merupakan sarana pendukung vital bagi para tamu, secara khusus wisatawan yang datang mengunjungi NTT selama berminggu-minggu.Oleh karena itu, pembangunan hotel dan tempat-tempat penginapan yang layak atau lengkap dengan fasilitas pendukung, seperti jaringan listrik, air bersih, Wifi, dan lain-lain juga harus menjadi perhatian pemerintah daerah dan para pengusaha jasa perhotelan.
“Secara khusus di sekitar obyek-obyek wisata atau di kota-kota yang memiliki obyek-obyek wisata yang menjadi tujuan wisata harus memiliki hotel-hotel yang lengkap dengan fasiltas penunjang yang aman dan nyaman bagi para wisatawan. Untuk itu, pemerintah harus mampu mendorong para pelaku usaha atau pengusaha perhotelan untuk berani membangun hotel dan restaurant untuk melayani para tamu dan para wisatawan asing,” katanya.
Meski demikian, hal yang harus menjadi perhatian bersama, pembangunan hotel di daerah-daerah destinasi pariwisata juga harus memenuhi syarat, seperti IMB, Amdal, Perda Tata Ruang. Hal ini sangat penting agar di kemudian hari tidak berdampak hukum, dan kemudian digusur atau dibongkar. Tentunya, jika terjadi, maka sangat merugikan pengusaha, daerah dan juga pemerintah sendiri.
NTT Jadi Lirikan Banyak Orang
Selain menjadi bidikan para wisawatan mancanegara maupun domestik, Provinsi NTT kini menjadi target bidik berbagai orang dari luar NTT, termasuk para pebisnis atau juga investor. Hampir setiap hari orang-orang baru pergi ke NTT, selain urusan privat, juga mencari lahan atau mengembangkan usah bisnisnya di NTT. Di antara mereka, ada yang menginap berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Hal ini memberikan dampak positif bagi dunia bisnis perhotelan di NTT.
Untuk diketahui berdasarkan data BPS NTT tahun 2019, tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel berbintang di NTT pada bulan Januari 2019 sebesar 38,71 persen, turun 13,14 poin dibanding TPK Desember 2018 yang sebesar 51,85 persen. Dan jumlah tamu menginap pada hotel bintang bulan Januari 2019 sejumlah 25.121 orang dengan rincian 23.388 orang tamu nusantara dan 1.733 orang tamu mancanegara. Selain itu, rata-rata lama tamu menginap di hotel berbintang pada bulanJanuari 2019 selama 1,57 hari. Rata-rata lama tamu nusantara menginap selama 1,50 hari dan rata-rata lama tamu mancanegara menginap selama 2,51 hari.
Untuk diketahui pula, kedatangan para tamu dipermudah dengan sarana angkutan udara yang kini makin lancar karena didukung dengan bandar udara yang rata-rata baik. Saat ini, hampir di seluruh kabupaten di NTT memiliki bandar udara sendiri, sehingga akses transportasi udara tidak sulit. Berdasarkan data BPS NTT, jumlah penumpang angkutan udara yang tiba di NTT pada bulan Januari 2018 berjumlah 117.659 orang sedangkan penumpang yang berangkat berjumlah 115.963 orang.
Sementara itu, berdasarkan data BPS NTT Januari 2019, jumlah penumpang angkutan udara yang datang ke NTT sebanyak 117.659 orang sedangkan penumpang yang berangkat sebanyak 115.963 orang. Pada Januari 2019, empat bandara sipil dengan jumlah penumpang datang dan berangkat terbanyak adalah Bandara Eltari Kupang (53,61 persen), Komodo Manggarai Barat (14,87 persen), Frans Seda Sikka (6,75 persen), dan H. Aroeboesman Ende (5,43 persen). (tim/sfn)