Perang Terbuka di Pilgub NTT, Siapakah Pemenangnya?

by -69 Views

KUPANG, SUARAFLORES,–Tahapan pilkada gubernur (Pilgub) NTT kini kian dekat. Tinggal menghitung hari rakyat NTT akan memiliki gubernur dan wakil gubernur baru pada 27 Juni 2018 nanti. Saling klaim kemenangan sudah makin membuncah ke tengah publik.

Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Benni Kabur Harman-Benni Litelnoni (Harmoni) sudah mengumandangkan lagu kememenangan jauh-jauh hari karena didukung politik berbasis identitas. Juru bicara paket bertagline Harmoni, Gabriel Suku Kotan, saat menghubungi media ini, mengaku sangat optimis Harmoni menang telak di Pilgub NTT melalui peta politik yang ia beberkan kepada media ini.

Menurut Gabriel, BKH-Litelnoni bakal memetik kemenangan besar karena kecenderungan pemilih berbasis identitas masih tinggi. Ia memastikan di basis-basis tradisional, BKH-Litelnoni meraup kemenangan besar. Saat ini seluruh tim BKH terus gencar bergerak.Dipasok gas tinggi dengan kekuatan penuh Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PKPI,BKH-Litelnoni merasa yakin menduduki kursi panas di gedung Sasando NTT pasca berakhirnya Gubernur Frans Lebu Raya.

Gabriel tak tanggung-tanggung membeberkan peta basis kemenangan dua Benni secara fulgar. Beberapa sumber media ini menyebut Dua Benni ibarat “Durian RUntuh” pasca Marianus Sae calon terkuat dari Pulau Flores tersandung kasus korupsi dan ditahan KPK. Pasca ditahannya Marianus, Benni Kabur Harman yang sudah dua kali memiliki catatan kekalahan telak di Pilgub NTT bak mengirup “angin segar.” Bendera identitas politik Flores-Katolik menjadi modal paling besar menjuari piala bergilir lima tahunan ini. Apalagi, Benni sudah bekerja dari dua tahun silam.

Klaim kemenangan juga diletupkan pasukan politik Marianus Sae – Emilia Nomleni (Marhaen). Dua petarung baru yang sudah berpengalaman politik ini, merasa sangat yakin akan tampil sebagai pemenang. Mereka mengaku memiliki modal politik besar, yaitu didongkrak dengan mesin politik bernergi besar PDIP NTT. Pasalnya, PDIP adalah partai pemenang pemilu di NTT yang berbasis besar menembus desa dan dusun.

Baca juga: Layangkan Hak Jawab, Kepala Sekolah SMPK Immaculata Ruteng Bantah Ada Pemerasan Terhadap Siswa

Selain didukung oleh PDIP yang memiliki pemilih fanatik dan jaringan Anggur Merah besutan Lebu Raya, Marhaen juga didukung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang tengah menguasai sebagian besar jaringan fasilitator dana desa. Walau dari sisi basis, NTT bukan basis PKB, namun partai yang memiliki 5 kursi di DPRD NTT ini eksis dan agresif melakukan gerakan di basis-basis tradisionalnya.

Pekikan kemenangan Marhaen terus ditebarkan pasukan politik Marhaen ke seluruh penjuru Flobamora. Beberapa waktu lalu, salah satu tim pemenangan Marhaen, Johanis Mase, kepada media ini, di Jakarta, menegaskan Marianus-Emi akan menang di Pilgub NTT.

Optimisme ini, menurut dia, karena arus dukungan kepada Emi Nomleni (Mama Emi) sebagai satu-satunya tokoh perempuan yang maju di Pilgub NTT, ia terus mendapat dukungan besar dari kaum miskin dan perempuan di seluruh bumi Flobamora. Dia mengajak seluruh rakyat untuk mendukung Mama Emi untuk menjadi pemimpin lima tahun mendatang.

