Stop Jadi Wakil Rakyat “Boneka dan Robot”

by -84 Views
Suara Flores

SUARAFLORES.NET — Pemilu Legislatif (Pileg) 17 April 2019 telah melahirkan wakil rakyat NTT, baik di DPR-RI, DPRD Provinsi maupun DPRD kabupaten dan kota. Mereka semua baik muka lama maupun muka baru adalah wakil rakyat terbaik pilihan rakyat, terlepas dari bersih atau tidak bersih. Saat ini, mereka semua telah dilantik (kecuali DPR-RI dan DPD-RI). Begitu banyak ucapan selamat dan sukses yang disampaikan rakyat kepada mereka. Ada yang berpesta-pora merayakan kenikmatan politik itu bersama warga dan ada pula yang tidak merayakannya karena ingin bersyukur lewat kerja nyata.

Mereka akan mulai bekerja memperjuangkan aspirasai rakyat yang mereka tampung selama musim kampanye. Ada janji bangun jalan, ada janji bangun sekolah, ada janji bangun fasilitas air minum, puskesmas, rumah warga miskin, dan masih banyak janji lainnya yang berseliweran selama musim kampanye. Janji-janji ini memang menghipnotis warga karena memang NTT masih berkategori sebagai provinsi termiskin ketiga di Indonesia setelah Papua dan Papua Barat. Isu kemiskinan masih menjadi komoditi politik paling seksi dan bahenol yang melumat hati rakyat NTT yang terpenjara dalam kemelaratan ekonomi.

Mengapa publik selalu menanti dan menyoriti wakil rakyat, karena hanya lewat saluran DPR sebagai jembatan aspirasi rakyat kepentingan rakyat dapat tercapai. Rakyat berharap penuh seluruh anggota DPRD yang baru tidak seperti wakil rakyat sebelumnya yang dengan mudah melupakan janji-janji politiknya. Di mana saat kampanye bicara sampai berbusa-busa sampai air liur kering, namun ketika menjadi DPR mengebas semua debu di kakinya dan meninggalkan rakyatnya.

Rakyat terus mengingatkan para wakil rakyat karena rakyat merasa berhak atas suara yang dititipkan kepada para anggota dewan. Jangan sampai nantinya para wakil rakyat hanya menjadi ‘boneka dan robot’ yang menghiasi ruang sidang DPR. Mengapa ada kekwatiran itu, karena fakta membuktikan bahwa banyak anggota dewan setelah dilantik, selama 5 tahun tetap diam membisu sepuluh ribu bahasa di kala sidang-sidang membahas nasib rakyat yang diwakilinya. Terkesan, mereka hanya menjadi penikmat kursi panas dengan gaji super besar dan fasilitas mewah yang fantastis. Ini sangat berbahaya bagi NTT sebagai propinsi miskin.

Baca juga: Penggunaan Alat Berat tidak Transparan, Rp400 Juta Diduga Lenyap di PU Ende

Baca juga: Taufik Nasrun Terjerat Transaksi Elektronik, Borok Pilkades Sagu Terungkap

Mengapa ada kekwatiran anggota dewan akan menjadi seperti ‘boneka dan robot’ politik? Hal ini sangat lumrah, karena tidak semua anggota dewan yang lolos dalam setiap pileg adalah orang kaya raya yang mempunyai modal sendiri dalam membiayai kampanye. Kalaupun ada itu hanya segelintir. Fakta membuktikan bahwa lebih banyak anggota dewan berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, dan bahkan ada yang tidak punya apa-apa tapi karena dipercaya oleh rakyat maka ia terpilih.

Bukan hal yang baru, fakta politik membuktikan bahwa begitu banyak calon DPR berhutang dan atau meminta modal politik dari para cukong atau pengusaha untuk biaya kampanye. Tentunya tidak serta merta, tetapi tentu ada deal-deal politik proyek telah disepakati. Ini tentu akan membuat para oknum dewan terborgol dalam renteiner politik. Sudah pasti ia hanya akan menjadi ‘boneka dan robot politik’ pengusaha dalam setiap kebijakan atau keputusan di DPR. Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan ia akan 100 persen total membela kepentingan rakyat dalam setiap sidang-sidang dewan.

Publik berharap, para anggota dewan yang telah dilantik tetap komit dengan janji kampanye mengawal pemerintahan. Kondisi kemiskinan NTT yang sudah jadi momok busuk memalukan berpuluh tahun telah menjadi bukti nyata kegagalan pemerintah dan DPR di masa lalu. Jika anggota dewan saat ini sama saja dengan masa lalu, maka sudah pasti perubahan tidak akan terjadi. Mimpi besar rakyat untuk keluar dari ketertinggalan kemiskinan ekonomi, pendidikan, kesehatan pasti tidak akan terjadi.

Untuk itu, publik kembali berharap semua anggota dewan hasil Pileg 2019 tidak boleh kemudian hanya menjadi ‘boneka dan robot’ politik kekuasaan yang memihak para kapitalis saja. Jika hanya menjadi ‘boneka dan robot’ politik yang digerakan oleh remot-remot politik kekuasaan dan para cukong saja, maka sudah dapat dipastikan NTT tetap akan bertahan dengan juara ketiga kemiskinan se –Indonesia. Bahkan bisa saja peringkat kemiskinan akan naik ke posisi kedua dan bisa juga menjadi peringkat satu menggeser Papua dan Papua Barat. Selamat menikmati kursi panas DPR. Stop menjadi wakil rakyat ‘boneka dan robot’ politik kekuasaan dan para cukong. Wassalam, selamat membaca! (Sumber: Halaman Editorial Tabloid Suara Flores).