SUARAFLORES.NET – Kurang lebih 35 warga eksodus Wamena asal Nusa Tenggara Timur (NTT) memilih pulang kampung. Langkah itu dilakukan karena kondisi Wamena hingga saat ini masih mencekam. Situasi belum kondusif, masih terjadi pembunuhan di sana sini.
Demikian hal itu dikisahkan sejumlah warga eksodus yang merupakan guru SMP di Wamena saat tiba di Pelabuhan L. Say Maumere, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, Jumat (18/10/2019).
“Kami amankan diri dulu. Wamena hingga saat ini belum aman. Masih terjadi aksi baku tikam. Ngeri di sana. Manusia di sensor dan dibakar,” ujar Bernadeta Wea asal Kabupaten Nagekeo di ruang tunggu Pelabuhan L. Say Maumere.
Bernadeta bersama suami dan 2 orang anak memilih pulang kampung. Mereka tak tahan melihat kondisi Wamena yang terus membara.
Ia adalah Ibu Rumah Tangga yang tengah merawat anak-anaknya. Satu berusia 4 tahun, dan satu lagi berusia 4 bulan.
Suaminya Ferdinandus adalah seorang guru SMP di Wamena. Karena itu, setiap hari, ia bersama 2 orang anaknya tinggal di rumah dinas. Mereka sendirian di rumah karena sang suami harus mengajar.
Baca juga: RPD DPRD Ende dan Dispora Bahas Pengelolaan Keuangan Stadion Marilonga
Baca juga: Gercin Apresiasi Sikap Kapolri Larang Aksi Demostrasi Jelang Pelantikan Presiden
Saat kerusuhan pun mereka dievakuasi terpisah. Suami ke tempat lain, sedangkan Bernadeta bersama anak-anaknya ke tempat lain bersama TNI dan Polri.
“Aduh pak, sedih sekali pak. Saat kerusuhan kami lari sendiri-sendiri. Bersyukur, kami dibantu TNI – Polri untuk dievakuasi ke tempat yang aman. Jadi kami lebih memilih pulang dulu,” kisah Bernadeta.
Ferdinandus suami Bernadeta mengaku bersama keluarga sudah 13 tahun berada di Wamena. Sebagai seorang guru, setiap hari ia harus melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Namun kondisi terakhir tak membuatnya bertahan di Wamena.
Ia meminta ijin kepada pihak sekolah untuk pulang sementara di kampung halaman Nagekeo. Memang situasi sangat tidak aman. Apalagi anak-anaknya masih kecil.
“Saya antar mereka biar aman di sini. Saya rencana kembali ke sana karena anak-anak di sana harus sekolah. Ia pak, saya PNS,” ujar Ferdinandus.
Kondisi ini juga dialami warga lain yang pulang bersama-sama Ferdinandus dan keluarga. Mereka pulang menggunakan Kapal Pelni KM Bukit Siguntang yang dijemput petugas Tagana NTT di Makasar.
Kepada wartawan mereka mengaku berprofesi sebagai guru SMP. Alasan pulang karena Wamena belum aman. Situasi masih mencekam. Keluar masuk rumah harus hati-hati.
“Suami saya guru SMP. Saya juga guru SMP. Hampir semuanya guru. Iya kami pulang karena tidak aman di sana. Nanti kalau sudah aman kami akan kembali lagi ke sana,” ujar Adel. (sfn02).