Proyek SPAM Wainoret Adonara Tengah Rp2 Miliar Tuai Masalah

by -61 Views

LARANTUKA, SUARAFLORES.NET,–Proyek Peningkatan Sistim Pengelolaan Air Minum (SPAM) Wainoret Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur senilai Rp2.160.000.000 dari APBD 2017, Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang dikerjakan CV.Ago Lewo melalui Kuasa Direktur (FL)  terus menuai kontroversi antara masyarakat dan pemerintah hingga saat ini.

Pihak pemerintah yang diwakili Kabid Cipta Karya Dinas PU Flotim, Yoris Juan Fernandez,ST, saat dikonfirmasi media ini berpendapat, sesuai hasil uji lapangan proyek itu dinyatakan telah selesai karena air sudah dinikmati warga, dan dananya sudah dicairkan 100 persen.

Dikatakannya, kendati masih ada gangguan di lapangan seperti pohon tumbang yang mengakibatkan sebagian jaringan pipa patah  membuat air belum bisa dimanfaatkan dengan lancar, tidak berdampak serius pada hasil pekerjaan, karena kontraktor pelaksananya tetap bertanggungjawab untuk memperbaiki. Yoris memastikan kontraktor siap turun ke lapangan lagi.

Sementara itu, warga mengaku proyek itu masih bermasalah sampai saat ini. “Kami masih sulit air dan belum menikmati manfaat dari proyek tersebut,”terang Yohanes Boli Bura, tokoh masyarakat Lewotana Kenotan Adonara Tengah saat ditemui Suara Flores.Net dikediamannya, Selasa,(15/1/2019) Sore.

Bahkan, Proyek Air Wainoret itu, sebut Boli Bura justru merusak jaringan air milik warga dan Paroki Lite yang dibangun dengan dana hibah Belanda senilai Rp400 juta tahun 2008 lalu.  Menurutnya, ada dua kasus yang timbul dalam proyek ini, yakni kasus perusakan jaringan air milik warga dan Paroki Lite bantuan hibah Belanda serta ada dugaan korupsi dalam proyek SPAM Wainoret yang berdampak serius belum selesainya pekerjaan, dan air belum tiba hingga saat ini. “Saya minta agar kasus ini dilaporkan ke lembaga penegak hukum, dan diproses hingga tuntas di pengadilan,”ujarnya serius.

Badan Pengelolah Air, Rofinus Tupen kepada Suara Flores.Net mempertanyakan kualitas desain perencanaan proyek ini sehingga membuat kacau-balau pada saat pelaksanaannya. Misalnya, saat sosialisasi di Aula Paroki Lite sudah disepakati kalau jaringan pipa yang lama tidak dibongkar, tapi pada saat pengerjaan dibongkar. Kemudian, mengapa pipa lama tetap dipakai, seperti Pipa 3 Dim dari mata air ke Hone dan 2 Dim dari Hone ke Lewopao.

Ia merasa janggal dengan proyek ini karena menggunakan pipa lama yang sebenarnya tidak boleh dibongkar. Dia juga mempertanyakan jalur pipa yang dirubah menjadi lebih pendek dan berbuntut air tidak bisa masuk. Padahal, dengan sistim gravitasi, jalur pipa lama itu sudah mantap, termasuk ke Desa Lewopao. Apalagi, jaringan lama itu sudah melalui survei lapangan selama 2 hari oleh pihak CV.Nusa Indah Ende.

Anehnya lagi, Rofinus, pada proyek pemerintah senilai Rp 2 M lebih ini ujung pipa juga tidak disambung masuk ke bak reservoar di Kenotan dekat Pasar Watoone. Kemudian, bak di Lite juga sama yakni pipa tidak disambung ke bak.

“Satu lagi yakni dalam desain awal bak yang diujung pipa di Hone itu harus sampai di atas bukit, ternyata berada jauh di bawah. Lalu, di Lewopao itu dikomplain kenapa pakai pipa lama dan tidak dibuat Sambungan Langsung (SL) ke rumah.Padahal, sudah dialokasikan dana desanya untuk program SL,”pungkasnya.

Ditanya terkait jaringan pipa yang dipasang, Rofinus menjelaskan, sesuai informasi yang diperoleh Pipa 4 Dim baru sebanyak 75 batang, lalu pipa 3 dim lama dari Mata air ke Hone, kemudian pipa 3 Dim baru Hone ke Lite serta pipa 2 Dim yang dahulu dari Hone ke Lite dipindahkan ke Hone-Lewopao. Sementara, bak yang dibangun oleh proyek baru ini 4 buah, yakni di Hone, Perkebunan Lite, Riangblolo dan Lewopao, serta pompa Matahari.

Pihaknya berharap, Bupati Flotim, Anton Hadjon, melalui Dinas PU Flotim selaku pemilik pekerjaan harus menuntaskan persoalan ini. Apalagi, jika benar dana proyek ini telah dibayar 100 persen kepada kontraktor pelaksana. (Roberth/SFN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *