Keterangan foto: Gubernur NTT, Drs, Frans Lebu Raya (kameja putih), Ketua DPRD NTT, Drs, Anwar Puageno, Kadis Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman NTT, Ir. Yuli Arfa, Sekda NTT, Benny Polomaing, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Ir.Andreas W. Koreh, MT, Ketua Komisi IV DPRD NTT, David wadu, Theo Widodo bersama istri, Anggota DPRD NTT Muhammad Ansor dan para para pejabat dan tokoh lainnya, saat acara Groundbreaking Monumen Rumah Flobamora Pancasila (RFP) di Desa Nitneo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, 18 Mei 2018. Acara peletakan batu pertama ini juga ditandai dengan pemotongan tumpeng HUT-58 Gubernur Frans Lebu Raya.
KUPANG, SUARAFLORES.NET,–Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs, Frans Lebu Raya adalah satu dari seluruh gubernur di Indonesia yang memiliki semangat nasionalisme dan kecintaan pada Ideologi Pancasila yang tinggi nan dalam di hati jiwa dan raga. Di era kekuasaannya selama 10 tahun, Lebu Raya telah berhasil membuktikan kepada Indonesia bahwa NTT adalah rumah besar Pancasila karena di NTT rakyat hidup aman, tentram dan damai meskipun beragam suku bangsa, agama serta budaya dan golongan. Ia juga terus menggelorakan Pancasila kepada rakyat NTT, agar Pancasila selalu tertanam di hati dan terus dijiwai generasi muda dalam praktek hidup berbangsa dan bernegara. Karena kecintaan terhadap Pancasila dan mengingat Pancasila lahir di Ende, Flores, maka Lebu Raya pun meletuskan ide brilian membangun monumen yang diberi nama Monumen Flobampra Rumah Pancasila (FRP).
Memburu cita-cita besar membangun Monumen Rumah Flobamora Pancasila (RFP) tidaklah mudah. Pasalnya, NTT masih keterbatasan anggaran untuk pembangunan di berbagai bidang. Selain krititikan dari warga, DPRD NTT pun tidak setuju dengan ide cerdas Lebu Raya tersebut. Masalah yang diangkat bukan hanya anggaran tetapi dari mana sumber dana yang diusukan sebesar Rp38 miliar lebih, dan dimana lokasi pembangunan tersebut. Mengejar ide besar nan cerdas tersebut, Lebu Raya tidak diam dan kehilangan akal. Ia terus berkomuniasi dengan berbagai tokoh untuk memuluskan rencana Pembangunan Proyek Monumen Rumah Pancasila. Melaluii Front Pembaharuan Kebangsaan (FPK) NTT yang bertemu dengan Lebu Raya beberapa waktu lalu, ide besar ini mulai terus diperjuangkan. Mereka kemudian berdialog dengan DPRD NTT guna meminta dukungan. Namun, dewan menolak keras memberukan dukungan dana untuk pembangunan proyek senilai Rp38 697.750.000 tersebut. Meski demikian, rencana besar ini tidak berhenti di situ, seiring waktu berjalan Wakil Ketua FPK, Theo Widodo menghibahkan tananhya seluar 5.000 meter persegi untuk pembangunan proyek tersebut dan beberapa pihak memberikan sumbangan dana suka rela. Dewan pun kemudian menyatakan setuju dan memberikan dukungan dana.
Gubernur Lebu Raya bersama seluruh pengurus FPK merasa gembira, karena rencana besar yang telah didesain itu telah mendapatkan dukungan anggaran dari pos anggaran APBD tahun 2017 sebesar 697.750.000 juta pembangunan monumen Rp32 miliar yang bersumber dari APBD 2018. Dana sebesar 697.750.000 juta untuk perencanaan design engeneering master desain (DED), dan dana sebesar Rp32 untuk pembangunan monumen. Selian itu, pembangunan monumen ini pun mendapat dukungan dana APBN dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sebesar Rp6 miliar. Dana sebesar Rp6 miliar ini akan dipakai untuk pembangunan landscape.
