WAIKABUBAK – Warga masyarakat Desa Welibo, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat melakukan sejumlah tindakan sebagai bentuk pencegahan terhadap Penyakit Pneumonia. Hal itu dilakukan dengan cara berkumpul di Kantor Desa Welibo pada Sabtu (18/5/2019) untuk berdiskusi melakukan berbagai upaya untuk pencegahan Penyakit Pneumonia. Diskusi rencana aksi tersebut dipandu oleh Fasilitator dari Save The Children Sumba Barat, Haryati Podu Lobu dan Silvester Nusa.
Diskusi cara mencegah Penyakit Pneumonia dibagi dalam tiga kelompok yakni kelompok kader posyandu, kelompok masyarakat dan kelompok apparat pemerintah desa. Di masing-masing kelompok warga Welibo bertukar pendapat terkait cara efektif untuk melakukan tindakan pencegahan atau preventif dan promotif, protect atau perlindungan serta treatment atau penanganan bila diketahui ada warga masyarakat yang terpapar Pneumonia. Setelah berdiskusi, perwakilan dari ketiga kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke dalam forum yang lebih besar.
Pada kelompok aparat pemerintah desa yang dibacakan oleh Sekretaris Desa Welibo, disampaikan bahwa pihak pemerintah desa agar mendorong masyarakat untuk mengantar anak secara rutin untuk ditimbang di posyandu termasuk setiap balita harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan juga setiap ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama kehamilan termasuk mendapatkan vaksin. Pemerintah Desa Welibo juga akan mendorong setiap kader posyandu, Kader MTBS-M, para pengurus KPA (Kelompok Peduli Anak) guna melakukan sosialisasi pneumonia di tingkat posyandu, tingkat dusun maupun pada setiap kali pertemuan dengan masyarakat. Untuk mendukung pencegahan pneumonia, pihak pemerintah desa akan mengalokasikan anggaran bagi kegiatan sosialisasi pneumonia serta pelatihan kader MTBS-M. Hal lain yang akan diakukan oleh Pemerintah Desa Welibo adalah mengupayakan semua masyarakat untuk memiliki Kartu BPJS serta pembangunan jamban sehat atau toilet di setiap rumah tangga.
Di kelompok para kader posyandu dan pengurus KPA, hal yang akan ditindak-lanjuti untuk pencegahan Pneumonia adalah melakukan sosialisasi pneumonia dan PHBS secara rutin di posyandu dan tingkat dusun, melakukan kunjungan rumah dan konseling, penyuluhan kepada orang tua atau keluarga terkait IMD, ASI Ekslusif dan MP ASI dan imunisasi dasar lengkap serta penanganan kepada anak atau warga yang pneumonia.
Sementara itu di kelompok masyarakat, hal-hal yang akan dilakukan terkait pencegahan dan penanganan pneumonia adalah menerapkan PHBS setiap hari, melakukan IMS, ASI Ekslusif dan MP ASI, membawa anak ke posyandu dan PAUD, mejauhkan anak dari asap rokok dan asap dapur, melakukan pertolongan pertama bila anak demam dengan cara dikompres dan bila sakit berlanjut akan diantar ke puskesmas guna mendapatkan penanganan serta mendapatkan antibiotic.
Diskusi rencana aksi masyarakat melakukan pencegahan Penyakit Pneumonia ini sebelumnya diawali dengan Sosialisasi Bahaya dan Penanganan Penyakit Pneumonia oleh narasumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat yakni ibu Yumiati T. Ringu, S.Kep.Ns. Dalam sosialisasi yang dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Welibo, Lowa Bole, juga dihadiri oleh Kepala Puskesmas Kabukarudi, Dominggus Wudy.
Di hadapan masyarakat yang hadir saat itu, narasumber Yumiati menjelaskan apa yang dimaksud dengan Pneumonia. Dijelaskannya, Pneumonia adalah kondisi di mana salah satu paru-paru mengalami peradangan. Penyebabnya dapat disebabkan oleh banyak hal seperti jamur, bakteri, dan virus. Namun sebagian besar kasus pneumonia umumnya disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada paru-paru. Umumnya gejala pneumonia berkembang dalam waktu satu hingga dua hari, lalu mengalami perlambatan setelah beberapa hari.
Infeksi ini, kata Yumiati diawali dengan mengganggu sistem pernapasan bagian atas yakni hidung dan tenggorokan. Lalu, infeksi tersebut akan berpindah menuju paru-paru, yang kemudian menghambat pergerakan udara dalam paru-paru, sehingga seseoang yang menderita Pneumonia akan semakin mengalami kesulitan dalam bernapas. Sebagian besar pneumonia dapat ditangani hingga sembuh dalam waktu satu hingga dua minggu karena virus umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Namun kondisi pasien tentu akan lebih buruk bila pneumonia yang dialami ternyata dibarengi dengan keberadaan penyakit lain dalam tubuh.
Lebih lanjut dijelaskannya, Yumiati kondisi tersebut agak berbeda dengan pneumonia secara umum. Secara khusus pneumonia pada anak justru pada beberapa kasus tidak ditandai dengan peningkatan tempo pernapasan, terutama bila pneumonia tersebut menyerang paru-paru bagian bawah. Gejala yang terjadi umumnya justru demam, muntah-muntah serta nyeri pada perut bagian bawah. Beberapa gejala lain yang menandakan seorang anak diserang pneumonia antara lain adalah demam, batuk yang mungkin kering dan mungkin juga berdahak diikuti dengan lendir atau mukus berwarna hijau atau kuning. Gejala lainnya adalah bernapas dengan nada yang tinggi dan kesulitan bernapas. Umumnya anak dengan pneumonia tetap akan merasakan kesulitan bernapas bahkan saat ia tengah beristirahat. Selain itu, gejala lain yang bisa terlihat adalah muntah-muntah,rasa nyeri pada bagian dada, nyeri pada perut yang bisa terjadi karena usaha anak yang terlalu keras untuk bernapas dengan normal. Di samping itu, seorang anak dengan pneumonia juga akan terlihat penurunan aktivitas, kehilangan nafsu makan dan pada kondisi yang lebih parah warna bibir dan kuku anak akan membiru dan tubuh berkeringat
Pada usia anak-anak, lanjutnya, pneumonia dapat dicegah dengan rutin dengan mendapatkan vaksin yang biasanya akan diberikan sejak usianya kira-kira berusia dua bulan. Tapi seperti yang telah disebutkan di atas, pneumonia akan berdampak lebih buruk saat serangannya datang berbarengan dengan penyakit lain. Terlebih bila penyakit penyerta merupakan penyakit kronis yang datangnya kambuhan seperti jantung atau asma. Meskipun pneumonia bukan merupakan penyakit menular, namun mikroorganisme yang menyebabkan penyakit ini mampu menyebar melalui tetesan air saat bersin maupun batuk.
Untuk itu, ibu Yumi di hadapan masyarakat juga mencontohkan cara batuk yang tepat lalu para peserta memperagakan cara batuk yang telah dicontohkannya. Saat batuk, kata Yumi sebaiknya kita menutup mulut setiap kali seseorang dengan pneumonia batuk maupun bersin didekatnya. Selain itu, kita harus mencuci tangan dengan sabun, untuk mencegah penyebaran bakteri maupun virus apapun. Terkait cuci tangan pakai sabun pada saat tersebut ia juga memperagakan cara mencuci tangan pakai sabun yang benar dan diikuti oleh semua peserta.
Dijelaskannya pula, beberapa kondisi lain juga dapat meningkatkan peluang anak terserang pneumonia yakni bila anak tinggal pada wilayah dengan tingkat polusi yang tinggi dan padat serta memiliki orangtua seorang perokok aktif. Untuk itu ia berharap agar semua orang termasuk para orang tua bayi balita agar berhenti merokok karena merokok dapat menyebabkan pneumonia.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Welibo, Lowa Bole, menyampaikan terima kasih atas dukungan Save The Children sehingga masyarakatnya bisa mengetahui apa itu Penyakit Pneumonia, bahaya, dampak dan pengendaliannya. Ia berharap kepada masyarakat yang menghadiri kegiatan sosialisasi tersebut agar sekembalinya di rumah dapat menyampaikan kepada anggota keluarga, tetangga dan masyarakat yang ditemui terkait Pneumonia. Selain itu, apa yang sudah disepakati untuk ditindak-lanjuti agar dilakukan guna mencegah bahaya Penyakit Pneumonia di rumah dan lingkungan masing-masing.
Di sela-sela kegiatan sosialisasi tersebut, salah seorang fasilitator dari Save The Children, Haryati Podu Lobu, mengemukakan, Pneumonia merupakan salah satu penyakit radang paru-paru. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun dan orang dewasa di atas usia 65 tahun. Di Kabupaten Sumba Barat, prosentase penemuan penderita Pneumonia dan Pneumonia Berat sebagaimana laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat pada Desember 2018, rata-rata pneumonia pada anak usia 1 – < 5 tahun menunjukan bahwa anak dengan Pneumonia dan Pneumonia Berat paling banyak ditemukan di Puskesmas Padediwatu sebesar 36.06 %, Puskesmas Puuweri 30,88 %, Puskesmas Lahirhuruk 20,96 %. Sementara Puskesmas yang lainnya berkisar antara 14,17 % hingga 17,71 %. Penyakit Pneumonia sungguh ada dan sedang mengancam jiwa anak-anak. Buktinya, di tahun 2018 ada 91 anak usia < 1 tahun yang menderita pneumonia dan ada 107 anak usia 1 – < 5 tahun yang juga mengalami hal yang sama.
Sementara itu, berdasarkan hasil Situational Analysis dari Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2018 di Kabupaten Sumba Barat menunjukan bahwa faktor resiko pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh anak-anak yang sakit pneumonia tidak mendapatkan ASI eksklusif, memiliki anggota keluarga yang menderita radang paru-paru, jumlah anggota keluarga yang banyak, mempunyai riwayat diare, asap dalam rumah yakni asap dari tungku api dan rokok, pemahaman tentang kesehatan yang masih kurang terkait ISPA dan Pneumonia serta masih ada masyarakat yang sulit akses ke pelayanan atau ke pusat layanan kesehatan.
Riset ini juga menunjukan sebagian besar masyarakat atau keluarga yang beresiko pneumonia ternyata tidak tahu terkait gejala pneumonia. Hal sama juga terlihat pada keluarga pneumonia dimana salah satu anggota keluarganya terkena pneumonia namun tidak menyadari atau tidak tahu penyakit pneumonia. Hal lain yang perlu diketahui adalah berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia (WHO), pneumonia pada anak merupakan penyebab 16 persen kematian anak-anak balita pada tahun 2015. Pneumonia pada anak bahkan diklaim merupakan penyebab kematian anak tiap 20 detik. (bkr/sfn)