OLEH: HENDRIK YANCE UDAM*
Perhelatan pesta demokrasi 2019, yaitu pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) dan pemilihan anggota legislatif (Pileg) yang akan duduk di DPR RI, DPD RI, DPRD provinsi dan kabupaten kota di seluruh Indonesia telah selesai. Saat ini, Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia ( KPU RI ) sedang mempersiapkan untuk menetapkan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2019 – 2024 pada tanggal 22 Mei 2019 mendatang.
KPU RI juga telah mempersiapkan untuk mengumunkan nama-nama caleg yang akan duduk sebagai anggota DPR-RI serta provinsi dan kabupaten kota di seluruh Indonesia yang akan bertugas selama lima tahun ke depan untuk melayani dan membangun bangsa dan negara serta bertugas sebagai penyambung lidah rakyat di pemerintahan demi kesejahtraan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Pesta demokrasi pemilu tahun ini cukup menguras energi bangsa dan negara yang cukup besar dalam sejarah NKRI, lebih dari 550 petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia selama Pemilu 2019, terdiri atas anggota kelompok penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panwaslu dan Polri.
Kasus-kasus tersebut telah menimbulkan polemik yang tidak sedap di semua kalangan elit – elit politik nasional dan daerah serta kalangan menengah dalam serata sosial masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena, Pemilu 2019 ini harus dievaluasi sehingga pemilu pemilu berikutnya di NKRI bisa berjalan lebih baik lagi.
Fakta lain yang turut memperkeruh suasana politik nasional saat ini adalah isu gerakan people power yang dihembuskan oleh kelompok kelompok yang tidak bisa menerima kekalahan dalam pemilu kali ini. Dengan dalil yang dibangun adalah pasangan nomor urut satu Ir. Joko Widodo dan Prof. DR. Kiai Haji Ma’ruf Amin melakukan kecurangan. Pihak-pihak tersebut juga terus menghembuskan bawah ada dugaan KPU serta penyelengara pemilu telah melakukan kecurangan secara masif dan sistim matis.
Isu tersebut adalah merupakan opini yang dibentuk dan menjadi pintu masuk untuk mengoyang pemerintahan yang ada sehingga rakyat tidak mempercayai pemerintah yang sah dan tejadilah kekacauan politik dalam Negeri. Hal ini sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan anak bangsa, karena jika itu terjadi pihak-pihak lain akan diuntungkan.
Pilres 2019 kali ini juga membuat kelompok anak bangsa terbagi menjadi dua kelompok besar dan kalau tidak mengelolahnya dengan baik di pastikan akan terjadi konflik besar di NKRI, dimana sejarah kelam bangsa Indonesia 1965 itu bisa terulang kembali yang akhirnya membuat ibu pertiwi menagis dan rakyat Indonesia menjadi susah karena hidup dalam ketakutan.
Sangat naif, hanya karena politik dan perbedaan pilihan dalam pemilihan presiden RI membuat bangsa ini terpecah-pecah atau konflik di mana mana yang membuat ibu pertiwi bisa menagis melihat darah bercucuran membasahi bumi nusantara di dalam rumah besar NKRI. Tentunya, sebagai anak bangsa yang mencintai NKRI jangan kita membuat bangsa ini tercabik- cabik tercerai-berai oleh isu – isu identitas, semangat, radikalisme, intoleran yang terus menghantuai kehidupan berpolitik berbangsa dan bernegara.
Jangan biarkan sejarah kelam bangsa kita terulang lagi karena perbedaan pandangan politik, agama dan golangan, namun jadikanlah perbedaan itu sebagai alat pemersatu bangsa sesuai dengan motto kita yaitu “BHINEKA TUNGGAL IKA ( Berbeda beda tapi tetap satu ). NKRI yang kita tinggal saat ini bukan diturunkan jatuh dari langit, namun NKRI yang kita huni adalah rumah besar kita bersama yang merupakan hasil kerja keras serta perjuangan para pejuang pendahulu yang rela kehilangan hartanya bahkan nyawap untuk meraih kemerdekaan dari tangan para penjajah.
Untuk itu, generasi saat ini adalah generasi yang ada di jaman kemerdekaan harus bisa menjaga dan merawat, serta mencintai NKRI sebagai rumah besar kita bersama-sama dan mewariskannya kepada generasi berikut. Pemilihan presiden dan wakil presiden telah selesai, sekarang tiba saatnya anak bangsa bersatu kembali dalam mengawal kepentingan bangsa ke depan dengan menghindari gesekan sesama anak bangsa.
Siapapun presiden dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2019 – 2019 yang akan terpilih dan ditetapkan oleh KPU RI pada tanggal 22 Mei 2019, dialah presiden seluruh rakyat NKRI dari Sabang sampai Merauke, sehingga harus didukung oleh semua komponen anak bangsa untuk memajukan NKRI. Tentunya, dengan satu tujuan mulia menjadikan NKRI sejahtera di bidang ekonomi dan disegani dalam perpolitikan dunia internasional.
Jikalau ada pihak-pihak yang belum bisa menerima kekalaan dalam pemilu presiden, maka disarankan mengunakan fasilitas hukum secara terhormat dan bermartabat untuk menyelesaikan persoalan ketidak puasaan dalam pemilu presiden. Harus dan jangan menggunakan aksi- aksi anarkis peopel power untuk melakukan protes di jalan – jalan yang akan berdampak buruk bagi perkembangan demokrasi di NKRI.
Saat ini adalah saat yang tepat mengakhiri semua perbedaan dalam pemilu presiden dengan melakukan rekonsiliasi nasional untuk kembali berdamai menjahit ulang merah putih yang telah sobek perbedaan politik dan golongan. Tentunya, dengan melibatkan semua komponen anak bangsa yang terlibat dalam pemilu presiden.
Mari kita duduk bersama sebagai anak bangsa untuk saling silaturami dan memaafkan satu sama lain sebagai keluarga besar NKRI, Jangan sekali- kali bangsa kita mau diadu domba oleh kelompok-kelompok yang ingin mengancurkan NKRI. Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Besar karena telah menganugerahkan NKRI yang kaya akan sumber daya alamnya, keanekaragaman flora dan fauna serta kaya akan budaya dari Sabang sampai Merauke.
*Penulis: Ketua Umum DPP Gerakan Cinta NKRI (GERCIN), tinggal di Jakarta.