Setelah berkutat dengan anggaran yang cukup lama dan menuai kritik, proyek Monumen Flobamora Rumah Pancasila (FRP) pun akhirnya mulai dibangun di atas lahan yang dihibahkan Theo Widodo seluas 5.000 m2 di Desa Nitneno, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang 18 Mei 2018 lalu. Gubernur Lebu Raya sebagai tokoh pencetus ide melakukan groundbreaking dengan meletakan batu pertama pembangunan proyek monumental pertama di NTT tersebut. Lebu Raya terlihat sangat gembira, ketika menekan tombol sirene tanda dimulainya proyek ikonik yang akan menjadi tempat generasi muda dan siapapun belajar tentang Pancasila. Pasalnya, Monumen Flobamora RUmah Pancasila adalah sebuah kado istimewa di Hari Ulang Tahunnya ke-58 pada 2017 lalu.
Selain Lebu Raya, Ketua DPRD NTT, Drs. Anwar Puageno sebagai pemegang palu anggaran pun terlihat tersenyium bangga bersama Theo Widodo dan Kepala Dinas Perumahan Rakyat NTT, Ir. Yulia Arfa. Semua yang hadir tampak turut gembira karena NTT akan memillik Monumen Rumah Flobamora Pancasila yang menaungi keberagaman yang akan tetap lestari sepanjang masa. Monumen FRP yang menggambarkan seekor burung garuda terbang dari Kupang ini ke Jakarta ini, menurut Lebu Raya adalah symbol lima sila Pancasila dan kemudian ditetapkan menjadi ideologi Negara Indonesia. Selain itu, Ketua DPD PDIP NTT ini juga mengatakan bahwa monumen tersebut akan menjadi ikonik dan obtek wisata baru yang bisa mendatangkan PAD untuk daerah. Hal yang istimewa menurut dia, monument ini mulai dibangun bertepatan dengan munculnya gonjang-ganjing kebangsaan di Indonesia, dimana kelompok radikal anti Pancasila selalu mengganggu nilai-nilai kebangsaan. Pada ksempatan itu juga ia mengapresiasi semangat rela berkorban Theo Widodo, seorang tokoh pengusaha NTT. Dia menghaturkan limpah terima kasih karena telah menghibahkan tanahnya seluas 5.000 meter persegi untuk pembangunan monumen.
Sementara itu, secara teknis, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman NTT, Ir. Yulia Arfa dalam laporannya menjelaskan, proyek ini akan dibangun dengan konstruksi gedung dua lantai seluas 1.690 meter persegi. Di dalam gedung tersebut akan dilsiapkan lift dan tangga darurat menuju menara di atas. Di lantai satu, kata Yuli, akan dilengkapi dengan teras, galeri Bhineka Tunggal Ika, teater, ruang informasi, ramp, ruang tunggu dan toilet. Sementara itu, untuk lantaii dua, luasnya 7.000 meter persegi. Di dalamnya akan dibangun ramp dan geleri Pancasila.
Dipaparkan Yuli, kegiatan pembangunan Monumen Flobamora Rumah Pancasila (FRP) yang berlokasi di Desa Nitneo Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang sesuai DPA-SKPD Nomor: BPPKAD.IV/900.910/DPA/89/2017 Tanggal 28 Desember 2017. Proses Pelelangan telah selesai dilakukan Biro Pengadaan Barang & Jasa Setda Provinsi NTT. Pembengunan ini, lanjutnya, memiliki maksud yaitu NTT sebagai Rumah Pancasila dan tempat diilhaminya Pancasila serta tempat menyuarakan semangat kerukunan yang sesuai dengan semangat persatuan dan kesatuan yang terkandung dalam Pancasila.
Menurut Yuli, ada beberapa tujuan yang mendasar, di antaranya, mengingatkan masyarakat NTT khususnya dan masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang harus dipertahankan ditengah munculnya degradasi wawasan kebangsaan yang melonggarkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan memberikan gambaran pada generasi muda bahwa Pancasila sebagai ideologi negara mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini, pada masa lampau, masa kini dan masa mendatang.
Lebih jauh, Yuli menerangkan bahwa proyek ini dikerjakan oleh PT. Erom Nomor dengan tanggal kontrak : PRKP-NTT/643/485/ Bid.3CK/V/2018, tanggal 9 Mei 2018, dengan besaran nilai kontrak Rp28.243.481.000,00, dan masa pelaksanaan 220 hari kalender kerja terhitung sejak 9 Mei-`15 Desember 2018. Yang menjadi menjadi Konsultan Manajemen Konstruksi adalah PT. Narada Karya. (Adv/ Suaraflores.net)