SUARAFLORES.NET,– Kemajuan dunia transportasi di era modern ini luar biasa pesat. Industri alat transportasi dunia berkembang pesat, mulai dari negara Eropa Timur, Eropa Barat, Amerika, Australia hingga Asia, seperti Korea, Cina, Jepang dan Indonesia. Mulai dari sepeda, berbagai jenis mobil, motor, kereta api listrik hingga pesawat jet semuanya disiapkan industri-industri tersebut. Tinggal manusia memilih yang mana alat transportasi yang sesuai dengan kebutuhan diri dan kondisi wilayahnya.
Berbagai jenis alat atau sarana transportasi tersebut, adalah media untuk membantu aktivitas manusia. Ada yang merasa nyaman dengan sepeda, seperti di Cina, ya menggunakan sepeda, ada yang merasa nyaman dengan motor ya menggunakan motor, dan ada yang merasa nyaman bekerja bergerak cepat dengan pesawat jet ya menggunakan pesawat dari pulau ke pulau. Semua tentunya sesuai dengan keinginan , kebutuhan, tapi juga tergantung uang. Tanpa uang, mungkin saja orang hanya bisa berjalan kaki berlumuran lumpur keringat, tanpa naik kendaraan bermesin jet atau motorcross.
Lalu apakah alat transportasi yang sesuai atau cocok dengan kondisi Propinsi NTT sebagai sebuah daerah kepulauan? NTT yang dipisahkan dengan lautan yang luas dan pulau-pulau yang tersebar berjauhan satu dan yang lain, alat bantu utama yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lain, yaitu hanya pesawat dan kapal laut. Dua alat berfungsi mengkoneksikan satu pulau dengan pulau lainnya, namun pesawat lebih bergerak cepat. Apalagi pesawat jet, main menit sudah sampai di satu pulau yang sudah pasti ada bandara. Kalau tak ada bandara, pesawat tak mungkin mendarat di laut atau di hutan.
Dalam konteks pilgub NTT 2018, warga NTT di dunia medsos, hampir setiap hari meributkan dua calon gubernur yang menggunakan alat transportasi yang berbeda. Calon gubernur Viktor Laiskodat terbang ke setiap kabupaten menggunakan pesawat jet pribadinya, sedangkan Calon Gubernur Marianus Sae mengendarai motorcross dengan kostum bak pembalap berjalan dari satu kabupaten ke kabupaten lain yang tentunya daratan bukan lautan bukit atau gunung dan lembah.
Baca juga: Mungkinkah Pembangunan Infrastruktur NTT Selesai 3 Tahun?
Apa yang salah dari Viktor menumpangi pesawat pribadi yang dibelinya sendiri, dan apa pula yang salah dari Marianus menunggangi motorcross (diboyong dengan mobil) dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya ? Tentunya, tidak ada yang salah. Kedua tokoh itu sama-sama memakai alat transportasi untuk menemui warga pemilih yang mereka butuhkan suaranya. Lalu mengapa ada warga yang terus menyerang calon gubernur pakai pesawat jet dan terus – menerus meributkan?
“Seharusnya, warga (lawan politik/tim sukses), lebih menyoroti track record calon dan proggram-program yang disampaikan di setiap pertemuan publik. Program-program itu harus diamati dan dicermati secara baik, agar tidak kecewa lima tahun mendatang. Jika gubernurnya gagal, apakah yang dipersalahkan itu pesawat jet atau motorcross? Tentunya tidak. Yang salah adalah rakyat sendiri, karena lebih melihat alat transportasi yang dipakai dari pada membedah program-program calon gubernur,” kata Wenslaus, salah satu warga NTT, belum lama ini.
“Yang kita harus perdebatkan adalah apakah program mereka itu bisa dilakukan atau tidak. Jangan sampai mereka buat program yang banyak dan tinggi-tinggi tapi sampai lima tahun tidak ada bukti nyata. Jangan sampai mereka tipu-tipu kita. Jadi kita jangan terkecoh dengan membahas pesawat dan motocross,” tegas tukang ojek ini.
Baca juga: Bangun Embung, Upaya Pemerintah Tingkatkan Pasokan Air di NTT
Bakal Calon Gubernur Viktor Bung Tilu Laiskodat, setelah lama mencermati kritikan, omelan dan berbagai sindiran di media sosial, mulai merasa gerah. Dalam pidatonya saat berkunjung ke Atambua, Kabupaten Belu, ia mengklarifikasi terkait pesawat jet yang ia pakai dalam musim kampanye pilgub 2018. Dengan suara lantang, ia menegaskan bahwa di era milenium ini teknologi yang sudah canggih menghadirkan pesawat untuk efektifitas dan produktifitas kerja manusia, termasuk pemimpin.
“Motor tidak bisa melintasi laut karena Provinsi NTT ini kepulauan yang dikelilingi laut. Motor lewat lautnya mati, apalagi jalan kaki.Jadi teknologi menghadirkan pesawat untuk efektifitas dan produktifitas kerja manusia,” kata Laiskodat, seperti dilansir savanaparadise.com..
Viktor memberi contoh, jika dipercayakan rakyat menjadi gubernur NTT, maka jika ada kejadian luar biasa seperti bencana dan wabah di Flores, Lembata, Sumba, Alor, Sabu atau Rote Ndao, maka dalam hitungan jam gubernur dan wagub sudah ada di lokasi. “Ini karena ada pesawat sendiri. Tidak lagi menunggu jadwal pesawat komersial. Jadi punya pesawat itu bukan untuk gagah-gahahan,” tegas Viktor. (Korneliusmoanita/sft))