“Kami sangat optimis Marhaen akan menang. Jadi saya ajak seluruh rakyat memberikan dukungan penuh kepada Marhaen,” tegas Johanis Mase usai Debat Calon Gubernur NTT yang didampingi Sekretaris DPC PDIP Kota Kupang, Selly Tokan dan Epy Seran di depan Gedung MNC Center, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Meski merasa yakin menang, Johanis Mase tidak membeberkan peta basis kemenangan Marianus -Emi atau Marhaen. Namun, dari penelusuran media ini dari sumber lain menerangkan bahwa dilihat dari daerah asal kedua calon, maka basis pemilih Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Ngada, Nagekeo dan Manggarai menjadi basis kuat kemenangan Marhaen. Apalagi, jika benar-benar kaum perempuan menaruh pilihan pada sosok perempuan keibuan Emilia Nomleni, maka kemenangan bagi Marhaen sudah di depan mata.

Klaim kemenangan berikutnya datang dari kubuh Esthon Foenay-Christian Rotok (Esthon-Chris). Dua mantan calon gubernur yang pernah bertarung dalam pilgub 2013 lalu yang kini berpasangan ini, kini disebut-sebut sebagai kuda hitam dalam pilgub NTT 2018 ini.

Selain memiliki pengalaman tempur politik sebagai calon gubernur di Pilgub 2013, kedua tokoh birokrat tulen sarat pengalaman ini tidak bisa dilihat sebelah mata. Debut keduanya yang kencang sejak dua tahun lalu, menjadi bekal pangan politik bernutrisi tinggi meraup suara rakyat.

Didukung dengan hasil Survey LSI yang menduduki papan atas pada beberapa bulan lalu, Esthon-Chris sangat percaya diri meraih kemenangan. Pasangan yang diusung koalisi Partai Gerindra besutan Prabowo Subiyanto dan Partai Amanat Nasional (PAN) besutan Amin Rais ini, memiliki basis dukungan massa yang tidak bisa diremehkan. Bukan tidak mungkin, basis tradisional Timor dan basis Manggarai Raya (Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat) akan menjadi milik mereka.

Meski memenangkan survey dan memiliki modal politik kemenangan besar, kedua birokrat perpengalaman ini bermain santun mengolah bola politik NTT. Mereka meminta seluruh timnya tidak pukul dada dengan hasil survey tapi tetap bekerja keras hingga titik darah penghabisan.

“Saya minta semua tim tidak bereforia dengan hasil survey, tetapi terus bekerja keras dari pintu ke pintu untuk meraih kemenangan,’ kata Esthon Foenay, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, klaim kemenangan terakhir adalah pasangan Viktor Laiskodat-Josep Nae Soi (Viktory-Joss). Kedua pemain baru di kelas Pilgub NTT ini bukan orang baru, tetapi sudah belasan tahun berjuang di Senayan untuk membangun daerah. Keduanya mengklaim akan meraup kemenangan besar karena sudah berbuat banyak untuk rakyat.

Baca juga: WVI Selenggarakan Festival Pembelajaran Suara dan Aksi Warga Negara

Klaim keduanya untuk memenangkan Pilgub dan menjadi gubernur dan wakil gubernur yang baru bukan sekedar basa-basi. Pasalnya, jika dilihat dari komposisi kekuatan parpol pengusung, Viktory-Joss adalah koalisi besar yang dibangun oleh Partai NasDem, Partai Golkar, Partai Hanura dan PPP. Partai-partai ini tidak hanya sedikit memiliki kader-kader kelas tinggi ,militan dan teruji.

Ketua Tim Pemenangan Viktory-Joss, Jacky Ully ditemui SUARAFLORES.NET di Kompleks Gedung DPR-RI Senayan Jakarta belum lama ini, mengaku sangat optimis Viktory-Joss akan menangi Pilgub NTT. Dia mengaku, setelah berkeliling NTT menemui warga dan para tokoh, pasangan ini mendapat dukungan besar sebagai tokoh yang diyakini akan membawa NTT ke era baru. Warga juga yakin, viktory-Joss mampu melaksankan janji-janji kampanyenya.

