Proyek Rp200 Juta Mangaaleng 2016 Asal Jadi dan Tidak Tuntas

by -55 Views

 LARANTUKA,SUARAFLORES.NET,–Paket proyek padat karya Desa Mangaaleng Tahun 2016 dengan kegiatan pengerjaan Parit dan Talud di 3 Dusun yakni Dusun Lewolein, Dusun Ladoangin dan Dusun Lagaduli dikerjakan asal jadi dan tidak tuntas. Alhasil, proyek yang sumber pendanaannya dari dana aspirasi Anggota DPRD Flotim, Yoseph Paron Kabon ini tidak memberi banyak manfaat bagi warga Desa Mangaaleng.

Investigasi Suara Flores.Net di Dusun Ladoangin dan Lewolein menemukan pengerjaan Parit dan Talud tersebut asal jadi serta dalam keadaan tidak tuntas dikerjakan.

Hal ini dibenarkan tokoh masyarakat Desa Mangaaleng, Marianus Mangu Tupen yang saat itu bersama Suara Flores.Net meninjau lokasi pengerjaan parit Dusun Ladoangin. Menurutnya, kegiatan parit itu tidak tuntas dikerjakan karena materialnya habis.

“Material yang didroping itu Semen 200 sak ukuran 40Kg, Pasir 10 Reit dan Batu 10 Reit saja, sehingga panjang parit hanya sekitar 50 an meter saja. Padahal, masih harus dibuat Talud penahannya,”urainya. `

Demikian pula dengan pengerjaan Talud dan Parit di Dusun Lewolein. Asal jadi dan tidak tuntas. Bahkan, menimbulkan masalah baru disaat musim hujan.

Pasalnya, posisi Talud jauh lebih rendah dari permukaan tanah yang miring. Sudah begitu parit yang dibangun bukannya dari atas Talud, tapi dimulai dari bawah ke arah Talud sehingga tidak tuntas dikerjakan karena materialnya tidak didroping lagi oleh Kontraktor CV Witihama Putera.

Baca juga: Diduga KL Menghabisi Kakek 71 Tahun Menggunakan Parang Malaysia 50 Sentimeter

Kepala Dusun I Lewolein Ignasius Kwedok saat bersama Suara Flores.Net meninjau lokasi kegiatan ikut membenarkannya. Ia mengakui jika pengerjaan Talud dan Parit itu tanpa perencanaan yang matang, tidak ada pengawasan dari pemilik proyek yakni Dinas terkait yakni Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigr serta Anggota DPRD Flotim yang punya dana aspirasi.

Ditanya tentang material yang digunakan, Ignas Kwedok sampaikan jumlah semennya 200 sak, pasir 10 reit dan batu 10 reit.

“Jumlah material ini sangat kurang sehingga sangat mengurangi volume pekerjaan,” katanya.

“Iyah, terpaksa kami tukar sekitar 30 an sak semen dengan batu karena batunya sangat kurang. Itupun belum bisa menyelesaikan pekerjaan. Pak bisa lihat itu Taludnya sangat rendah dan Parit pun tidak selesai karena kami sesuaikan dengan material yang ada. Memang kami sangat tidak puas dengan kegiatan ini karena dana dan materialnya tidak jelas,”pungkasnya serius sambil menunjuk ke arah Parit yang tidak selesai dikerjakan.

Ia berharap ada pemeriksaan fisik pekerjaan supaya pihaknya bisa menjelaskannya. Bahkan, dirinya siap bersaksi jika dimintai keterangan oleh Kejaksaan Negeri Larantuka. Lebih jauh Kwedok mengaku kecewa dengan paket ini. Mestinya dengan pagu dana Rp200 juta pekerjaan lebih berkualitas dan bermanfaat. Apalagi sumbernya dari dana aspirasi Anggota DPRD Flotim lagi,”pungkasnya. (Roberth/SFN)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *