KUPANG, SUARAFLORES.NET,–Dewan Pimpinan Daerah Posko Perjuangan Rakyat (DPD-Pospera) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengadakan aksi solidaritas doa bersama dan menyalakan seribu lilin sebagai ucapan belasungkawa atas tragedi bom teroris yang telah merenggut banyak nyawa warga Indonesia. Kegiatan yang digelar di Jalan El Tari depan Rumah Jabatan Gubernur NTT, Rabu (16/5/2018) ini diikuti juga oleh berbagai pemuda dan pemudi di Kota Kupang
Ketua DPD Pospera NTT, Yanto Lili, dalam keterangan persnya, mengatakan kegiatan doa bersama dan seribu lilin ini dilakukan terkait dengan aksi serangan teroris di Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob) Kelapa Dua di Depok, Jawa Barat dan Markas Polisi Resort (Mapolres) Sidoarjo Jawa Timur, Mapolres Riau, polsek-polsek serta tiga gereja di Surabaya.
Yanto menegaskan bahwa dalam kegiatan itu, selain menyalakan lilin dan doa bersama, juga dibacakan pernyataan sikap Popera dalam menyikapi rentetan peristiwa bom teroris yang telah menggangu kenyamanan, keamanan dan kedamaian bangsa Indonesia yang pluralisme.
Keenam butir pernyataan sikap Pospera tersebut, yaitu, pertama, turut berbelasungkawa kepada seluruh korban serangan teroris di Mako Brimob Depok, korban pemboman tiga gereja di Surabaya dan korban serangan teroris di Mapolres Riau. Kedua, menegaskan bahwa sesungguhnya teroris tidak punya agama karena mengedepankan kekerasan dan melegalkan pembunuhan. Agama apapun mengajarkan kemanusiaan, kedamaian dan cinta kasih.
Baca juga: Heinrich Bollen, Sang Gembala Banyak Gelar Rayakan 60 Tahun Imamat
Ketiga, tegas Yanto, mengutuk keras tindakan brutal teroris dan mendukung Presidan Joko Widodo dan POLRI agar menindak tegas pelaku teroris. Keempat, mendesak Pemerintahan Joko Widodo agar segera mengesahkan Rancangan Undang-undang Anti Terorisme.
Kelima, lanjut, Yanto, mengecam partai-partai maupun oknum politisi yang selalu memperkeruh suasana. Keenam, menegaskan bahwa program deradikalisasi BNPT akan sia-sia jika masyarakat memberikan panggung pemimpin agama yang menyebarkan paham radikalisme. Dan ketujuh, menghimbau kepada selluruh elit politik dan masyarakat menghentikan komentar yang memperkeruh keadaan.
Pantauan media, ratusan pemuda dan pemudi, tokoh agama dan warga tampak menyalakan lilin di jalan utama depan rumah jabatan gubernur NTT. Lilin yang dinyalalan membentuk tulisan “WE LOVE INDONESIA SAVE POLRI.” (bkr/ sfn)