Pengakuan serupa juga disampaikan Ketua Tim Pengarah Tim Pakar, Kristo Blasin. Mantan Ketua Tim Pemenangan Frans Lebu Raya tiga periode ini, beberapa waktu lalu, mengatakan, jika dilihat dari kekuatan partai koalisi, maka Viktory-Joss unggul jauh dari pasangan lainnya. Dia meminta warga memilih pemimpin harus pula melihat parpol pengusungnya. Modal partai menjadi penting untuk mewujudkan program politik.

Jika dilihat dari kekuatan partai koalisi besar, menurut Kristo, tidak ada alasan Viktory-Joss kalah. Selain memiliki modal sosial dan modal politik, lanjutnya, Viktory-Joss adalah paket yang paling banyak didukung oleh tokoh-tokoh hebat di pentas politik daerah. Ada puluhan di propinsi dan ratusan tokoh masyarkat, tokoh adat dan aktivis memberikan dukungan penuh untuk Viktory-Joss karena yakin akan membawa perubahan baru.

Ketua DPW Partai NasDem NTT, Raymundus Fernandes dan Sekretaris Alexander Take Ofong pun sangat optimis. Belum lama ini, mereka mengaku dan mengungkapkan bahwa Viktory-Joss akan menang di Pulau Sumba, di Pulau Timor dan Pulau Flores. Tentunya, jajaran tim sukses Viktory-Joss sudah mempunyai hitungan, kajian dan survey berdasarkan dukungan dan kekuatan jaringan, dan basis politik yang menjadi modal kemenangan.

Mengenai menohoknya politik identitas yang terus dipertajam akhir-akhir ini, mereka menegaskan bahwa sudah saatnya rakyat memilih pemimpin tidak berdasarkan pada suku dan agama. Rakyat harus melihat kualitas dan komitmen pemimpin untuk melakukan perubahan.

“Rakyat NTT sudah cerdas melihat situasi saat ini dan masa lalu. Sudah saatnya rakyat bangkit memilih pemimpin baru yang berdiri dan bekerja untuk semua golongan dan suku agama, bukan untuk sebuah kelompok identitas tertentu,”kata Alex Ofong sembari menegaskan bahwa tanda-tanda kemenangan sudah makin terlihat karena saat ini Viktory-Joss mulai diserang dengan kampanye hitam yang digerakan oleh oknum-onum tertentu untuk menjatuhkan Viktory-Joss.

Baca juga: Mengintip Penataan Kota Maumere, Haruskah Tugu MOF Digusur?

Pemerhati politik jebolan Universitas Hasanudin (UNHAS) Makasar, Mikael Marut, SH, mengajak rakyat NTT agar tidak memilih pemimpin karena kesamaan agama dan suku. Pemilu merupakan momentum pemilihan kepala daerah, bukan memilih pemimpin agama atau kepala suku.

“Saya ajak kita semua, stop pilih gubernur dan wakil gubernur harus dari suku dan agama yang sama. Sudah terbukti, pilihan karena suku dan agama yang sama, tidak berdampak besar bagi kesejahteraan rakyat NTT. Sudah terbukti kan,” kata Mikael Marut, kepada SUARAFLORES.NET belum lama ini di Jakarta.

Tokoh asal Labuan Bajo Manggarai Barat ini menegaskan bahwa sudah sangat lama rakyat NTT terbelenggu dalam politik suku dan agama. Sejak itu, tidak ada keberhasilan yang luar biasa.

“Apa untung kita memilih pemimpin karena satu suku dan satu agama. Tidak ada untung kan. Malah kerugian yang kita dapat karena konflik perang dingin yang terus terjadi. Oleh karena itu, mari kita memilih pemimpin karena kualitas, kemampuan dan jaringannya untuk kita bangun NTT,” katanya. (bungkornel/sfn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *