KUPANG,SUARAFLORES,NET,– Jelang pilkada gubernur (Pilgub)NTT 2018, beberapa lembaga survei telah melakukan survei, salah satunya Laboratorium Psykologi Politik Universitas Indonesia (LPP UI). Lembaga yang dipimpin Prof. Dr. Hamdi Muluk ini melibatkan 302 pakar dalam memberikan penilainnya terhadap para kandidat bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang akan maju dalam hajatan Pilgub NTT nanti. Dari 11 nama calon yang disurvei, nama Kristoforus Blasin (Kristo Blasin) ditempatkan sebagai kandidat terbaik dari aspek integritas moral, gaya kepemimpinan, dan temperamen (emotional stability).
Seperti dilansir Nusataonline.Com dan Aktualita-NTT.Com, dalam rilis LPP-UI, Minggu (26/11/2017) di Neo Hotel Kupang, yang dipimpin Dr. Rufus Patty Wutun dan dihadiri Dr.David Pandie dan Mikhael Rajamuda Bataona, S.Sos. M.I, menyebutkan bahwa dari dimensi integritas moral, Kristo Blasin berada di peringkat pertama dengan nilai rata-rata 7.04, diikuti Marianus Sae di peringkat kedua dengan nilai rata-rata 6.57, dan Christian Rotok di peringkat ketiga dengan nilai rata-rata 6.44. Sedangkan dari aspek visioner, kemampuan memimpin, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan politik, dan kemampuan komunikasi politik, menempatkan Marianus Sae sebagai kandidat terbaik disusul Kristo Blasin dan Christian Rotok. Marianus menyabet nilai rata-rata 7.22, diikuti Kristo Blasin di peringkat kedua dengan nilai rata-rata 6.88, dan Christian Rotok di peringkat tiga dengan nilai rata-rata 6.82.
Nama-nama calon lainnya yang ikut disurvei adalah Jacky Uly, Lusia Adinda Lebu Raya, Melkiades Laka Lena, Daniel Tagu Dedo, Benny K Harman, Raymundus Fernandez, Ibrahim Agustinus Medah, dan Esthon Foenay. Tokoh- tokoh ini dipilih berdasarkan kriteria rekam jejak dan prestasi, serta karena telah mendeklarasikan diri untuk maju sebagai calon Gubernur NTT.
Menurut Hamdi Muluk, survei ini adalah bentuk partisipasi publik yang rutin dilakukan oleh LPP-UI .Tujuan survei ini demi terciptanya iklim seleksi kepemimpinan yang lebih baik dan mendorong Parpol agar dapat mencalonkan kandidat-kandidat terbaik di Pilgub NTT 2018 untuk kemajuan Provinisi NTT. Survei ini juga bertujuan agar masyarakat lebih memahami kualitas pemimpin yang akan dipilih, supaya tidak seperti beli kucing dalam karung. “Jangan seperti selama ini, hanya terpaku pada popularitas dan elektabilitas calon,” ungkapnya.
Dikatakannya, survei opini pakar (Opinion Leader Survey) yang dilakukan oleh LPP UI ini menilai dua dimensi besar yang harus ada dalam diri calon gubernur, yaitu kompetensi dan karakter diri. Dimensi kompetensi terdiri dari enam aspek penilaian, yaitu aspek visioner, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan memimpin, gaya kepemimpinan, kemampuan politik, serta kemampuan komunikasi politik. Sedangkan dimensi karakter diri terdiri dari aspek integritas moral dan temperamen. Pada simulasi pertanyaan terbuka survei, para pakar di NTT menilai bahwa integritas moral adalah aspek paling penting yang harus dimiliki figur Gubernur NTT dibandingkan kompetensi.
Adinda Tak Semenarik Marianus Sae dan Kristo Blasin
Menanggapi survey LPP-UI tersebut, pengamat politik, Mikhael Raja Muda Bataona, mengungkapkan bahwa dalam survey ini sangat menarik karena nama calon gubernur Lusia Adinda Lebu Raya paling tidak dipilih oleh para pakar dan opinion leader dengan bobot 40%. Bahkan dalam hitungan ke tiga, nama Adinda kembali muncul sebagai figur yang paling tidak direkomendasikan menjadi Gubernur NTT, dengan rekomendasi dari suara pakar dan opinion leader sebanyak 12.25%.
“Ini menarik karena nama Adinda Lebu Raya muncul dua kali di posisi paling bawah jawaban survei. Yaitu sebagai nama yang paling tidak direkomendasikan. Ke dua, yang juga menarik dicermati adalah, meski nama Marianus Sae begitu konsisten disebutkan para informen, tapi dalam pembobotan berdasarkan indikator penilaian, nama Marianus Sae muncul sebagai yang paling direkomendasikan dari sisi kapabilitas atau kemampuan memimpin, sedangkan Kristo Blasin, justru direkomendasikan sebagai yang paling layak dari sisi kepribadian atau intergitas moral seorang pemimpin,” kata Rajamuda Bataona, yang juga pendiri dan pemimpin redaksi Tabloid Aktualita-NTT ini.
Lebih lanjut, Rajamuda memberikan apresiasi terhadap survei LPP-UI sebagai sebuah produk kerja intelektual yang harus dibaca dan dimaknai karena ada ada semacam hermeunetika atas data statistik. Selain itu, sebuah survei bisa disebut kapabel atau tidak, sangat ditentukan oleh metodologi dan juga reputasi dari lembaganya. “Dalam hal reputasi, lembaga LPP UI dan Prof. Dr. Hamdi Muluk memiliki reputasi yang sudah diakui secara nasional sehingga kredibilitasnya tidak diragukan lagi,” kata Rajamuda.
Menurut Rajamuda, karena politik praktis sangat dinamis dan penuh kejutan, maka yang memuncaki survei tidak menggaransi menjadi pemenang. Jika Marianus dan Kristo misalnya tidak mendapat pintu partai, maka yang justru berpeluang adalah nama-nama lain yang dalam survei tersebut, secara konsisten tetap masauk dalam lima besar. Mereka adalah Kris Rotok, Esthon Foenay, Iban Medah, Benni K. Harman, dan juga Ray Fernandes. Untuk itu, dua hal lainnya yang juga perlu dihitung adalah soal pintu partai dan apa yang dalam politik elektoral disebut sebagai underdog effect. Yaitu suara masyarakat yang tidak disurvei tapi menyatakan pilihannya secara berbeda dalam bilik suara. (Nusata/aktualita/sft*)